Ibu, Aku Mencintaimu
Cerpen Karangan: Fahrial Jauvan TajwardhaniKategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 18 April 2015
“Kaulah ibuku cinta kasihku, terima kasihku takkan pernah terhenti, kau bagai matahari yang selalu bersinar, sinari hidupku dengan kehangatanmu.”
Aku tak sanggup lagi bersuara, lagu yang berjudul ‘Ibu’ benar-benar menghentikan nafasku. Jantungku berdebar setelah selesai menyanyikan lagu ini. Juri hanya tertunduk bisu tanpa kata. Ratusan penonton mengusap mata. Aku hanya tersenyum dengan linangan air mata menatap mereka.
Berdiri di hadapan ratusan orang, bermodalkan nama kecil dan tampang pas-pasan. Datang dari kalangan asing yang direndahkan, di mimpi pun aku tak pernah mendambakan kesempatan ini, karena terlalu tinggi inginku jika memimpikannya. Tapi, aku menciptakannya, menciptakan kesempatan yang ku perjuangkan sendiri dengan ambisi, hingga akhirnya aku berdiri di hadapan mereka. Di hadapan mereka yang dulu pernah menertawakanku, mencaci maki dan memandangku sebelah mata, karena profesiku sebagai seorang pengamen jalanan.
Atas izin Allah, aku membuktikan pada mereka yang memandang rendah orang sepertiku. Mata-mata itu lah yang menjadi bukti kekaguman mereka atas kelebihanku. Dari mata itu keluar air mata yang meyakinkanku bahwa hari ini aku ada, bahwa hari ini aku dilihat, bahwa hari ini aku menjadi bagian mereka yang dulu sempat mengasingkanku.
Aku kembali pada memori ingatan 3 tahun silam. Ibu membelai rambutku, menatapku iba, seraya berkata “Jika dunia ini tidak memberimu kesempatan untuk bernyanyi, atau ia tidak ingin mendengarmu bernyanyi. Maka ibu adalah satu-satunya orang yang siap mendengarmu, mendengar suara indahmu,” ujarnya lembut padaku.
Perlahan airmataku berlinang menatap wanita renta yang memangku ku penuh kehangatan. Matanya yang sendu, dan senyumnya yang layu. Kian menggetarkan jiwaku yang sedang pilu, karena tertusuk belati yang datang dari lidah mereka, orang-orang kota.
Kembali ibu membelai rambutku dengan penuh kemanjaan, seraya berkata “Bernyanyilah untuk dirimu dan biarkan orang lain memberikan penilaian. Nikmatilah setiap nada yang keluar dari mulutmu, karena ia adalah bagian dari hatimu. Sayangku, jangan takut orang lain tidak mendengarkanmu bernyanyi. Percayalah, karena ibu yang akan selalu mendengarkan suara indahmu.”
Kembali mataku berbinar, wanita renta ini adalah kebanggaanku, harga diriku. Melihatnya bersedih membuatku berambisi untuk mengejar mimpi, dan hatiku berjanji untuk membeli lidah-lidah yang telah mengasingkanku dalam kehidupan ini.
Akhirnya, pendengar terbaik yang pernah kumiliki meninggalkanku pergi, jauh sekali tanpa pernah kembali. Mimpiku musnah seiring masuknya jasad wanita renta itu ke dalam tanah. Semangat serta cita-citaku ikut tenggelam bersamanya. Yang tersisa hanyalah ambisi untuk tetap membanggakannya. Karena ia ingin melihatku berdiri di panggung besar dengan suara musik yang bervariasi dan penonton yang penuh apresiasi.
Kembali harus ku ulangi, dan yang tersisa hanyalah ambisi untuk tetap membanggakannya. Membeli setiap airmatanya yang jatuh karena pernah memendam kecewa padaku. Pada akhirnya, kebanggaan adalah pembayaran yang tepat untuk mengganti airmatanya.
Aku terhanyut dalam lamun masa lalu. Tak lama aku tersentak kaget, karena sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah dari orang-orang yang berdiri berhadapan denganku. Aku hanya tersenyum dengan linangan air mata menatap mereka. Lalu memejamkan mata untuk melihatnya tersenyum di surga dan berkata “Ibu, aku mencintaimu.”
Cerpen Karangan: Fahrial Jauvan Tajwardhani
Facebook: https://www.facebook.com/fahrialjauvan.tajwardhani
Nama Lengkap: Fahrial Jauvan Tajwardhani
Panggilan: Jauvan
TTL: Sampit, 25 desember 1993
Jejaring Sosial
Fb: Fahrial Jauvan Tajwardhani
Twitter: @Fahrialjauvan
IG: JauvanTajward (Fahrial Jauvan Tajwardhani)
Path: Jauvan Tajward
Cerpen Ibu, Aku Mencintaimu merupakan cerita pendek karangan Fahrial Jauvan Tajwardhani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Malapetaka
Oleh: Elsa Puspita Ronald“Sucy ayo bangun,” Teriak Ibu dari lantai bawa. “Iya Bu.” sahut Sucy dia langsung membereskan tempat tidurnya. Dan langsung menyambar handuk lalu bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai, Sucy
Jangan Pulang ke Rumah yang Lain
Oleh: Lvxi RamadhaniLangkah-langkah itu terabaikan. Mereka berhenti pada kegelapan yang paling dasar. Menatap keyakinan terlalu dalam, hingga aku merasa hilang arah. Aku mengingat berbagai momen ketika semua langkah itu tidak lagi
Maafkan Aku Ibu
Oleh: Tinta HitamDerapan langkah kakiku menggendang di telingaku. Guratan kekecewaan tergambar di wajahku. Aku merasa gagal menjadi anak yang baik pada orangtua. Hembusan angin menggerakkan rambutku, aku tengah duduk di sebuah
Knight
Oleh: Gefira Nur FauziaMalam itu ketika hujan badai menerjang Kota Villie, lampu jalan menyorot sebuah kedai makan di pojok deretan kedai yang lain. Dari sekian kedai yang ada, hanya kedai tersebut yang
Ibu Apa Aku Anugerah Untukmu?
Oleh: Vina IdamatusilmiPagi, namaku Nina, aku tinggal di Desa sukaraja bersama ibuku. Ibuku bekerja sebagai Desaigner baju, ibu juga sangat sibuk bekerja di sebuah griya butique Melati, karena kesibukan ibuku tersebut
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Nilai kehidupannya apa nih? Tolong donk bantu guys