Kisah Sepotong Kue Brownies

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 18 October 2013

Andai kejadian ini tak terjadi, dia pasti tak akan bersikap seperti ini padaku. Andai dulu kisah ini tak terukir, pasti dia tak kan meninggalkanku berlarut dalam sepi. Kini kebersamaanku dengannya tinggal memori saja. Kepedulianku terhadapnya selalu diacuhkan olehnya. Saat ini hanyalah rasa kecewa yang kurasa, semuanya telah menjadi bubur, janur kuning pun telah melengkung. hanya karena problem kecil saja sampai segini rasanya. bagaikan pepatah, dulu parang sekarang panci, dulu sayang sekarang benci.

Kan kujabarkan kisahku ini dengan hati yang lapang. Aku mempunyai seorang teman dekat, sebut saja namanya Dianra. Ia merupakan anak yang pandai dan ceria. Namun sayang, perangainya amat keras kepala. Dianra sangat senang sekali dengan yang namanya kue, terutama kue brownies.

Kisahku dimulai pada saat ultah sepupuku ‘virsya’. Ehm.. besok ultahnya si virsya, besok dia juga mau main kemari. Nanti rencananya sih aku mau ngasih dia kado yang dia inginkan, karena aku udah janji akan ngasih dia kado. Maka, aku harus nepatin janji itu. Dulu aku pernah nanyain sama virsya, dia ingin kado apa. Ia hanya berkata dia ingin kado yang nggak muluk-muluk, maksudnya yang nggak aneh aneh. Terus dia juga bilang, dia ingin aku ngasih makanan kesukaannya. Aku tersenyum saat tahu hal apa yang ia inginkan. Yang diinginkan adalah sesuatu yang simpel. Dia juga menjawab bahwa ia suka sesuatu yang simpel, dan nggak ribet. Aku tahu makanan favorit virsya, yaitu kue coklat. Tapi aku bingung, besok harus ngasih apa ya, cupcake atau roll brown cake. Tapi kayaknya udah bisa deh. Kalau tart, pasti dia udah dibeliin sama mami papinya. Apalagi donat, udah biasa ia makan. Huft apaan nih, jadi bingung aku. Gimana kalau mini brownies triple chees cake. Nah ya.. sepertinya pas juga tuh, jadi besok aku ngasih dia kado itu aja. Cozz, aku langsung fighting ke tokonya. Pilih kue dan bayar, setelah itu aku langsung pulang ke rumah. kadonya sengaja nggak aku bungkus, lha kalau bungkus sih lebih bagus, tapi ah.. gini aja, nanti juga akan dimakan langsung, alias nggak dibawa pulang.

Wah… aku bangun kesiangan lagi. maklum tadi malam aku begadang. aduh… harus cepat cepat nih. Moga aja aku belum telat. Kalau jalan, terbiasa lelet. Ah lari aja. Hah.. hah.. nafas aku sempoyongan nie. “tet…tet..” hemn belnya udah bunyi, pas banget. ketika aku nyampai di sekolah, bel langsung bunyi. Aku segera masuk kelas dan menempatkan diri.

Pelajaranpun langsung dimulai. seorang guru sedang beranjak menuju ke kelasku. Suasana amat tenang, saat beliau masuk di kelasku. Tiba tiba beliau langsung menyuruh kami untuk mengeluarkan kertas. Tanpa aba-aba dan ragu ragu. Beliau langsung berkata “anak-anak, hari ini ulangan, letakkan selembar kertas dan bolpoint, tak boleh ada satu pun barang di atas meja selain selembar kertas dan balpoint. Kosongkan laci!, semua di taruh di dalam tas, kalau ada yang ketahuan nyontek, nilai akan saya kurangi, dan saya akan mencatatnya.” Aku dan semua teman temanku amat sangat kaget, lha baru kali ini ngerasain yang namanya ulangan dadakan. Beliau juga berpesan, ulangan ini akan langsung dicocokan. Betapa kagetnya kami!!. Diibaratkan kaget tingkat dewa. Aduh payah.. tadi malam aku sama sekali nggak baca materinya, boro boro baca, buka bukunya aja nggak. Gimana nih, kayaknya jalan satu satunya hanya memohon pada Yang Maha Kuasa, kalau kagak ingin remid.

Untunglah, soalnya nggak susah susah banget, untungnya lagi aku masih ingat sedikit sedikit materi kemarin yang di bahas sama beliau. Tapi kalau kepepet nggak bisa jawab, ya.. diisi asal asalan. yang penting nyambung sama materi.
Alhamdulillah aku sudah selesai, langsung dicocokin. Inilah.. detik detik pencocokan yang menegangkan. Deg.. degan nih rasanya. Kerjaanku dibawa siapa, aku juga kagak tau. Selesai sudah pencocokan, tinggal masukin nilai. Nanti kalau giliranku, aku mau nundukin kepala saja. Dan pura pura nggak tau.

Dug.. dug.. ah.. galau deh, nilai ku berapa. Jangan jangan aku kena remid. Ibu guru mulai memanggil namaku. “vista..” panggil beliau. Di saat seperti itu, lebih baik aku nundukin kepala dan berlagak nggak tau. Kemudian ada salah seorang temanku yang menjawab “delapan puluh.”
Alhamdulillah ya Tuhan, terima kasih atas karuniamu. Aku nggak nyangka bakal dapat segitu. Ini merupakan berkah yang telah diberikan Tuhan padaku. Akhirnya, aku terbebas dari remid.

Selesai juga, beliau ngentry data nilai siswa, kemudian dia menyuruh kami untuk mengerjakan soal paket, dengan sistim kelompok, anggota kelompok sesuai dengan regu piket. Aku satu kelompok sama rara (dianra), nunik, elina. Jam pertama telah usai, beliau lalu meninggalkan kelas kami.

Pulang sekolah aku dan ke tiga teman ku berkumpul, kemudian kami langsung bertandang ke rumah ku tuk mengerjakan tugas. Karena di antara kami berempat, hanya aku yang jaraknya paling dekat dengan sekolah, jadi sekalian.
Suasana di rumah sepi, semua pada sibuk sama kerjaan masing masing. Ayah sama bunda sibuk ngurusin bisnis, hanya aku yang punya tugas jagain rumah. kita langsung bekerja tanpa mengulur ngulur waktu. Tugas pun terselesaikan dengan sempurna. Besok tinggal ngumpulin. Setelah itu, kita nyantai, ngobrol sama humor. Tiba tiba di tengah suasana, temanku ‘rara’ berkata “vis, gue ngehirup aroma kue brownies nih.” Sembari mencari tahu dari mana asal aroma itu. “loe, punya brownies, gue minta boleh?.” katanya. duh.. gini nih kalau udah ketauan sama brownies holic (pecinta dan penggemar berat brownies). Padahal roti itu kan buat sepupuku yang lagi ultah. Aku harus jawab apa nih, atau aku katakan saja yang sebenarnya. “ehm.. sorry ra, itu pesenan sepupu aku, nanti dia mau kemari ngambil itu.” Kataku dengan lembut. Sebenarnya aku nggak enak ngomong kayak gini terhadap rara, apalagi dia teman deketku. Aku takut kalau dia ngambek, apalagi hal satu ini nyangkut sama urusan brownies, kalau sudah ada kata brownies, dia seperti ndak bisa diganggu gugat lagi. “plis.. boleh ya” pinta rara. “maaf ra, aku nggak bisa, aku udah janji sama sepupuku mau ngasih itu sekarang.” Dengan raut penuh penyesalan.

Tuh kan udah ku tebak, dia pasti marah sama aku. Terbukti setelah itu dia langsung ijin pulang. Ketika si elin bertanya pada rara ngapa kau pulang selekas ini, dia hanya menjawab aku ada urusan laen yang lebih penting. Setelah agak sore, satu persatu temanku pada pulang. Aku masih merasa bersalah atas kejadian ini semua.

ADVERTISEMENT

Yang ditunggu pun datang. “kak Tata.. kak Taataa, virsya datang..” teriak virsya di depan pintu rumahku. Ketika itu pula aku langsung membukakan pintu. Dek virsya sayang, kau tadi ke sini sama siapa?” tanyaku. “oh tadi aku dianter ama om erik” sahut shasa (virsya). Lalu aku menyuruhnya masuk. Aku langsung memberikan hadiah yang sudah aku janjikan pada sasa. Sembari mengucapakan selamat ultah “happy birthday dek sasa, tambah rajin dan pintar jangan lupa taat sama ortu dan rajin ibadah, dan ini kadonya.” Sasa amat senang sekali nerima hadiah dari aku. “terimakasih kak tata (vista), kau memang kakak sepupuku yang paling baik, oh ya kak nih ayo kita icipin kuenya.” Katanya, Sambil merengek rengek. “buat kamu aja, kak vista udah kok.” Ujarku. Aku mending nggak usah ngicipin, lha jika teringat peristiwa tadi, jadi ngerasa nggak mood. Sampai saat ini aku masih ngerasa bersalah atas kejadian tadi. Aku harus bisa ngatasin semua ini. Lebih baik, besok aku minta maaf ama rara, terus ngajakin dia makan kue disini. Kayaknya, aku nggak bisa beli kue sekarang, si sasa masih ingin maen, terus kalau aku beli nanti, takut tokonya udah tutup. Gini saja lah, aku minta bantuan ama ayah dan bunda, semoga ayah dan bunda bisa bantu. Aku kirim messenger aja. Maaf, ayah bunda, aku udah ngerepotin. Mereka membalas oh gak papa kok sayang, ya nanti kita beliin. Aku balas messenger tersebut, dengan ucapan terimakasih. Setelah puas maen, virsya ijin tuk pulang. Tak lupa ia mengucapakan terima kasih.

Pagi ini terasa amat berbeda. Tentulah, kalau biasanya aku dan rara selalu berangkat ke sekolah bersama, tapi kali ini nggak. Kalau biasanya dia selalu nungguin aku di dekat gapura, namun untuk saat ini, batang hidungnya tak nampak sekalipun. Aku pun terpaksa, berangkat sekolah sendirian. Menapaki jalanan sunyi, menelusuri lorong tanpa langkah kakinya, sungguh hal yang tak senada.

Usai tiba di sekolah, selekas mungkin aku masuk ke kelas. Hiruk pikuk, tawa dan canda yang menghiasi kelas ini, cukup bisa membuat ku terhibur, namun hanya tuk sementara. Aku sibuk mencari sorot mata rara. Nah itu dia, aku langsung beranjak menuju ke tempat rara. Aku juga meminta maaf atas hal yang tak mengenakan yang terjadi kemarin. “ra.. maafin aku ya, aku udah salah sama kamu.” Pintaku dengan nada melo. “hemn.” sahutnya singkat, sembari menganggukkan kepala. Aku kurang yakin dia sudah memaafkanku, nada jawabnya kayak masih agak agak berat gitu. Lalu aku menatap kedua bola mata rara. Akan tetapi, ia malah buang muka. Ketika aku menawarinya tuk main ke rumahku, dan makan kue brownies bersama, dia malah menjawab, “buat apa.. gak penting kan..” tuturnya dengan nada parau. Kemudian dia pergi meninggalaknku begitu saja. Duh segitu marahnya dia sama aku. Aku nggak nyangka hanya karena masalah kecil saja sampai jadi begini. Urusannya jadi rumit kaya benang bundet. Apa benar ya, yang dikatakan orang selama ini bahwa rara tuh orangnya keras kepala. Lah tapi aku kagak boleh nuduh seperti ini, bagaimanapun juga dia kan temanku. Ya sudah mau gimana lagi, aku biarkan saja dulu, aku yakin dia pasti nyadar.

Walau waktu terus berlalu, sikap rara masih sama seperti dulu, dingin dan jutek padaku. Aku masih memakluminya karena aku tahu dia pasti lama kelamaan akan mengetahui apa yang kurasa. Ku yakin dia pasti akan berubah, aku tak kan menjauhinya dan aku hanya perlu membuktikan bahwa aku masih peduli padanya, yaitu dengan berbuat kebaikan padanya. Sekian dulu ceritaku.

Cerpen Karangan: Fenty Mustikasari
Facebook: fennymustika[-at-]ymailcom (Fenty Mustikasari)

Inspiration : by my self with configuration
Nama : Fenty Mustikasari
TTL : Purworejo, 10 februari 1996
twitter : mustikabeiber[-at-]ymail.com
facebook : feenthymustika[-at-]ymail.com (Venty Mustika) Fennymustika[-at-]ymail.com (Fenty Mustikasari)

Cerpen Kisah Sepotong Kue Brownies merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Titipan Untuk Sahabat

Oleh:
“Onii-chan… ayo bangun. Bukannya onii-chan harus pergi ke sekolah untuk wisuda?” tanya adik Shika. “Hoamm… acaranya dimulai jam 12 siang!! Masih lama!” jawab Shika dengan mata masih tertutup rapat.

Ladang Edelweiss

Oleh:
Entah dengan alasan apa Ayahku memberiku nama Jasmin. Ya, Jasmin yang berarti melati. Bunga yang begitu harum dan indah. Namun nasib dan takdirku tak seindah dan tak seharum namaku.

Dia Dan Mimpi

Oleh:
“Hei kamu ngelanjut SMA mana? Kuliah?” Tiba-tiba kamu menanyakan itu padaku. Dengan semangat aku langsung menjawab dengan menyebutkan SMA dan Universitas terbaik dunia. “jangan kebanyakan mimpi, itu yang kamu

Sepucuk Surat Berbalut Rindu

Oleh:
Jangan kamu sebut ini sebagai surat cinta hanya karena aku menggoreskannya dalam secarik kertas putih tak bernyawa. Sebutlah ini sebagai curahan hati dan kamu menjadi tempat curhatku. (catatan kecil

Miselium Fungida

Oleh:
Kota Kecil Fergcon, dibangun atas pegunungan dan hutan yang mengelilingi. Tepat dari arah utara jauh berkilo-kilometer jaraknya, kau dapat mendengar debur ombak yang dahsyat menghantam tebing bebatuan curam bertutupkan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *