Mungkin ini Jalanku

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 10 April 2018

Aku terus berjalan…
Aku menatap langit yang begitu indah dengan warna biru dan hiasan burung-burung yang mengepakkan sayapnya dengan sangat indah terbang di atas awan.

Aku terus berjalan…
Di sudut taman itu, aku memandang sepasang keluarga yang nampak terlihat bahagia. Namun ada yang nampak berbeda di sana, sosok wanita yang tersenyum itu, dengan tarikan rawut bibirnya yang memaksa memberikan senyuman, matanya yang tajam menyimpan begitu banyak rahasia dan memancarkan aurah kesedihan di sana. Aku tahu wanita itu adalah aku, ya, aku adalah wanita itu. Yang kupandang adalah sosok diriku yang selalu berpura-pura bahagia. Semua itu adalah kisahku. Keluarga itu adalah keluargaku. Di sana ada Ibu, kakak laki-laki, kakak perempuan dan adik laki-lakiku. Tak ada sosok ayah di sana.
Masa laluku telah meninggalkan begitu banyak luka hati yang cukup mendalam. Perpisahan orangtua, penghinaan, penyiksaan telah aku rasakan. Mungkin segala luka yang nampak berdarah akan sembuh bila diberi obat namun luka yang tertancap dan tertanam di dalam diri membutuhkan proses panjang untuk menyembuhkannya.

Aku terus berjalan menelusuri langkahku…
Aku yang tidak pernah menampakkan segala kesedihanku. Aku yang menjalankan segala jalan kehidupanku dengan terus dan terus memberikan senyum palsuku. Tidak pernah aku inginkan semua orang mengetahui kelemahanku, kelemahan yang selama ini aku pun takuti, kelemahan yang akan memberikanku luka itu kembali.
Aku melangkahkan setiap jejakku dalam kepura-puraan. Dimalam itu, aku kembali memandang langit yang tetap terlihat indah, meski dengan warna gelapnya. Tanpa kusadari airmata terus jatuh membasahi pipiku, kesedihan itu menghampiriku dengan ingatan masa laluku.

“Purnama Tidurlah, hari sudah gelap.” Sebuah suara yang aku kenal menyusup masuk ke kamarku.
“Iya.” Nadaku singkat.

Aku tidak bisa membiarkan siapapun tahu akan kesedihanku. Aku hanya memberitahukan kesedihanku hanya kepada-Nya. Aku tahu Tuhan akan selalu mendengar setiap doa Hamba-Nya. Tapi mengapa Tuhan seperti enggan mengabulkan Doaku, mengapa Tuhan selalu bungkam ketika aku berdoa.

Aku mulai lelah berjalan…
Aku benar-benar lelah dengan semua jalan hidupku ini. Mengapa semua seakan telah merenggut pergi dalam diriku. Mengapa luka itu terus terbanyang dalam setiap lantunan pikiranku. Bahkan luka itu kembali bertambah lagi. Sampai kapan ini semua terjadi padaku?
Aku lelah berpura-pura. Aku lelah terus memberikan senyum palsuku, aku juga ingin dimengerti tanpa mesti memberitahukan semua kesedihanku. Aku juga ingin bahagia seperti mereka. Apakah aku bisa mendapatnya?
Aku sudah lelah berjalan, jalan itu seperti buntu bagiku. Semua telah bungkam. Tidak ada cahaya yang menerangi langkahku lagi bahkan sebuah cahaya kecil pun tak ada untukku.

Langkahku Terhenti…
Langkahku terhenti pada titik keputusanku. Tidak akan ada yang kusesali dalam jalan kehidupanku. Mungkin ini memang sudah jalanku. Aku hanya akan melihat mereka semua bahagia tanpa mereka harus mengetahui kesedihanku.

Kini aku sadar, bahwa aku harus terus menjalani kehidupanku dengan penuh rasa bersyukur kepada Tuhan. Aku adalah hamba-Nya yang terpilih. Tuhan menunjukkan kasih sayang-Nya padaku dengan segala Cobaan yang Tuhan berikan disetiap jalan Kehidupanku. Kini aku yakin dan percaya bahwa Tuhan akan selalu memberikan jalan Kemudahan dibalik Kesusahan, Kebahagian dibalik Kesedihan.

Cerpen Karangan: Riski Apriani Purnama Sari
Blog: Riskiaprianipurnamasari.blogspot.co.id

Cerpen Mungkin ini Jalanku merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ayah Tapi Bukan Ayahku

Oleh:
Cahaya senja telah tenggelam di kaki barat. Selendang renjana membungkus langit. Gelap tak lama lagi akan datang menyapa kehidupan. Lantunan ayat-ayat suci berkumandang menghiasi jagat dirgantara. Angin menampar muka

Tangis Di Ujung Senja

Oleh:
Hari yang melelahkan. Menjalani hidup tanpa gairah sama sekali. Setidaknya itulah yang kurasakan hari ini, bahkan tak hanya hari ini tapi setiap hari. Yang lebih menjengkelkan lagi aku harus

The Shining Stars

Oleh:
Malam ini bintang bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyikan kegelapan malam. Hal ini membuat Carrisa sangat senang, karena ia bisa melihat bintang sepuasnya.

Pesan Terakhir Melisa

Oleh:
“Dia datang sepagi ini, sungguh mengherankan” heranku saat melihat Melisa menyandarkan kepalanya di meja kelasku. Tidak seperti biasanya, dia selalu terlambat masuk kelas dan hukumanlah yang selalu diberikan pak

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *