Good Bye, My Cat

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 29 August 2014

Halo namaku Sofia Mutakamila, kalian bisa memanggilku dengan panggilan Sofi, Sofia atau Kamil itu terserah kalian. Tapi, aku lebih senang kalau dipanggil dengan panggilan Sofia.
Aku punya seorang sahabat namanya Yumna, dia itu orangnya baik, pengertian dan sebagai tempat curhat.
Pagi ini begitu cerah, saat ingin berangkat ke sekolah, seperti biasa Yumna datang pagi-pagi dan memanggilku,
“Sofia pergi ke sekolah sekarang yuk!” teriak Yumna dari balik pagar.
“Sofia!” teriak Yumna sekali lagi dengan suara lebih keras.
“iya tunggu sebentar” jawabku sambil memakai sepatu, setelah selesai memakai sepatu aku langsung berlari keluar rumah, aku menaiki sepeda dan langsung bergegas pergi ke sekolah bersama Yumna

Kriiing..!! Kriiing…!! Bel sekolah berbunyi kencang, itu bertanda pelajaran pertama akan segera di mulai. Aku dan Yumna bergegas berlari ke dalam kelas dan bersiap menerima ilmu matematika dari Pak Ammar.
“assalamualaikum, anak-anak gimana kabarnya hari ini?” tanya Pak Ammar dengan ramah.
“alhamdulillaah, baik pak” jawab anak-anak dengan semangat. Begitulah Pak Ammar, walaupun Pak Ammar bukan wali kelasku, tapi aku dan teman-teman yang lain menyukai beliau, Pak Ammar termasuk guru yang rajin, ia selalu datang pagi-pagi lebih pagi dari pada Pak Acep (OB di sekolahku).
“oke anak-anak hari ini kita akan belajar aljabar. Bapak akan menjelaskan apa itu aljabar” lalu Pak Ammar menjelaskan dengan singkat jelas, dan mudah di mengerti oleh murid-murid. Saat akan memberi PR, Pak Ammar menyuruhku untuk maju ke depan kelas, saat ingin maju tiba-tiba..
Kriiing..!! Kriiing..!! Bel istirahat berbunyi sangat kencang. Aku yang sudah berada di depan kelas, di suruh duduk kembali oleh Pak Ammar.
“baiklah anak-anak, pelajaran kita cukupkan disini, minggu depan kita akan mempelajari Bab baru” setelah itu, Pak Ammar berjalan keluar kelas dan pergi menuju kantor.

Aku dan Yumna pergi berjalan keluar kelas menuju kantin. Saat sampai di kantin, aku melihat mpok sedang menyiapkan pesanan. Kemudian aku dan Yumna memesan beberapa kue bolu dan secangkir teh panas.
Kriiing..!! Kriiing..!! Bel berbunyi lagi, aku dan Yumna berlari menuju kelas.

Singkat cerita, saat aku dan Yumna sedang mengayuh sepeda menuju rumah, aku mendengar suara kucing,
Miaaaw..
Miaaaw..
Suaranya sangat lemah, aku dan Yumna berhenti untuk mendengar suara kucing lagi,
Miaaaw..
Miaaaw..
Suaranya terdengar lagi, suara itu seperti berasal dari semak-semak di sebelah kanan. Aku mengajak Yumna untuk mencari kucing itu dari balik semak,
“Yumna, aku rasa kucing itu ada di semak-semak sebelah situ” kataku seraya menunjuk semak-semak.
“aku juga mendengar suara kucingnya, kita deketin yuk!” ajak Yumna semangat.

Aku dan Yumna berjalan menuju semak-semak. Saat sudah sampai aku membuka semak-semak itu, aku sangat kaget karena dari semak-semak itu muncullah seekor anak kucing yang sangat lucu. Bulunya berwarna oren bergaris-garis putih, bola matanya berwarna hijau.
“wah.. kucingnya lucu banget, kita bawa pulang yuk” ajak Yumna seraya mengangkat kucing itu.
“boleh.., tapi nanti kucingnya ditaruh di rumahku ya..” pintaku kepada Yumna. Yumna sedikit berpikir, tapi akhirnya ia mengiyakan juga.

Aku dan Yumna mengayuh sepeda kembali menuju rumah. Saat sampai di depan rumah, aku mengajak Yumna serta kucing itu masuk ke dalam rumah. Kemudian ibu datang membawa dan membawakan air putih.
“Sofia dan Yumna sudah pulang” sambut ibuku.
“iya Bu” jawabku
“Bu, aku boleh melihara kucing nggak” pintaku.
“kucing?!” jawab ibu kaget.
“iya, kucing!”
“Tidak boleh! Ibu tidak mengizinkan karena kucing itu pembawa penyakit” kata ibu seraya pergi mnuju kamar. Yumna tertunduk, ia trauma dengan sikap ibuku tadi. Akhirnya aku menyerahkan kucing itu kepada Yumna, Yumna membawa pulang kucing itu.

Ketika Yumna sudah pergi meninggalkan rumahku, aku mendengar suara klakson mobil dan bunyi orang tertabrak.
Buuk..!!
Aku sangat kaget, aku pun berlari ke luar rumah.
Innalillahiwainnailaihirojiun…
Aku melihat Yumna dan kucing tergeletak lemah di tengah jalan, aku kaget bukan kepalang. Aku langsung berteriak memanggil orang-orang yang tinggal di sekitar rumahku.
“ibu, teman-teman, senuanya cepat keluar. Ada kecelakaan disini, TOLONG..!!” teriakku dengan sangat keras, tak terasa air mataku turun mengenai pipi. Ibu keluar dari rumah dengan diikuti beberapa orang dewasa. Sebagian dari mereka memanggil Ambulan. Sekitar 10 menit kemudian ambulan datang, kemudian beberapa orang petugas rumah sakit turun, dan mengangkat Yumna bersama kucing ke dalam mobil.

Aku ingin sekali ikut, tapi sayang nya ibu melarangku karena akan membuat repot orang yang bekerja di rumah sakit, tapi ibu berjanji akan mengajakku menjenguk Yumna. Aku terus berdo’a agar Yumna dan kucing itu cepat sembuh.

Besoknya saat ingin berangkat ke sekolah, aku merasa ada yang aneh. Aku merasa sangat kesepian. Naik sepeda sendiri, tidak ada yang bisa diajak ngomong. Saat di kelas aku hanya duduk sendiri, tidak ada yang bisa ditanyakan kecuali guru. Begitu juga saat pulang sekolah, semuanya terasa sangat sepi.

Ketika aku sudah sampai di depan rumah, aku langsung membuka pintu dan berjalan ke kamar. Tiba-tiba ibu datang membawa Telepon rumah.
“Sofia, ini ada telepon dari Yumna. Kamu mau ngomong gak?” tanya ibu.
“mau, aku mau ngomong sama Yumna!” jawabku semangat. Lalu ibu memberiku telepon itu, dan membiarkanku berbicara dengan Yumna.
“Yumna, ini aku Sofia. Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyaku membuka percakapan.
“aku baik-baik saja kok. Kucingnya juga” balas Yumna.
“oh.. ya? Sekarang kucingnya ada dimana?” tanyaku kedua kalinya.
“sekarang kucing nya sedang berada di tempat khusus perawatan hewan. Tempatnya persis di samping rumah sakit ini” jawab Yumna.
Aku sangat senang karena Yumna sudah mulai sembuh dan bisa berbicara.

ADVERTISEMENT

Setelah menutup percakapan, aku meminta ibu untuk menjenguk Yumna di rumah sakit besok, ibu mengizinkan asalkan tidak berlama-lama di rumah sakit.

Keesokan pagi nya, aku bersiap-siap berangkat ke rumah sakit. Dengan diantar oleh ayah Saat aku sudah sampai di rumah sakit, aku melihat Yumna sedang terbaring di atas kasur.
“assalamualaikum” sapaku saat berada tepat di depan Yumna.
“waalaikumsalam” jawabnya
“Yumna, kamu bagaimana kabarnya sekarang?”
“baik kok. Sofia, aku punya 2 kabar. Yang pertama baik dan yang kedua buruk” kata Yumna.
“kabar yang pertama, aku besok sudah bisa pulang. Tapi..”
“kabar yang kedua, kucing yang kita temukan sekarang sudah mati karena kekurangan darah” tambah Yumna.
Hiks..
Hiks..
Kini aku menangis yang kedua kalinya. Setelah beberapa lama di rumah sakit, aku berpamitan untuk pulang ke rumah. Di jalan ayah mengajakku untuk makan di kedai es krim, disana ia berkata.
“Sofia. Di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya pasti akan meninggal. Ayah, kamu dan semuanya pasti akan meninggal juga. Yang tidak meniggal itu adalah Allah, ia kekal selamanya. Jadi, Sofia harus mngikhlaskan semuanya.” Jelas ayah.
Aku mengangguk mengerti, sekarang aku sudah mengerti apa itu ikhlas. Lalu aku mengusap mata, mencoba untuk tidak bersedih dan melupakan semua kenangan bersama kucing itu dan Yumna. Mulai dari ditemukannya kucing itu, sampai sekarang.

Cerpen Karangan: Muhammad Hibatul Wafi
Facebook: Muh Muh Muhammad

Cerpen Good Bye, My Cat merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Trouble of Sisters (Part 1)

Oleh:
Rambut hitam terurainya, hidung mancung bak putri bangsawan, kulitnya yang putih seputih salju, dan kaki jenjangnya yang bagaikan gadis remaja 17 tahun. Dia adalah Emely, penyanyi cilik profesional yang

Berhenti Untukmu

Oleh:
No there is no other one I can’t have any other one Thought I would Now I never could with one -Weezer- Aku terlalut dalam lagu weezer yang mengalun

Terima Kasih Ku

Oleh:
Aaaa mata Rio terbelalak saat melihat jam sudah pukul 06. 45. Ia langsung bergegas mandi dan pergi ke sekolah tanpa memberesekan tempat tidur dan sarapan. Karena jarak rumah dan

Tertulis Kisah Cinta di Batu Nisan

Oleh:
Kehadiranya tidak pernah terbayangkan sebelumnya.. Andai tidak terjadi kejadian seperti itu apakah aku akan mengetahuinya (aku tidak tahu) — Sudah lama aku seperti ini, aku tidak mampu untuk memulai

Pelangiku Yang Telah Hilang

Oleh:
Aku menunggu pelangi datang dalam derasnya hujan. Derasnya hujan memberiku harapan datangnya dia. Hujan semakin deras, namun dia tak kunjung datang. Semakin derasnya hujan, aku ragu akan kedatangannya. Bahkan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *