Ketika Harus Memilih

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 26 May 2017

Nama aku ira, aku punya sahabat bernama odiiy, kita udah temenan selama 5 tahun sejak duduk di bangku SMA, dan kebetulan kita masih 1 kampus yang sma, dan dia juga yang sering bantuan aku ngerjain tugas kuliah pokoknya dia itu baik banget. Dan odiy ini punya cewek namanya Lolita. Aku sih tidak begitu suka, soalnya gara-gara dia aku tidak sedekat dulu dengan odiy, tetapi tidak apa-apalah, asal odiy seneng aku juga ikut seneng.

Odiy ini sering berantem sama pacarnya, gara-garanya sih Cuma masalah sepele, kadang Cuma gara-gara beda selera, cemburulah. Gak kebayangkan gimana rasanya ribet kalau punya pacar, makanya dari itu sampai sekarang aku gak mau pacaran, tapi odiy itu meskipun sering berantem, tapi dia sayang banget sama pacarnya, sampai dia rela mutusin persahabatannya dengan aku, persahabat yang sudah lama kita bangun selama 5 tahun lamanya.

Waktu itu ceritannya gini, aku melihat odiy sedang duduk sendirian di teras rumah kos-kosannya. Aku samperin dia.
“odi..” kataku
Tapi odiy diam saja dan tak memandangku sama sekali.
“od, kamu tahu nggak, tadi itu presentasiku lancar banget dan dosen bilang materinya juga bagus.”
Odiy masih saja diam, dia tak memandangku sama sekali.
“odiy.. kamu kenapa sih?”
“aku putus sama lolita”
“oo.. jadi itu kamu ngrasa kesel”
“iya, dan asal kamu tahu, ini semua gara-gara kamu”
“gara-gara aku?”
“Iya, lolita itu cemburu sama kamu”
“cemburu?.. od, kita itu temenan udah 5 tahun, apa yang perlu dicemburuin?”
“aku gak tahu, dan aku sudah sering bilang sama lolita, buat ngerti, tapi dia gak mau”
“terus kamu mau gimana?”
“jauhin aku ra, lolita gak bakalan suka kalo kita deket terus”
“apa? Jauhin kamu?.. od, kita SMA sama-sama terus daftar kuliah juga bareng, sekarang kamu minta buat aku jauhin kamu?”
Odiy hanya diam.
Namun aku angat sadar, jika kehadiranku hanya akan merusak kebahagiannya.
“oke, kalau itu mau kamu, aku akan pergi, selama ini kamu udah baik sama aku, jadi gak ada alasan buat aku untuk tidak mengabulkan permintaan kamu.”

Semenjak itu aku memutuskan untuk pergi, dan pindah kuliah supaya aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, aku pun memutuskan untuk pulang ke Jakarta dan bilang sama papa aku buat kuliahin di Amrik, papa pun setuju dan aku pun kuliah di Amrik jurusan kedokteran.

Selam 4 tahun aku kuliah di sana dan akhirnya aku mendapat gelar S1. Aku pun memutuskan untuk pulang ke tanah air, dan menetap di sana. Aku pun diterima kerja di sebuah Rumah Sakit di Bandung. Di sana aku mendapat tugas untuk menangani pasien penderita kanker otak Stadium akhir, dan bulan depan akan diadakan operasi untuk pengangkatan tumur pada otaknya.

Garis takdirku memang sudah ditetapkan, seberapa keras aku berusaha menjauh dari masa laluku jika tuhan sudah berkehendak, tak akan ada jalan lain untuk menghindar. Karena ternyata pasien yang akan kutangani ini adalah odiy, sahabat lamaku yang dulu, menyakiti hatiku, aku tak bisa mengelak dari tugas ini, ternyata odiy ini menderita kanker otak sejak SMP, aku sendiri sejauh ini baru mengetahui hal itu, dan untuk bertahan dari rasa sakit tersebut, pasti dibutuhkan perjuangan yang besar untuk menahan rasa sakit, apalagi saat ini odiy juga kehilangan penglihatannya.

Dokter Hamka pun memperkenalkanku dengan odiy, aku sengaja memakai nama samaran agar dia tidak mengetahuinya.
“selamat pagi odiy?” sapa dokter Hamka pada odiy, yang saat ini tengah berdiri menghadap ke jendela.
“o.., dokter Hamka ya?”
“Iya, odiy.”
“iya dok, ada apa ya? Apa ada obat yang harus saya minum”
“tidak odiy, sekarang dokter sudah membawa dokter baru, yang akan menangani kamu”
“siapa dok?”
“isyana”
“dokter isyana kenalkan ini odiy”
“odiy”
“isyana”

Kini hari-hariku berlanjut dengan merawat odiy, aku sangat kasihan dengan odiy dia harus berjuang melawan rasa sakit dengan duniannya yang gelap, aku terus memberikannya semangat, dan kini dia sangat nyaman denganku, sering kali dia curhat tentang Ira sahabatnya dan itu ternyata adalah aku sendiri.

“dok”
“iya?”
“dokter itu mengingatkan seseorang”
“o ya, siapa?”
“dari sikap dokter, dokter itu mirip banget sama sahabat aku.”
“sahabat kamu? Siapa namanya?”
“ira dok namanya.”
“deg” seketika itu aku merasa hatiku ada yang menyentuh.
“o.. namanya ira?”
“iya dok, aku tuh sebenarnya pengen minta maaf padanya..”
“minta ma’af, emangnya kamu berbuat apa?”
“aku udah nyakitin dia, karena waktu itu penyakitku kambuh dan aku marah-marah sama dia, dan aku pikir setelah itu aku bakal mati sebab itu aku marahin dia, supaya saat aku pergi nanti, dia gak ngerasa sedih, makannya aku buat dia pergi”.
Mendengar perkataan odiy, air mataku semakin tidak terbendung, tetes demi tetes mangalir di pipiku, aku pun mencoba menahan suaraku, agar odiy tidak mendengar kesedihanku, dan odiy terus melanjutkan ceritanya.

“dan ternyata dugaanku salah dok.”
“salah? salah bagaimana?”
“aku pikir setelah aku membuat ira pergi, aku akan meninggal tapi ternyata tidak, sejauh ini aku masih hidup, mencoba bunuh diri, namun tuhan masih menyelamatkanku hanya saja dia mengambil penglihatanku”
“itu berarti tuhan masih sayang sama kamu”
“dok, dokter bisa bantu aku”
“Tentu odi, memangnya kamu butuh apa?”
“dok tolong bantu odi, menulis surat untuk sahabatku ira”

ADVERTISEMENT

Aku pun mengambil kertas dan bolpoin, lalu odi berbicara dan aku yang menulis suratnya dan ternyata surat itu untukku sendiri yang intinya odi meminta maaf padaku, dan dia bilang jika dirinya sakit, odi ingin dia menjenguknya untuk terakhir kalinya.

Seketika itu aku menangis dan tanganku tak bisa lagi memegang bolpoin dan aku pun memberikan odi kertas kosong. Aku pikir aku pun sudah mengetahuinya, jadi tidak perlu aku menulisnya kembali odi pun memintaku untuk memasukan surat tersebut pada amplop, dan menyuruhku untuk mengirimkannya ke rumah ira yang ada di Bandung, padahal aku sendiri sudah lama pindah ke Jakarta, dan mungkin odi belum tau hal itu, makanya dia menyuruhku mengirimkannya ke Bandung, aku pun tidak perlu mengirimkannya, karena yang sebenarnya dia tuju adalah aku sendiri, aku adalah ira sahabatnya dulu dan dia tidak mengetahuinya aku tidak bisa membayangkan jika saja aku tak menjadi dokter, mungkin aku tidak akan bertemu dengan odi lagi dan tidak mengetahui semua yang sebenarnya. Aku sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan odi, setelah sekian tahun lamanya, dan aku juga berkesempatan untuk merawat sahabatku itu, aku sangat bersyukur sekali.

Dan hari-hariku kini berjalan dengan odi, dan aku lihat kondisinya semakin membaik, itu tandanya odi bisa segera dioperasi. Namun odi menolak, dia mau dioperasi jika sudah bertemu dengan ira dan meminta maaf secara langsung. aku pun bingung, jika aku berkata yang sebenarnya pada odi jika aku ini adalah ira, pasti odi tidak akan percaya, apalagi saat ini odi tidak bisa melihat, aku pun memutar otakku untuk membuat cara agar odi mengetahui kalau aku ini adalah ira. Aku pun menemukan ide, dengan merubah suaraku dan bilang kepada odi kalau aku ini adalah ira. awalnya odi tidak percaya, lalu aku pun menunjukan kepadanya sebuah kalung pemberiannya sewaktu kuliah dulu, odi pun memegang tanganku dan berpamitan kepadaku dia bilang, jika dia akan melaksanakan operasi, dia minta untuk mendoakannya dan itu pasti aku akan mendo’akannya.

Akhirnya odi mau dioperasi, dan setelah menunggu ternyata dia tidak terselamatkan dia akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya, aku sangat sedih dan ini adalah ke dua kalinya aku harus kehilangan odi, ini yang terakhir dan untuk seterusnya. namun aku tidak boleh bersedih sebab dengan ini juga odi bisa berhenti menahan rasa sakit. Kini dia bisa istirahat dengan tenang.

Selamat jalan odi, selamat jalan sahabatku.

SEKIAN

Cerpen Karangan: Evi Apriliani
Facebook: luluk fikri
Alamat: Dsn. Becek Ds. Kalirong Kec. Tarokan Kab. Kediri

Cerpen Ketika Harus Memilih merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Terima Kasih, Ma

Oleh:
19 Desember. Sebentar lagi hari ibu. Apa yang akan aku berikan untuk Mama? Mungkin dalam kondisi seperti ini aku hanya bisa mengatakan ‘Selamat hari ibu’ ke Mama. Tapi aku

Janji Yang Membisu

Oleh:
Janji kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau telah tenang disana sayang, menanti kehadiranku kembali untuk melanjutkan cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk

Kehilangan

Oleh:
Tet, tet, tet. Bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran akan dimulai. Tak lama kemudian Ibu guru masuk ke kelas. “selamat pagi anak-anak!” sapa Ibu guru berparas cantik itu. “selamat pagi

Rahasia Rere (Part 1)

Oleh:
“Hufft..” Winda menghela nafasnya dengan kasar sembari menenteng sekeranjang penuh strawberry segar yang baru dipanen mama dan kak Zahra di kebun belakang. Kalau bukan bujukan mamanya. Ia tak akan

Tentang Sayap yang Patah

Oleh:
“Untuk sayap yang patah, karena mereka yang hanya singgah.” Cewek itu bergumam lirih, tersenyum kecut sembari mengelus burung peliharaannya. Love bird. “Iya kan Bei, aku benar kan?” Bei, burung

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *