December Rain
Cerpen Karangan: MarcellaKategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 15 June 2015
Sore itu, ku rasakan sebuah tetes air jatuh di punggung telapak tanganku… “Huhh! Air apaan sih ni?” gerutuku kesal. Lalu aku pun meninggalkan kamar ku, aku berjalan menuju sofa di ruang keluarga untuk santai sejenak, dan rileks. Sambil merasakan sinar matahari senja yang menembus ruang tersebut lewat kaca jendela. Sambil menonton TV, ku seruput cappucino panas. Oh ya, kenalkan dulu, namaku Rachel Putri, bisa dipanggil Rachel. Aku berasal dari keluarga yang berada. Sore itu, sesaat kemudian, ku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tiba tiba, Tritt.. Tritt.. Ku buka HP ku, oh ternyata dari Selvi, Lalu ku baca SMS-nya.
Selvi: Hel, kamu lagi apa? Kalo gak sibuk, tolong dong, kamu fotoin catatan Kimia sebelum UN…
Aku pun membalasnya dengan singkat “O.K.” Hanya itu yang ku balas, kemudian, aku pun mengambil bukuku lalu fotonya ku kirim ke Selvi. Setelah itu ku pergi ke kamar mandi.
Selesai mandi.. Huaaa, segarnya badanku.. Setelah ku lihat jam, ternyata sudah pukul 16.45, aku bergegas untuk membangunkan adikku, Miscell dari tidurnya, aku menyuruhnya istirahat sebentar, lalu mandi. Selesai ia mandi, aku dan dia pergi ke Gereja, orangtua ku menyusul, karena tugas kantor.
Di Gereja pukul 17.00 Aku sudah melihat orangtuaku di Gereja. Lalu kami berdoa dengan baik. Selepas itu, kami langsung pulang. Sebelum tidur aku mengerjakan PR Biologi ku. Lalu, tidur.
Krriiinnnggg…. Bel alarm membangunkanku dari mimpi indahku.. Hehe. Aku segera mandi dan sarapan. Di sana terlihat jelas, orangtua dan adikku sudah menunggu. Kami sarapan bersama, tiba tiba Ibu berbicara padaku:
“Rachel…”
“Iya Bu?”
“Lulus SMA, kamu mau kuliah dimana?”
“Umm, belum tahu Bu.. Mungkin *******i?”
“Oo, boleh juga di situ..”
“Oke deh..”
Aku pun melanjutkan sarapanku..
Selesai makan, aku dan adikku diantar oleh Ayah menuju sekolah, aku di SMA Nusa Jaya, dan adikku SD Jaya Bangsa.
Di Sekolah “Rachel!! Cepet ke sini” aku dengan segera mendatangi Selvi “Apa Sel?” “Kata Bu Riana, nilai UN kamu yang paling tinggi di sekolah!” Ucap Selvi dengan heboh.. Hha. “Yeiih, kapan nih perpisahannya?” “Belum tahu nih.. Katanya 1 minggu lagi” “O.K.”
Tring! Bel masuk berbunyi. Aku dan Selvi segera menuju kelas. Tiba tiba, Alvin menepuk pundakku.. Otomatis, aku kaget, lalu aku berbalik “Ada apa?” “Boleh minta nope kamu?” “Bentar” lalu “Ini” ucapku sembari memberi kertas yang berisikan nope ku padanya. Pelajaran pertama, Matematika, membosankan, kedua, Biologi.. Huh! Sama saja.. Ketiga dan keempat kesenian, oke, setidaknya lebih baik, dan kelima juga keenam, bahasa inggris. Oh.. Ha?! Bahasa inggris! Tidak..! Aku lupa belajar. Matilah aku.. Tiba tiba, Ms. Farah, guru bahasa Inggris kami sakit, jadi itu kabar baik, buat para murid yang lupa belajar. Tak lama kemudian, bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku lekas menuju rumah. Aku segera makan siang dan mengerjakan PR Matematika.
Tak terasa, hari sudah menunjukkan pukul 2 siang. Tiba tiba sebuah SMS masuk di HP ku, siapa ya? Kok nomornya tidak dikenal? Aku buka isinya
Hy, Rachel..
Kamu siapa?
Alvin, hehe
Oohh, ada apa?
Kamu single gx?
Iy? Ngapain sih kmu nanya begituan?
Maaf maaf besok kan Minggu, please kamu datang ya, nanti ketemuan di Gangger’s Cafe ya.. Pkl 09.00
Terserah deh..
Entah mengapa, tiba tiba aku jadi suka Alvin, apa ini jatuh cinta? Entahlah. Malam itu, aku lalui dengan perasaan deg-degan. Ku lihat, Miscell sudah melelapkan matanya. Karena bosan, ku otak atik laptop ku, ku berselancar di dunia maya. Karena mata ini sudah kurasakan cukup mengantuk, aku pun tidur.
Esoknya
Ha?! Gawat! Kenapa alarmnya gak bunyi sih??! Gerutuku kesal. Tapi untunglah, aku tetap bangun tepat waktu. Aku segera mandi dan bersiap siap ke Gangger’s Cafe. Aku mengenakan gaun setelan berwarna biru muda dengan bunga bunga berwarna putih kesukaanku.
Saat sampai di Cafe, aku melihat Alvin sudah duduk di meja no. 3 lalu aku berkata
“Kenapa kamu ngajak aku kesini?”
“Mau jadi pacar aku?”
Pertanyaannya yang spontan membuat hatiku dag dig dug dan terkejut. Dengan segenap jiwa raga, ku beranikan menjawab “Ya!” Sejak hari itulah kami sah berpacaran.
Selang beberapa hari, hari ini adalah hari yang kutunggu tunggu. Yup! Hari ini adalah hari perpisahan. Tibalah saatnya pemilik nilai tertinggi diumumkan, dan “Rachel” Ucap Pak Rudi selaku kepsek. Dengan bangga, aku maju ke depan panggung. Aku bisa terlihat jelas, senyum Alvin mengembang ke arahku. Selepas acara itu, masa pacaran, aku dan Alvin, kami habiskan dengan cara SMSan. Suatu sore, yang aku lupa tepatnya kapan, seingatku, awal Desember. Ya awal Desember. Sore itu, setelah aku terbangun dari tidur soreku. Alvin tiba tiba menelponku. Aku mengangkatnya:
“Ada apa my Prince?”
“Eh, Rachel, maaf, cukup kamu memanggil kamu memanggilku Prince”
“Kenapa?”
“Aku ingin kita putus, aku sudah menjadi pacar Selvi..”
“Kamu benar?” Ucapku dengan suara berat yang menahan tangis..
“Iya!”
“Baik kalau itu mau-mu. Teganya kamu menduakanku”
“But, I don’t care!”
Tanpa menjawab lagi, aku putuskan telpon itu, seiring dengan putusnya hubunganku, yang hanya berjalan 5 bulan itu. Teganya ia.. Tak terasa, air mataku telah tak terbendung lagi dan membasahi pipiku. Setelah itu, aku tak pernah lagi menghubunginya dan ngestalk sosial mediannya. Aduh!! Berisik banget sih nih kota! Ucapku dengan nada yang tinggi setiap hari dan berakhir juga dengan tangisan.. Salahku juga, memarahi kota ini, karena nyatanya, kota ini padat banget! Dan biarpun aku marah marah juga gak bakal berhenti keberisikannya. Dan pernah juga aku memarahi Miscell dengan kasar, karena kebawa emosi. Sampai sampai Miscell nangis. Memang aku bakal ngerasa bersalah banget sama Miscell. Makanya dia gak pernah lagi nanya aku tentang PRnya.. Dan suatu hari, aku berpikir, aku gak bakal mungkin bisa ngelupain Alvin dengan kota ramai begini. Aku butuh ketenangan. Satu satunya ketenangan yang bisa aku dapatkan adalah di rumah nenek di bukit nan sejuk dengan kebun teh..
Minggu pagi, aku mengepak koperku dan membawa baju untuk sementara. Lalu aku diantar papa, aku pergi sendiri, gak sama Miscell. Saat sampai di rumah nenek, ia menyambutku dengan senang. Di sana aku hanya menginap 3 hari. Saat itu sudah sore, bahkan hampir malam. Jadi aku membersihkan diri dan menonton TV bersama nenek. Selepas itu aku pun tidur.
Esoknya, pagi pagi, aku duduk rileks di kebun teh, samping rumah nenek. Aku duduk sambil menghirup udara sejuk… Sudah lama tak ku rasakan indahnya dunia… Ucapku bahagia. Terasa setetes embun membasahi tanganku, aku hanya tertawa geli merasakan dingin. Tiba tiba gerimis turun. Tapi dengan itu juga, aku terbayang dengan Alvin. Nama yang selama ini nyaris kulupakan. Ku biarkan hujan mengguyur tubuhku, bersamaan dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipiku. Teringat dulu, ia pernah menorehkan kisah cinta yang manis dan pahit, suka dan duka. Air mataku semakin deras… Aku tak sanggup lagi dengan semuanya. Aku hanya menangis di tengah hujan. Ku membuka telapak tanganku dan telapakku ku arahkan ke atas, terasa air hujan yang dingin.. Dan aku berucap lirih “Desember Rain..” Semakin jadi hati ini menangis. 1 menit, 10 menit, agak lama ku berdiam diri di situ, sambil menangis. Tiba tiba suara nenek mengacaukan lamunan dan tangisanku “Rachel, ayo masuk, nanti demam” aku hanya menjawabnya dengan berjalan memasuki rumah nenek dengan berat hati. Aku segera mengambil handuk di tangan nenek. Tiba tiba nenek berkata padaku “Rachel! Kamu kenapa nangis? Ayo cerita sama nenek..”
Mendengar itu, cepat cepat ku hapuskan air mataku, dan berpura pura mengedip-ngedipkan mata dan berkata “Hehe, gak papa kok nek.. Mataku tadi kemasukan air hujan, jadinya gini deh.. Hehe” “Tuh kan, makanya kalau sudah mulai gerimis, masuk rumah..” Ucap nenek sambil menasihatiku. “Iya nek..” Jawabku singkat, yang akhirnya bisa juga lepas dari pertanyaan nenek.
Sore itu, aku menuliskan diaryku:
Ini adalah halaman terakhir diaryku… Ku ingin diary ini akan ku ingat, dan cinta ini akan ku tutup seiring kututupnya diary ini… Dan akan ku buka lembaran cintaku yang baru, seiring buku diaryku yang baru..
Dear Diary, makasih ya… Udah mau kubagi kisah suka duka ku selama ini..
Selepas itu, aku menarik sebuah kertas dari laci dan menulisnya:
Dear Alvin,
Makasih, udah mau jadi pacar aku, kamu udah mengajarkan aku, apa itu cinta. Semoga kamu bahagia ya sama Selvi, atau pasangan hidup kamu yang baru. Aku udah rela kok ngelepasin kamu… Di sini, aku selalu doa’in kamu.. Makasih banyak ya… Biarlah kamu simpan surat ini, atau kalau kamu mau buang juga boleh, aku rela kok, yang penting kamu gak usah balas, okey? Thx
Aku menulis alamatnya, lalu Aku pun memasukkan surat ini ke kotak pos di ujung jalan. Ku bahagia, bisa menulis surat itu tanpa tangisan. Selepas itu, aku menelpon ayahku untuk menjemputku besok… Setelah itu, senang rasanya bisa melepaskannya dengan rela. Aku pun menjalani hidupku seperti biasa. Tanpa ada balasan dari Alvin, yang akan terlebih membuat hidupku tenang dan dapat melupakannya. Makasih Alvin, always pray for you 🙂
End
Cerpen Karangan: Marcella
Facebook: Marcella Schaeffer
Namaku Marcella, masih junior. FB ku Marcella Schaeffer. Aku dari pangkalpinang. Salam kenal. Makasih udah mau baca ceritaku.. 🙂
Cerpen December Rain merupakan cerita pendek karangan Marcella, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Kaca pada Bingkai Lukisan (Part 2)
Oleh: Tshou LimDi bawah rimbun ketapang di halaman rumah, mereka berdua duduk di atas motor yang terparkir. Tangan Kai masih memegang pundak Lunar, masih terlihat berbisik, lalu Lunar menoleh perlahan dan
Lembayung Senja
Oleh: Susi Endri YaniPagi begitu cerah dengan berhias awan kumulus yang begitu cantik, matahari menampakkan diri mengusir embun yang bernaung semalam suntuk di ujung dedaunan. Hari ini adalah hari pertama aku di
21 Hari Bersama
Oleh: Ayu WulandariDunia begitu indah bagi ku, setiap detik dalam hidup ku begitu berarti saat aku mengenalnya dan menjadi kekasih hatinya, bagaimana tak ku katakan seperti itu, dia lelaki yang bernama
Kutemukanmu Dalam Duhaku
Oleh: Mayla FirnandaSeberkas cahaya menerobos masuk tanpa meminta izin terlebih dulu padaku. Tak biasanya, aku terbangun dari alam bawah sadarku dengan cara seperti ini. Kaget setengah mati ketika kudengar suara yang
Bukankah Kita Ada Untuk Saling Memiliki?
Oleh: Ariqy RaihanCinta itu indah, bukan? Jika tidak buat apa kita ada di sini? Rela basah-basahan menembus hujan, masuk ke dalam restoran kelas menengah hanya untuk menyantap nasi goreng kambing kesukaan
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply