Cinta Untuk Sahabat

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 2 August 2012

Aku (Rangga), Rio dan Randi adalah 3 sekawan sehidup semati. Kemana-mana kita pasti bareng. Kita kuliah di satu kampus yang sama, tempat makan favorit kami pun sama. Akan tetapi tinggal di tempat dan nasib yang berbeda. Aku dan Rio tinggal di kos-kosan kecil namun besar artinya bagi kami, disitulah kami bisa menaungkan hidup kami, melindungi tubuh kami yang dekil ini, dari serbuan air hujan dan terik matahari. Itu saja masih untung tante Ranti ngurangin iuran kos nya khusus buat kami berdua. Soalnya tante Ranti maklum, aku itu anak yatim, dan Rio itu keponakan jauhnya. Sedangkan Randi, dia tinggal di rumah mewah, dia anak orang kaya, anak tunggal pula. Papa mamanya masih utuh.Sudah pasti dia mendapatkan perhatian sepenuhnya dari orangtuanya. Bisa dibilang hampir sempurnalah hidupnya. Tapi walaupun begitu, Randi tidak sombong. Buktinya dia masih mau bersahabat dengan makhluk aneh seperti kami.
Nasib, memang…nasib. Sudah melarat, cewek-cewek pun enggan melihat muka kami yang jauh beda dengan Raffi Ahmad ini. Beda dengan Randi,dengan wajah tampan bak Romeo, cewek-cewek pada ngejer. Tapi Randi setia banget orangnya, dia tetep jomblo, demi menyamakan status dengan kami ini. Memang Randi itu the best friend ever lah..
****
Waktu itu, aku dan Rio main kerumah Randi. Randi itu orangnya baiikk banget. Dia memboleh kan kami masuk kekemarnya, yang besarnya dua kali lipat dari kamar kos-kosan aku sama Rio. Sungguh kami gembel yang paling beruntung didunia bisa punya sahabat berhati berlian kayak Randi. Rencananya sich…mau main game sambil makan snack tapi, makanan di kulkas super mahal punya keluarga Randi ternyata abis. Jadi, Randi ngajak Rio belanja dan aku nunggu di kamar Randi.
Aku nemu TTS di kamar Randi, dan aku pikir dari pada bete nunggu mereka belanja aku isi aja tu TTS. Aku berniat nyari pulpen di laci, tapi ternyata yang aku temukan malah obat-obatan sama beberapa infus. Aku bingung sejadi jadi nya. Beberapa menit kemudian mereka dateng dan bawa makanan. Aku nggak mau nanyain masalah tadi dulu ke Randi, karena aku pikir, kita mau have fun dulu. Jadi, aku gak mau ngerusak mood mereka.
Waktu berjalan, malam pun datang, saatnya aku dan Rio pulang. Kami pamit ke Papa Mama nya Randi.
****

Hari demi hari berlalu, tapi aku masih kepikiran soal apa yang aku temukan di kamar Randi. Karena gak tahan, aku ceritain semuanya ke Rio, dengan santai nya dia bilang,
“ alah,,, paling itu cuma cadangan aja, orang kaya kan bisa sakit juga. Jadi kalo sakit, bisa di rawat di rumah aja. Biar ngirit!”

“ gak lucu tau !” kesal ku

“Emang enggak “

Dari pada panas dengerin omongan gilanya Rio, mending aku simpan di dalam hati aja masalah ini. Toh kalo ada apa-apa pasti Randi cerita ke kita kok!.
****

Hari itu, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba Randi dateng ke kos-kosan sambil bawa makanan, peci, sarung dan sajadah. Dia bilang sich, tu makanan buat cemilan temen ngumpul aja. Tepep aja aku bingung, kan biasa nya kalo ngumpul, di rumah dia. Karna, gak mungkin aku ngajak dia ke kos-kosan, buat aku sama Rio aja udah sumpek nya minta ampun, apalagi di tambah satu orang, lagian gak enak juga sama Randi, dia kan gak biasa kepanasan, sedangkan di kos-kosan cuma ada kertas buat ngipas. Tapi dia bilang, “ gak papa kok…gue juga mau ngerasain hidup kayak kalian walaupun Cuma sebentar. Lagian gue juga mau bareng-bareng am kalian. Kalian gak keberatan kan?”, belum sempet aku jawab, Rio sudah nyosor duluan, “ mana mungkin lah kami keberatan, kan lo sahabat kita. Apalagi kalo lo bawa makanan gini, sering-sering aja lo kemari.” . Randi Cuma bisa senyum dengerin ocehan si mulut bajajnya Rio.

“ trus ni peci ama sajadah buat kita juga?” Tanya ku

“iya,,, biar kalian rajin shalatnya. Tu sajadah sama peci di gunain baek-baek ya, buat amal kalian” jelas Randi

“ makasih ya !”

Sontak aku kaget banget. Nggak biasanya dia kayak gini. Karena udah sore Randi putusin buat pulang. Melihat rambut lembut nya berantakan, dia sisir rambutnya sebelum pulang. Dan aku kaget waktu liat banyak banget rambut Randi yang rontok dan tersangkut di sisir. Aku, nggak terlalu heran, karena aku pikir Cuma rontok biasa. “ gua pulang dulu ya guys, assalamualaikum” pamitnya,
”wa’alaikum salam” aku dan rio serentak menjawab. Setelah dia pulang, aku coba buat ngomongin ini sama Rio.
“Ri..”

ADVERTISEMENT

” eemm..”

”lo ngerasa ad yang beda gak sih sama Randi??”

”beda apanya sih?? Jelas-jelas idung nya gak pindah kok !”

” BUKAN ITU MAKSUD GUA ONTAA !!!! sifat dia itu akhir-akhir ini. Beda dari biasanya. Tibaa-tiba jadi melancolis gitu,,,”

” melancolis tu apa ya?”

” gak tau juga sih! Tapi orang banyak yang bilang melancolis buat orang yang sifat nya dramatis, erotis, miris,,, ”

“hepatitis”

”ya.. Hah?? Itu kan penyakit! Lo ngerti gak sih yang gua maksud??”

” huft… “ Rio mengangguk-anggukan kepalanya, syukurlah kalo dia ngerti.

”betulan ngerti kan lo?” aku memastikan,

”engga”
jeeng,,jeeng…

PLAAK !!!

“buseeett dah ! maksud gue, sifat Randi tu aneh banget sekarang, gak kayak dulu”

” yaa biarin aja napa?? Yang penting dia masih jadi sahabat kita. Masih inget sama kita. Mungkin dia Cuma mau berusaha berubah.”

”iya juga ya! Walaupun otak lu miris, tapi kadang bisa berfikir kritis juga ya”

” yaa elu nya aja yang baru tau”

”terserah lu dech”

****

Di kampus pada hari itu, Randi tak tampak seperti biasanya. Biasanya dia tu selalu fresh, fit and fabulous. Tapi gak buat hari itu, dia keliatan pucet banget. Karna penasaran aku tanya, “ lo sehat ndi?”,
“ sehat kok!” katanya, untuk memastikan aku tanya lagi, “ lo yakin?”,
“ yakin! gue gak papa kok!”. Aku gak mau maksa dia buat bilang, walaupun aku tau ada sesuatu yang gak beres sama dia.
Hari itu, jadwal kuliah sampe sore. Waktu nya makan siang, seperti biasa, kita nongkrong di kantin. Kita ngobrol, sambil ngegosipin kembang kampus. Randi, tiba-tiba meremas-remas tas nya dan mengkerutkan jidat nya seperti orang sedang kesakitan dan sesekali dia pegang kepalanya, gak lama kemudian Randi mimisan dan pingsan. Langsung aku sama Rio bopong dia ke UGD (unit gawat darurat) di kampus.
Waktu dia sadar, langsung aku anterin dia pulang.
****
3 hari Randi nggak kuliah, setelah kejadian hari itu. Aku coba hubungin ke hp nya, tapi nggak aktif.
Hp ku tiba-tiba bunyi, dan waktu ku angkat, terdengar suara lembut berkata “ maaf nak mengganggu, tante Cuma mau bilang kalau Randi selama ini sakit. Dia di rawat di rumah sakit. Maaf juga , kalau baru mengabarkan nya sekarang.”
Aku kaget banget. Melihat raut muka ku yang tak biasa, rupanya Rio heran juga. “ kenapa lo?”.
“ Randi, Rio …randi”

“ kenapa sama dia?”

“ ternyata selama ini dia tu sakit. Sekarang dia dirawat di rumkit?”

“ ya udah, tunggu apa lagi ‘sapi’…?! Ayo kita jenguk dia!!”

Langsung ku ambil, kunci pespa ku. Ku tancapkan gas menuju rumkit yang di maksud.
Sesampainya di rumkit, dengan berbekalkan informasi di mana keberadaan kamar Randi dari suster, kami mulai mencari. Akhirnya dapat juga. Pelan-pelan ku buka pintu kamar ruang “melati”.
“ asalamu alaikum “ kata ku

“ wa’alaikum salam!” sambut mama Randi.

Rio yang biasanya selalu cengengesan, terdiam melihat kondisi Randi yang lemah dan super pucat, apa lagi rambut Randi sudah pada lenyap entah kemana. Dengan nada sok lembut aku bertanya kepada mama nya Randi,

“ sebetulnya, Randi sakit apa tante?
Mama Randi meneteskan air mata secara tiba-tiba, dan mengajak ku untuk bicara di luar saja.

“ begini nak rangga, sebenarnya Randi terkena penyakit kanker otak stadium akhir, hidupnya di vonis hanya tinggal sebentar lagi” kata mamanya Randi

“ apa?? Tapi kenapa Randi tak pernah menceritakanya kepada kami tante?”

“ tante sebenarnya juga pernah mengusulkan kepada Randi untuk memberitahukan kalian masalah ini. Dan tante juga minta dia untuk istirahat dirumah saja, agar keadaanya tak semakin memburuk Tapi Randi tidak mau, dia bilang, dia tak mau membuat kalian mencemaskan dia. Dia mau melihat kalian tetap terlihat bahagia di akhir hidupnya, dan dia tak mau membebankan kalian karena penyakitnya”

Aku terdiam. Air mataku terus bercucuran mendengar penjelasan mama Randi. Tak kusangka selama ini Randi menderita demi kebahagiaan kami. Terungkap sudah semua kejanggalan-kejanggalan yang selama ini ku temukan. Obat-obatan dan infus-infus itu, ternyata untuk simpanan kalau-kalau dia kumat. Aku tak tahu harus mengatakan apa lagi. Aku masuk kekamar itu, ku pandangi tubuh lemah sahabat ku, air mata tak tertahan, aku peluki tubuh sahabat terbaikku itu. Dengan suara pelan Randi bertanya “ kenapa lo nagis Rangga?”,

“ kenapa Ran?, kenapa lo gak pernah bilang ke kita kalo lo sakit?”

Pandangan Randi tertuju ke mamanya,,,

“ maaf sayang, mama rasa sudah saat nya mereka tau semua ini” kata mama Randi

“ maapin gua sob ! gue nggak bermaksud boongin lo ! gue Cuma nggak mau lo semua kawatir ama gue.” Jelas Randi

“ maapin gue juga Rang” tiba-tiba Rio nyaut.

“ maap? Buat apa?” kata ku

“ karna sebenernya gua udah tau tentang masalah ini, . Randi yang cerita ke gue waktu kita belanja makanan hari itu. Dan masalah obat-obatan dan infus itu sengaja gue pura-pura gak tau, gue takut lo curiga. Tapi ini semua karna Randi yang minta”

“ jadi slama ini lo boong ama gue Ri?”

“ lo jangan marah ama Rio, Rang,,, ini salah gue. Tapi sekarang yang penting lo udah tau. Gue kira urusan gue udah kelar sekarang, gak ada lagi yang gue sembunyiin dari kalian. Jadi, gue bisa pergi dengan tenang” kata Randi

“ lo nggak boleh ngomong gitu sob. Lo harus tetep optimis, lo bisa sembuh” aku mencoba untuk menyemangati.

“ nggak ada lagi yang bisa gue harepin Rang. Gue udah gak kuat lagi. Sakit banget rasa nya. Tolong jagain nyokap bokap gue ya. Gue sayang banget ama lo bedua”

“ kita juga sayang ama lo Ran” serentak aku dan Rio mengatakanya.

Selang beberapa detik setelah itu, Randi menghembuskan napas terakhirnya.

Ironis, miris, rasanya melihat sahabat pergi. Aku menangis sejadi jadinya. Begitu juga dengan Rio. Mama Randi pingsan. Ku panggil suster untuk menangani nya.
Esok hari pemakaman dilaksanakan. Tak rela rasanya melihat tubuh orang tercinta di timbun oleh tanah. Namun, itu lah takdir.
****

Hari-hari terlewati tanpa Randi. Dia pergi meniggalkan kenangan-kenagan terindah. Dia memberiku pelejaran, tentang kehidupan, kesetiaan dan pengorbanan. Kini ku tahu, harta bukan lah segalanya, tanpa ada orang tercinta di sekitar.
“ makasih Ran. Lo emang sahabat terbaek gue. Selamat tinggal. Semoga lo temuin kebahagiaan di sana. Kita nggak akan lupain lo Ran. Lo juga jangan lupa sama kita ya disana. Kita emang terpisah sekarang. Tapi gue yakin, kita akan temuin tempat di mana kita akan bersama selamanya” ku berseru di hadapan makam Randi.
Tinggal lah aku berdua sama Rio. rio menasihati ku, “ udahlah sob. Jangan sedih lagi. Randi tau kok kita sayang banget ama dia. Lagian juga, dia dah bahagia dan tenang disana. Dan kita juga harus tetap bahagia buat dia.” Sempet kaget denger si Rio bisa ngomong selembut itu. Biasanya juga slalu cengengesan. Tapi, aku pikir omangan Rio ada benar nya juga.
Ku persembahkan bunga untuk sahabat tercinta. Ku taruh di atas tanah tempat terbaringnya tubuh sahabat ku itu. Ku langkah kan kaki menjauh dari makam itu. Teringatlah semua kenangan ku dengan nya. Sungguh tak pernah terfikirkan olehku, akan kehilangan dia .

Nama Penulis: Ega Ayundi

Cerpen Cinta Untuk Sahabat merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bukan Lagi Untukmu

Oleh:
Terkadang indahnya senja, memancarkan kebahagiaan. Sekejap menularkan rasa bahagia, layaknya virus yang menularkan penyakitnya. Hingga membuat seorang aku ini, yang telah menginjak umur 20 tahun ini, menduduki pasir nan

Fly High (Part 3)

Oleh:
1 tahun telah berlalu… Hari-hari yang dilalui oleh Uvi dan Zena di kelas 1-A begitu pahit, Zena memutuskan untuk pindah sekolah karena tidak kuat melihat bullying yang dilakukan oleh

Megumi Dan Naomi

Oleh:
Sabtu, 07 Januari 2016, Tokyo. Hujan lebat membuatku suntuk seharian. Tapi ku tahan kantukku dengan segelas cangkir kopi hitam yang ku letakkan di sebelah Macbook Airku. Hari ini ku

Temui Aku Yah, Bu

Oleh:
Tak ada yang berbeda dengan hari ini, aku dibangunkan lagi oleh deru peluru yang sangat mengganggu telingaku, aku dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka berusaha bangun dan mulai menata

Yang Ada Menjadi Tiada

Oleh:
Gadis berambut ikal itu mendekapkan kedua tangannya tepat di depan dada sembari memejamkan kedua matanya. Terdengar kata aamiin dengan lirih dari bibir mungilnya. Tak lama ia membuka kedua matanya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Cinta Untuk Sahabat”

  1. Hatake no dewi hyugga says:

    Hiks,sedih keren deh pokonya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *