Mata Yang Hilang

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 18 November 2017

Aku tak tahu apa yang sedang aku lakukan dan rasakan. Aku hanya ingin terus berjalan tanpa tau ke mana kaki ini akan berlabuh. Di setiap langkah kakiku, langkah kakimu masih dapat kurasakan. Begitu pelan… hanyut mengikuti langkah kakiku, seirama, senada, dengan hentakan yang sama.

Kenapa hanya aku yang masih dapat berjalan? Kenapa hanya aku yang dapat menghirup udara ini? Kenapa bukan kita berdua yang selamat din? Atau kenapa tak nyawa kita berdua yang terbang menuju langit Tuhan? Kenapa hanya kamu din?!! Kenapa hanya kamu yang dapat merasa tenang tanpa takut kehilangan lagi?
Aku mulai membencimu din. Kau setega itu pergi tanpa mengucap salam perpisahan padaku. Mana janjimu din? Mana janjimu untuk tetap menjagaku, untuk tetap. Menuntun jalanku yang gelap. Manaa?!!

Aku tak butuh mata ini din. Mata ini hanya mengingatkanku padamu, pada kecelakaan kita tahun lalu, pada keindahan hidup bersamamu. Aku benci din! aku benci hidup sendiri seperti ini. Tanpa kunjunganmu disetiap hariku. Aku benci din… kenapa kau berikan matamu padaku hanya untuk menemui Tuhanmu. Apakah kau sudah tak menyayangiku lagi? Apkah kau sudah bosan denganku? Kenapa din?! Kenapa malam itu kita harus pergi ke tempat ini, hanya untuk mewujudkan impianku. Kenapaa?!

Aku masih saja menangisi kepergian Ordin setahun lalu akibat kecelakaan yang sebenarnya bukan aku pelakunya. Tapi, aku merasa sangat bersalah dan terpukul atas kepergiannya. Kecelakaan yang berhasil merengut nyawa Ordin saat perjalanan kami menuju impianku, puncak. Ya, impianu memang sangat sepele dan sederhana. Menghirup hawa puncak dan merasakan pemandangan yang kata banyak orang indah, tanpa aku dapat melihat keindahannya. Jangan tanya kenapa. Sebab aku memang dilahirkan sebagai bocah buta, bocah buta yang cantik dan menggemaskan yang punya impian sangat sederhana namun dapat membunuh satu nyawa. Nyawa kekasihnya sendiri.

Saat di perjalanan dia menceritakan bagaimana puncak dan bagaimana keramahan orang-orangnya. Aku sangat antusias mendengar ceritanya. Dia juga berkata, “Tenang aja sya, besok aku akan membawamu ke tempat terindah di puncak. Kau juga tidak perlu kawatir, karena Ordin Prastya akan menjadi mata untuk Anastasya Putritian sehingga kau perlu penasaran lagi dengan puncak dan segudang keindahannya.” Begitu panjang dan lantang kalimat yang terucap dari mulut manis Ordin, membuatku sangat bahagia mendengarnya. Aku pun menjawab dengan haru ucapan Ordin “Terimakasih din, tetaplah jadi mata yang setia menemani hari gelapku. Aku mencintaimu.” Dia tak menjawab ucapanku. Tapi, kurasa dia tersenyum mendenagrnya, karena dia langsung memegang tangan kananku dengan tangan kiri dan mengecupnya dengan keadaan tangan kanan yang menyetir mobil. (itu menurut logikaku karena aku buta)

Hingga aku tersadar di tempat yang asing dalam keadaan asing pula. Aku tersadar di tempat yang kata mereka Rumah Sakit. Kenapa aku bilang asing? Karena itu kali pertama aku melihatnya walaupun aku kerap menginjakkan kakiku di tempat bau obat tersebut. Dan dalam keadaan asing maksudnya, dalam keadaan aku dapat menggunakan bola mataku untuk melihat isi dunia.

Dalam benakku yang terlintas hanya nama Ordin, karena dia orang yang terakhir bersamaku kala itu. “Ordin!!! Ordin!!! Ordin..!!!” Teriakku memanggil namanya dengan kondisi tak karuan. Yang menghampiriku bukan sosok Ordin, karena dia wanita. Wanita itu langsung memelukku dan berkata, “Ini bunda Tasya, ordin sudah tenang di sisi-Nya” mendengar perkataan wanita yang ternyata adalah Bundaku, aku terus saja melanjutkan teriakkanku memanggil nama Ordin karena tak percaya akan ucapannya. Aku terus saja berteriak disertai rintihan tangisku yang semakin menggebu walau persediaan suaraku sudah hampir habis, karena tak ada tanda-tanda kehadiran Ordin menghampiriku.

Dan kini aku sadar. Ordin telah menyatu dengan tanah di hadapanku. Ordin, mataku selama ini telah pergi meninggalkanku menemui keindahan surga-Nya dan hanya menitipkan matanya untuk pengganti kehadirannya.

Cerpen Karangan: Korib Mahya
Facebook: KoMa
Blitar, SMKN 2 Blitar (X-BB 1)
Thank’s for reading 😉

Cerpen Mata Yang Hilang merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hujan Pertama

Oleh:
Mendung masih terlukis di langit sore. Awan-awan gelap yang menggelantung itu mengingatkan Keisa pada sore kemarin. Keisa yang sedang duduk termenung di balkon rumahnya, hanya bisa menahan kesedihan yang

Akhir?

Oleh: ,
Hari itu aku menikmati weekand bersama orang yang paling aku cintai dan orang yang akan aku nikahi di hari Senin. Aku mengajaknya bersenang-senang menikmati hari minggu di Dufan bersamanya,

Tentang Pangeran Biola, Yoshi

Oleh:
Pertunjukan musik yang merupakan konser perdana Fai Chen Ho, laki-laki keturunan Kanada-Jepang itu telah berakhir. Orang-orang lebih mengenalnya Ryu, karena itulah nama panggungnya. Aku menunggunya di balik stage, untuk

Sebuah Daun Musim Gugur

Oleh:
Aku bahagia, dan aku rasa tak ada yang bisa merenggut kebahagiaanku. Tapi aku keliru, benar benar keliru! Masih ada hal yang dapat mengubur bahagiaku. Dan kau tahu apa penyebabnya?

Bintang 7 Tahun

Oleh:
Namaku Septian. Aku akan menceritakan sebuah kisah yang mungkin telah aku pendam selama ini. Mungkin tak terlalu menarik, tapi apa salahnya kita berbagi pengalaman hidup. Sebenarnya aku bingung mau

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *