Release My Soul

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Jepang, Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 18 December 2013

Mungkin dari banyaknya sebuah kisah persahabatan. Tak ada yang dapat mengorbankan jiwa hanya untuk seorang teman dan mampu menanggung resikonya.

Persahabatan kami dimulai sejak kami masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Tak pernah satu pun dari kami berpisah, kami selalu bersama dan memecahkan masalah bersama-sama. Hingga sekarang kami sampai pada sekolah menengah ke atas dengan riang tak lupa kami merayakan kelulusan kami dari tes masuk SMA, sambil duduk di taman. Nama ku Hikari dan ke empat sahabat sejatiku Hano, Riuky, Ciaki dan Aoyama. Kami semua memilih SMA yang sama tetapi kelas yang kami dapat tidak sama ya… tak apa-apa lah asalkan selalu bersama.

Setelah pulang sekolah, aku dan Aoyama pulang bersama, karena yang lainnya berbeda arah jadi kami berpisah di gerbang sekolah. Rasa gugup dan malu begitu nyata dalam hatiku, semakin lama rasanya semakin terasa getarannya. Mungkin Aoyama tidak mengetahuinya. Semoga saja tidak

“Hmm… Aoyama, kau masih ingat peraturan dalam persahabatan ini apa?”
“tidak boleh menyukai satu sama lain kan, harus tetap menjadi sahabat selamanya”
“Kalau sampai ada yang melanggar?”
“itu akan di bicarakan baik-baik”
“…”

Seperti biasa aku kembali pulang melihat rumah yang begitu sunyi, sejak kecil aku di besarkan oleh bibi ku karena kedua orangtuaku telah meninggal. Sekarang ia berada di tempat yang sangat jauh di Australia tapi tak lupa mengirimkan uang dan surat kabar padaku tetapi tetap saja tak mengubah apapun.

Keesokan harinya Riuky mengajakku pergi berbelanja sepulang sekolah. Begitu banyak yang dibelinya karena persiapan untuk musim dingin memang harus berbelanja banyak. Makan es bersama satu gelas 2 sedotan, begitu juga dengan makan 1 piring untuk berdua, bukan karena uang kami habis atau mau menghemat tetapi aku dan riuky selalu begitu tidak mau makan atau minum terpisah. Sambil melepas penat sekalian main di taman dan menikmati pemandangan gunung Fujiyama, karena belum musim semi sakura belum bisa kami lihat, tapi dengan pemandangan seperti ini kami sudah senang. Malam mulai menyapa saatnya pulang ke rumah dan melepas lelah seharian di luar rumah sambil mengerjakan pr dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan di hari selanjutnya.

Fajar mulai menyingsing, tak lupa membawa sarapan di sekolah, tidak sempat memakannya ya… ku bawa saja. Pelajaran olahraga dimulai. Masing-masing memilih pasangannya sendiri karena aku sekelas dengan ciaki aku berpasangan dengannya, kali ini mempraktekkan menendang bola, karena aku tidak bisa ciaki mengajariku dengan sabarnya walau sedikit bercanda tetapi aku senang. Ciaki mengoper bola itu lalu aku menendangnya sambil menutup mata entah kemana arah tendangan ku dengan kaget tendangan itu malah mengenai pak guru. Kamar mandi pun siap untuk dibersikan oleh ku dan ciaki, yah… Apa boleh buat kami membersikannya. Saat aku membersikan tembok kamar mandi yang sudah menjadi kuning kecoklatan tiba-tiba saja air datang membasahi bajuku, ternyata air itu berasal dari selang yang disemprotkan oleh ciaki, begitu kesalnya aku sambil menahan dinginnya air. Ciaki tak tega melihat aku yang kedinginan. Ia membuka bajunya dan memberikan baju itu padaku, ia tersenyum sambil memberikan bajunya. Aku senang memiliki sahabat sebaik mereka.

Bel pulang pun berbunyi, hujan deras menghampiri, anak-anak berlarian kesana kemari mencari tempat berteduh. Aku sendiri tidak bisa pulang karena tidak membawa payung. Ugh… kenapa aku tidak membawa payung tadi?, aku berkata dalam hati. Tiba-tiba seseorang memayungiku dari arah belakang dan berkata

“biar ku antar sampai rumah.”
“(menengok kebelakang) hmm… kau? anak yang selalu duduk di belakang ya?”
“…”
Kami pun mulai berjalan menuju arah rumahku. Aku bertanya
“hmm… nama mu…?”
“Rye”
“hmm… arah rumah mu kesini?”
“…”
Aku sedikit berhati-hati karena takut ia marah akibat pertanyaanku yang tidak penting ini.
“Rumah ku disini, terima kasih sudah mengantarku”
“iya..”
Sebenarnya rumahku masih jauh, karena tidak mau merepotkannya. Ehh… dia balik arah tuh…

Namanya Rye ya… orangya pendiam tidak banyak bicara, selalu duduk di belakang, jarang sekali berkumpul, selalu melihat ke arah jendela. Aku begitu detailnya memperhatikan dirinya, soalnya seperti orang yang tidak memiliki teman aku jadi merasa kasihan. Tapi… setelah ia mengantarku kemarin Rasanya pikiran itu menghilang, aku mengira dia adalah orang yang dingin, cuek, dan kasar ternyata tidak.

ADVERTISEMENT

Musim dingin pun tiba. Sudah waktunya bibiku pulang ke rumah, hihi senangnya :D. Sambil menunggu kabar dari bibi aku sudah merapikan dan menata rumah untuk menyambut kepulangan bibi ku dari Australia. tluullullut… tlulluutt, suara telfon berbunyi, rasanya hati merinding senang tak karuan. Lalu kuangkat
“(mengangkat telefon) Haloo bibi?”
“Halo sayang… gimana kabarmu disana?”
“baik bi, bibi sendiri?”
“baik, bibi sedang dalam perjalanan menuju rumah, kamu siap-siap ya”
“(tersenyum) ya… bi aku sudah siap”
“oke”
“dah… bibi sampai bertemu di rumah”
“dah…”
“(menutup telefon)”

Hihi… senangnya bibi ku pulang, memang empat tahun sekali bibiku pulang, dan kebetulan bertepatan pada hari ini. Tak lama kemudian telefon berbunyi, sambil menengok ke arah jam ternyata sudah jam 7 malam aku mengangkat telefon.
“haloo?”
“Hikari…!”
“Riuky!? ada apa menelfonku?”
“aku ingin mengajakmu ke taman bermain, mau tidak? ada yang lainnya juga?”
“maaf riuky, tapi aku tidak bisa.”
“kenapa?”
“bibi ku sebentar lagi pulang, aku sangat ingin bertemu, maaf ya”
“hmm… oke tidak masalah kok, ya sudah aku ingin berangkat, dah… salam untuk bibi mu ya”
“emmmpp… oke, hati-hati”
Tut… tut… tut… (Suara telefon putus berbunyi)

Aku merasa tidak enak dengan mereka, yang biasanya selalu bersama sekarang malah aku tidak bisa. Fyuuuhhh… ya sudah lah. Suara langkah kaki datang menghampiri rumah ku, aku menduga itu adalah bibi, lalu aku berlari dengan senangnya menuju pintu depan. Dengan tidak sengaja, aku memecahkan foto ku dan keempat sahabatku, dan aku terkejut. Bibiku langsung masuk ke dalam rumah dan bertanya
“Ada apa hikai?”
“(aku terdiam sejenak) entahlah bibi. Aku merasakan hal yang buruk”
Seketika suasa hatiku menjadi buruk, lalu bibi menyuruhku untuk beristirahat karena sudah larut malam. Aku jadi tidak tenang sejak kejadian itu. Semalaman aku sempat tidak tidur.

Keesokan harinya, aku medapat kabar bahwa bus yang ditumpangi keempat sahabatku mengalami kecelakaan dan menyebabkan korbar. 8 orang tewas dan lainnya luka-luka. Lalu keempat sahabatku termasuk 8 orang itu. Semua murid menatapku seperti melihat orang yang mengetahui tragedy yang terjadi. Sakit hati ini seperti terpukul dengan kerasnya. Setelah mendengar kabar itu aku tidak berani melihat kenangan apapun tentang sahabatku. Mereka semua adalah yang terindah dalam hidupku. Sudah dua hari aku hanya di kamar, bibiku begitu khawathir hingga memanggil dokter untuk memeriksa kesehataku, ternyata aku mengalami depresi, jadi aku disarankan untuk melupakan masa lalu, banyak istirahat dan melakukan sesuatu hal yang dapat melupakan masa lalu.

Aku masih sangat terpukul karena kejadian itu, andai saja mereka dapat kembali hidup lagi, tak satu detik pun aku sia-siakan bersama mereka. Dengan banyak cara aku pergi mencari apa saja yang berhubungan dengan hal-hal astral. Terus aku mencari, aku membaca buku di musium, sampai aku menghampiri para peramal, apa saja yang dapat mengembalikan mereka, hingga akhirnya aku menemukan sebuah buku. Buku ini bertulis ????. Entah apa buku itu aku tak mengerti, Tetapi paranormal mengatakan harus mencari buku ini. Aku pun memeberikan buku ini pada paranormal itu. Ia pun bertanya

“benarkah kau akan melakukan hal ini?”
“(tanpa ragu aku menjawab) Ya!”
“Walau menanggung resiko?”
“apapun resikonya aku akan menanggungnya”
“resikonya begitu berat. Jiwa mereka akan ditukarkan dengan jiwa mu”
“apa? aku tak mengerti”
“teman-temanmu akan hidup kembali, tetapi jiwa mu akan menggantikan posisi mereka”
“apakah aku tidak bisa hidup untuk sementara saja untuk mengucapkan selamat tinggal?”
“ada, waktu hidupnya hanya 2 bulan, tetapi selama kau hidup teman-temanmu tidak akan mengingatmu”
Dengan meneteskan air mata, dan menahan sakit tapi aku harus melalukannya.
“ya… baiklah. Aku terima”

Paranormal itu memulai membacakan mantra dari buku tersebut, Seketika Aku merasakan melayang dan seperti tidak merasakan menapaki bumi.

Aku kembali memulai hariku di sekolah, dengan senangnya aku bertemu dengan Ciaki sedang bermain bola, aku pun menyapa
“Ciaki semangat!”
“siapa?”

Aku sangat kaget, ciaki tidak mengenalku. Dan aku pun pergi berlari ke arah kelas. Aku bertemu Hano, aku tersenyum padanya, tetapi iya sama sekali tak membalas, hanya lurus memperhatikan jalan. Aku pun berlari menuju kamar mandi karena tidak kuat menahan air mata. Aku bertemu Riuky di depan pintu masuk kamar mandi, sama sekali tak ada respond dan sepatah kata pun di ucapkannya seperti biasa. Aku pun memperhatikan cermin yang ada hanya bayanganku. Aku pun menangis. Aku baru tersadar kalau mereka tidak mengingatku bahkan mengenalku pun tidak. Aku tersenyum dan menghapus air mata. Hanya satu yang aku ingat, AKU AKAN BAHAGIA BILA KALIAN BAHAGIA. Bel masuk berbunyi, seperti biasa aku belajar biasa di kelas. Sambil memperhatikan Ciaki dan Aoyama, karena kebetulan mereka sekelas denganku, Rasa rindu ingin memeluk mereka terasa berat. Aku harus bertahan

Setiap hari, setiap minggu aku selalu melihat mereka selalu bersama-sama, serasa posisiku sekarang telah menghilang. Selalu saja air mata ku menetes, sedih rasanya, aku tidak bisa bersama lagi, padahal waktuku tinggal 1 bulan lagi. Kalau begini lebih baik mati saja. Aku sebal!. Bibi sudah kebali ke australia. Sebulan lagi musim semi menghampiri, aku sudah tak sabar menikmati hari itu. Istirahat tiba aku duduk sendiri di dalam kelas, sambil menyantap makanan. Wajahku yang biasanya ceria kini berubah menjadi pendiam dan dingin. Sepulang sekolah aku segaja mengikuti Aoyama pergi, dan aku ingin mengatakan sesuatu padanya. Perlahan-lahan dari belakang aku mengikuti, tetapi akhirnya ketahuan olehnya. Ia berkata

“Kenapa menikutiku?”
“(kaget) hmmm… maaf aku ingin mengatakan sesuatu, boleh”
“(terseyum) jika ingin mengatakannya katakan saja”
“Apa kau mengenalku?”
“pertanyaan yang aneh… ya jelas aku mengenalmu. Kau teman sekelas ku, namamu Kyotosano kan?”
Memang benar ia tidak mengenalku.
“apa dulu kau pernah punya teman wanita?”
“hmmm… ya ada satu, aku sangat dekat dengannya”
“siapa? (Dengan sedikit percaya diri)”
“Riuky, dia di kelas 2 C, sejak kecil aku bermain bersamanya”
“(sedikit terpukul) ohhh… pasti anak yang cantik ya”
“Ya… sangat cantik, aku sudah menganggapnya seperti adik sendiri”
“oh begitu. Rumah ku sudah sampai, terimakasih sudah mau pulang bersamaku”
“ya… (melambaikan tangan)”

Sedih, sedih, sangat sedih, hatiku sakit. Rasanya Ingin berteriak meronta tidak kuat menahan kenyataan yang ada. Harus bagaimana? Bagaimana aku meninggalkan mereka dengan hati yang tenang. Karena tak kuat membendung air mata ku jatuh begitu deras. Aku menatap langit, dan berkata Kapan hari itu tiba? kapan semua berakhir? aku lelah menahannya. Langit begitu gelap hawa dingin menyapa aku sampai tidak kuat menahan dingin, bunyi bel sekolah berbunyi waktunya untuk pulang. Seperti biasa aku sendiri lagi, tiba-tiba seorang memakaikan syalnya ke leherku, sehentak aku kaget dan aku menoleh ke arah belakang.

“Rye?”
“(tersenyum)”
“(aku tersipu dan kaget) ehhh… ahhh… ehhhh… baru kali itu aku melihatmu tersenyum?”
“ya… habis kalau melihatmu rasanya ingin melakukan sesuatu”
“eh…? kenapa begitu?”
“Kau kenapa? sejak sebulan yang lalu terlihat murung dan sekarang kau jauh dari teman-temanmu? sedang bertengkar?”
“Tidak”
“lalu?”
“aku hanya… (hamper menangis)”
“matamu berkaca? kau ingin menangis?”
“(air mata jatuh) a..ku.. tidak bisa ceritakan (berlari menjauh)”
“(berteriak) Tunggu!”
Aku tidak bisa cerita, tidak bisa, tidak bisa. Yang tahu hanya aku.

Karena kemarin ia selalu bertanya, aku sedikit menjauh darinya. Aku tidak mau Rye sampai tahu. Pelajaran pertama praktik ipa membuat sabun selesai. Karena tangan ku yang kotor akibat praktik, aku segera ke toilet, sebelum ke toilet aku bertemu aoyama. Ia menepuk pundakku lalu berkata

“haha… tanganmu kotor, sini kubersikan (mengeluarkan sapu tangan)”
“terima kasih”
“(mengelap kan tangan hikari)”
“(menunduk meneteskan air mata)”
“kau menangis?”
Karena tidak kuat menahan rindu, aku pun memeluknya sambil menangis dan berkata
“aku senang kau kembali. Ku kira aku akan kehilangan kalian (menangis tersedu-sedu)”
“Apa maksudnya? (dengan suara pelan)”
“(melepaskan pelukan, dan menghapus air mata) Pulang sekolah nanti, akan kujelaskan. (berlari menjauhi aoyama)”
“heeyyy… Tunggu!”
Hati kini sedikit lega, semoga saja ia percaya padaku.

Bel pulang berbunyi, Aku berlari cepat ke arah gerbang, Menunggu Aoyamna. Aoyama akhirnya muncul. Kami pulang bersama. Dalam perjalanan aku begitu takut mengatakan hal ini. Ia berkata
“Apa yang ingin kau katakan tadi?”
“(menunduk) Aku… aku takut kau tak percaya!”
“(menghela nafas) Katakan saja”
“(gemetar)”

Kukira akan semudah yang aku bayangkan, ternyata sangat berat sekali. Rasanya ingin teriak saja, dan mengatakan mengapa aku begitu bodoh.
“(seseorang berkata dari arah belakang) Dia telah menukar jiwanya dengan Jiwa kau dan teman-temanmu.”
“(Kaget, sambil menoleh kearah belakang) Rye.. !!! Kau tahu dari mana!?”
“Kakek-kakek yang kau sebut paranormal itu adalah pamanku. Ia menceritakan padaku tentang hal Itu. Kau menggunakan buku ???? yang berarti jiwa, untuk mengembalikan jiwa teman-temanmu kan? tapi sayangnya buku itu meminta imbalannya, yaitu jiwa seorang gadis yang masih dibawah umur 17 tahun. Dan kau memenuhi syarat itu.”
“Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan? (Aoyama heran)”
“(aku menjelaskan) Musim dingin 2 bulan yang lalu, tepatnya pada hari senin. Kau, Riuky, Hano, dan Ciaki pergi berjalan-jalan ke taman bermain. Riuky mengajakku tetapi aku tidak bisa. Lalu esoknya aku mendapat kabar kalau kalian telah meninggal…”
“Apa! tidak mungkin! (heran seperti tidak percaya) Kami sama sekali belum membuat rencana untuk pergi!”
“aku mendapat kabar kalau bus yang kalian tumpangi mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan. Delapan orang tewas dan lainnya luka-luka. Dulu kalian adalah sahabat terbaikku, tetapi karena aku tidak bisa menerima kalian pergi. Aku rela kehilangan jiwa dan dihapuskan dari ingatan kalian, demi melihat kalian bahagia lagi. Dan waktuku tinggal 5 hari untuk melihat kalian (tersenyum sambil menangis) Dan hari itu bertepatan dengan musim semi yang dinantikan kalian.”
“Kenapa? Kenapa kau melakukannya?!”
“kau menyadarinya?”
“jika melihatmu, rasanya aku seperti bersama orang yang sangat dekat. Aku tidak bisa membiarkanmu, seperti bersama seorang sahabat. Aku selalu merasa aneh dalam mimpi aku melihat kecelakaan yang kau katakan tadi”
“(Rye menghela nafas dan berkata) Waktunya 5 hari lagi ya (lalu pergi meninggalkan percakapan)”
“(Aku menghapus air mata dan tersenyum kecil) Jika saatnya aku menghilang, Aku ingin kau dan teman-teman menemaniku, saat aku menghilang disaat itulah selamanya aku akan hilang dalam ingatan kalian.”
“(mendekatiku dan memeluku) Ku harap dalam 5 hari itu kita selalu bersama”
“(meneteskan air mata) Ya… (tersenyum)”

Hari pun terus berjalan, aku dan aoyama sering bersama, mengerjakan pr bersama, dan lebih mengejutkan lagi Rye yang pendiam sekarang berteman dengan kami berdua. Aku senang sangat senang, walau kebahagiaan ini untuk sementara, aku tidak akan melupakannya dan tidak akan menyesali.

Hari ke tiga, aku meminta aoyama membujuk temannya untuk mengajakku dan Rye pergi ke perayaan musim semi. Karena waktuku tinggal 2 hari lagi, Aku mengisinya dengan senyum dan kebahagiaan agar saat mereka kehilanganku, mereka mengerti bahwa aku sudah bahagia.

Perayaan musim semi dimulai, aoyama berhasil membujuk teman-temannya untuk mengajakku. Aku senang sangat senang, tiba wakunya aku menghilang. Sesaat tubuhku samar-samar. Rye berkata
“Kyotosano? tubuhmu?”
“ya… sebentar lagi puncak perayaan, pergilah aku menyusul”
“tidak!!! kita harus sama-sama menemui aoyama dan lainnya”
“Tidak bisa, aku begitu lemah, cepatlah pergi.”
Sementara itu Aoyama dan yang lainnya menunggu ku dan Rye. Dengan wajah khawatir Aoyama dan yang lainnya menjemputku. Aku dibaringkan di bawah pohon sakura. Tubuhku sedikit demi sedikit memutih, melemah. Rye berkata
“Kyotosano, kuat lah!!! Aku akan tetap di sampingmu.”
“(aku tersenyum dan berkata) Terimakasih Rye”
Suara langkah kaki yang begitu banyak mendekat. Ternyata aoyama dan teman-teman.
“(Aoyama kaget) Apa yang terjadi?”
“(tersenyum) Terima kasih aoyama, terima kasih teman-teman aku senang”
“(Rye menggendongku) Kita bawa dia pada pamanku. kuharap itu berhasil”

Semakin lama tubuhku memutih, dan melemah. Berlari membawaku, dan ketika sampai tiba-tiba tubuhku meringan, Rye menoleh ke arahku dan berkata.
“Dimana kau Hikari?”
“(Aoyama kaget) Hikari? tidak ada?”
“(Ciaki berkata) Mungkin iya tertinggal di taman sakura?”
Padahal aku di depan mereka! mereka tak menyadariku? aku belum menghilang tetapi mereka tak dapat melihatku. Aku melihat riuky meneteskan air mata tanpa disadarrinya. Mereka pun berlari menembus diriku menuju taman sakura. Mereka memanggil-manggil namaku. Waktu puncak perayaan mulai dekat, aku menangis tersedu-sedu, memperhatikan bunga sakura yang jatuh satu persatu melewatiku dan melihat mereka menangis meneriaki namaku. Aku teringat saat mereka bersama-sama denganku. Kami begitu bahagia senang, tak satu pun dari kami berpisah. Tetapi sekarang berbeda, kami terpisah selamanya. mereka akan melupakanku dan aku akan terhapus dari ingatan mereka.
“Hikari!!!”
“Hikarriii!!”
“Hikari kau jangan sembunyi! (menangis)”
Waktu puncak perayaan dimulai, dan waktunya untuk aku juga pergi untuk selamanya.
“Teman-teman, walau kalian tak dapat melihat dan mendengarku, aku ingin menyampaikan sesuatu. Jangan pernah mengingat lagi masa ini ya… Dah…”

Sakura berguguran, tubuhku mengikuti arah sakura itu terbang melayang. Walau mereka tak dapat melihatku tetapi aku senang diakhir hidupku aku dapat melihat mereka. Sudah lama aku tak mendengar mereka memanggilku dengan sebutan hikari. Walau mendengar hanya sebentar tetapi aku senang.

“(Aoyama berteriak) A… a… a…!!!”

Selamat tinggal semua.
Seperti nama ku Hikari yang berarti cahaya, harus pergi bersama cahaya juga hehe… melepas jiwaku, untuk menggantikan jiwa sahabat-sahabatku ini. Aku bahagia, dilahirkan untuk menanggung takdir ini.

Cerpen Karangan: Olivia
Facebook: Christina oliv olivia

Cerpen Release My Soul merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Persahabatan Kenang Kenangan

Oleh:
Sekarang aku sudah kelas 6. Karena akan berpisah dengan sahabat, mengingat perpisahan dengan sahabat membuatku sedih untuk dipikirkan. Ujian nasional hampir dekat kami pun banyak ujian-ujian yang memusingkan. Namun

Warna Baru Di Putih Abu Abu

Oleh:
Ujian Nasional telah berlalu, liburan telah tiba. Malam semakin larut, suara semakin hening, aku mencoba memejamkan mataku yang sedari tadi tidak mau terpejam. “Huh udah jam segini kenapa aku

Rain

Oleh:
Bunyi alarm membangunkanku tepat pukul 06.00 pagi. Aku berusaha beranjak dari tempat tidurku walaupun mataku ini masih belum bisa diajak kompromi. Ketukan orang di luar mengagetkanku hingga aku terjatuh

Rumah Tak Berdinding

Oleh:
Malam minggu itu, bulan bersinar terang, cahaya di bawah pohon rimbun tampak remang-remang. Suara jangkrik seakan ikut bernyanyi menikmati suasana malam itu. Di atas bale-bale depan rumah, aku, ayah,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *