Cinta Jessica

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 15 April 2014

Aku cuman bisa membalas senyum tanggung ketika gadis itu menyunggingkan senyum untukku. Meskipun sebenarnya teramat sayang kalau senyum itu harus dibalas hanya dengan senyuman. Senyuman tanggung pula. Seharusnya dibalas dengan sesuatu yang lebih berarti. Meskipun aku nggak tau, dengan apa aku herus membalas senyuman itu.
Jessica. Namanya Jessica. Jessica Widia. Nama yang singkat dan sederhana. Sesederhana orangnya. Sekilas gadis itu nggak terlalu cantik. Cantik sih, hanya saja penampilannya nggak terlalu mencolok. Sehingga nampaknya dia kalah cantik dengan yang lainnya. Tinggi badannya standar. Kira Kira 160 senti lah. Dengan badan yang nggak bisa dibilang kurus, tapi juga nggak gendut gendut Amat. Pipinya chuby, jadi lucu aja ngeliatnya. Dia jadi tampak imut imut. Kulitnya putih. Rambut hasil rebondingannya dipotong sebahu dengan potongan bob yang manis. Dia punya sepasang mata sipit yang tajam. Namun sorotnya lembut. Pokoknya menyenangkan sekali memandang senyum jenakanya itu.

Jessica melemparkan senyumnya ketika masuk ke ruang kuliah. Jadwal kita memang banyak yang bareng. Hari ini dia memakai celana jins skinny dan blus bermotif batik jawa. Pintar sekali dia memadukan jins skinny nya dengan blus batik berlengan puff itu. Etnik, tapi nggak kuno. Cantik. Tentu saja. Rambut rebondingnya diikat ke samping menyisakan sebagian rambut yang menjuntai. tas cangklong putih dan sepatu berwarna keemasan menambah kesan etniknya yang manis.

Gadis imut itu berjalan memasuki ruang kelas. Aku setengah mati berharap dia mengambil tempat duduk di sebelahku. Kebetulan kosong. Tapi ya itu, sayangnya harapanku nggak terkabul. Jessica terus berjalan ke deretan bangku agak belakang. Dan kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Andi. Setelah sebelumnya Jessica menyapa cowok itu dengan ceria.

Oke, siapa andi? Perlu juga kita bahas sedikit disini. Andi sebenernya kakak tingkat kami. Dia setahun lebih tua dari aku dan Jess, nama keren Jessica. Namun Andi mengulang mata kuliah yang sedang kita ambil ini. Andi adalah salah satu anggota geng cowok yang cukup popular di kampus ini. Geng cowok cowok badung gitu deh. Yang kegiatannya nggak jauh jauh dari ngeband (yang lagunya sangar sangar semacam avenged sevenfold, dream theater, atau slank), nggak jauh jauh juga dari dunia malem, nggak jauh jauh juga dari rok*k, bahkan mungkin minuman keras. Oke, yang terakhir itu memang bener bener terjadi. Tapi, yah… di kota jogja ini yang seperti itu memang terlalu biasa. Aku juga nggak terlalu naïf kok, aku emang nggak nyentuh barang barang kayak gitu. Tapi seenggaknya aku udah bisa nerima orang orang di sekelilingku emang gitu. Yang seperti itu udah nggak dianggep dosa. Lagian andi and the gank sebenernya orangnya juga baek baek kok. Cuman yahhh… itu dia…

Balik lagi ke Jessica. Sebelum Jess meletakkan pantatnya di kursi sebelah andi, terlebih dahulu mereka bertukar sapa. Jess kelihatan tertawa senang gitu. Matanya menyipit ketika dia tertawa. Setelah itu dia duduk dan melanjutkan mengobrol dengan Andi. Sembari menunggu dosen yang ngajar dateng. Mereka tampak akrab sekali. Aku cuman bisa menahan rasa yang tiba tiba jadi nggak enak ini. Aku curiga sebenarnya, sudah beberapa pertemuan ini mereka nampak sangat akrab. Bahkan pas acara akustik band hari bumi kemarin aku nggak sengaja ngelihat mereka ngobrol berdua. Kayaknya serius sekali.

Sementara hubunganku dengan Jess sebenernya juga deket sih. Yah, sebates teman sekelas dan temen kelompok praktikum sih… tapi kadang-kadang dia juga sering cerita cerita gitu. Cerita tentang apa aja. Temen kosnya lah. Laporan praktikum yang numpuk. Atau apa aja. Tapi ya itu, dia sama sekali Belum pernah cerita tentang Andi.

Balik lagi ke kuliah. selama kuliah berlangsung, jess nggak pindah tempat duduk. Dia masih betah duduk sebelahan sama si Andi itu. Posisi duduknya aja mepet banget jadi bikin aku makin curiga dan yah, sedikit cemburu. Bukan sedikit dink, tapi banyak. Untungnya aku duduk di depan. Jadi nggak harus ngelihat langsung “kemesraan” mereka berdua.

Aku sedang mengemasi catatanku ketika seorang cewek berbaju batik menghampiriku. Aku mengangkat muka. Cewek berpipi chuby yang sangat aku kagumi itu sedang tersenyum kepadaku. Manis sekali. Mau nggak mau aku pun juga ikut tersenyum demi menyaksikan semua itu…
“Man,” Panggilnya dengan intonasi khas cewek lucu. Suaranya rada di imut-imutin. Plus senyum yang rada dimanis-manisin juga. Aku tau kalau Jess bertingkah kayak gitu pasti ada maunya.
“kenapa, Jess?” tanyaku sambil tersenyum. “duh, aku curiga nih. Pasti ada apa-apanya. Feelingku mendadak nggak enak nih” candaku sambil pasang tampang curiga yang agak berlebihan.
Kemudian dia meninju lenganku pelan sambil tersenyum.
Kita berdua tertawa.
“kenapa, non…?” tanyaku. Mengulang pertanyaan yang tadi.
Jessica tampak bimbang sebentar. “man, aku boleh minta tabel hasil praktikum hidrologi nggak? Yang pertemuan ketiga.”
Lho? Jessica kan nggak ngambil praktikum itu. Aku mikir, jangan jangan… “tapi, Jess..” aku terdiam sebentar “bukannya kamu nggak ngambil praktikum hidrologi?”
Jess diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Mendadak pipinya memerah. pipinya memang gampang memerah. sensitif sekali. Kena panas memerah. kalau malu juga memerah. dia nggak mudah nutupin perasaannya. Aku mulai curiga. Untuk apa dia minta hasil Hidrologi kalau dia nggak ikut praktikumya.
Kemudian aku inget kalau justru Andi yang ikut praktikum hidrologi. Aku tau. Karena aku praktikum bareng si Andi itu. Jadi…
“bukan buat aku, man…” jawab jessica. “buat Andi. Kasian dia…”
“oooh, jadi gitu, jess?” potongku cepat. Aku ngerasain nada suaraku yang tiba tiba meninggi. “aku sebenernya juga udah nebak kalau itu buat Andi”
Jessica kaget ngelihat responku yang seperti itu. “kok kamu ngomongnya gitu sih, man? Nggak biasanya. Emang kenapa kalau aku minta buat andi? Dia belum ngerjain laporan praktikum. Nggak ada salahnya aku bantu kan man?” jelasnya sambil tetap berusaha sabar.
“kenapa dia minta tolong kamu, jess? Kenapa dia nggak berusaha nyari sendiri? Kenapa harus kamu yang nyari?” cecarku.
Jessica menggelengkan kepalanya “aku cuman mau ngebantu dia, man. Apa itu salah?” Nada suaranya mulai meninggi.
“denger ya, Jess” aku menatap matanya dalam dalam “kamu bodoh, jess. dia itu brengsek. Aku yakin kamu cuman dimanfaatin sama Andi itu”
Plakkkk…
Sebuah tamparan mendarat pedas di pipi kiriku. Panas.
Tangan jessica masih teracung di udara. Mata sipitnya yang bening mulai berkaca kaca.
“kalau kamu nggak mau bantu bilang nggak mau aja, man.” katanya dengan suara bergetar. “jangan sembarangan men-judge orang tanpa kamu tau seperti apa orang itu sebenernya”.

Setelah ngomong begitu jessica berbalik dan pergi meninggalkanku. Meninggalkan aku yang sedang memegangi pipiku yang memerah. sungguh, tamparan itu telak. Itu bukti kalau jessica emang bener bener ada hati sama Andi. Dan aku sangat sakit hati. Jessica ninggalin aku, temen deketnya, hanya untuk andi.
Ahhh, sebenernya apa sih bagusnya si Andi itu.
Yah, walopun aku ngaku kalau seandainya aku harus bersaing sama andi aku emang rada jiper. Andi manis sih. Sedikit. Cuman dikit, karena itu semua efek dari gayanya dia yang emang stylish (dia anak gaul). Sementara aku adalah tipe cowok baik baik. Aku ini lebih suka belajar dan berorganisasi. Dandananku biasa aja. Tapi seenggaknya aku nggak ngerasa kampungan. Oke, kalau ngadu fisik aku kalah.
Biasanya cewek mendambakan cowok baik baik. Iya nggak sih? Kenapa jess justru milih cowok yang bandelnya naujubilah kayak Andi? Oke, andi keren…
Tapi plis dong, jess… andi itu cowok malem. Doyan mabok. Doyan dugem. Bahkan bukan nggak mungkin dia tukang maenin cewek.. dia nggak pentes buat kamu, jess. Mendingan kamu sama aku deh..

Besoknya, pas praktikum hidrologi aku ngelihat andi udah ngumpulin laporan praktikum. Bah, dari siapa juga dia ngedapetin hasil praktikum. Aku ngelihatin andi. andi juga bales ngelihatin aku. Tapi dia kemudian diam saja.
Huh, kenapa sih aku jadi uring uringan gini. Aku yakin praktikum tadi aku nggak bakal bisa ngerjain. Otakku buntu. Entah kenapa aku khawatir sekali dengan jessica. Aku bener bener nggak terima dia sama Andi. aku yakin andi itu cuman mempermainkan dia. Aku yakin sekali.

ADVERTISEMENT

Tambah butek aja rasanya begitu ngeliat jessica berjalan berdua dengan Andi. aku lihatin mereka berdua. Nggak lama kemudian mereka berdua sadar kalau aku ngelihatin. Dengan tampang nggak rela pastinya.
Andi ngelihatin aku dengan tatapan sinisnya. Entah benar entah enggak tapi aku ngerasa andi ingin maju menghampiriku. Kelihatan dia sangat emosi. Hah, dia pikir aku takut. Tapi kemudian Jessica menggamit lengannya dan mengiringnya menjauh. Andi menurut. Mereka berbalik menjauh. Setelah sebelumnya andi mengelus rambutnya dan merangkul pundaknya.
Idih, najis sekali deh ngelihat pemandangan begitu. Bayangin aja. Kalau kamu ngelihat orang yang udah lama kamu sayangin dirangkul rangkul sama cowok brengsek yang doyan mabok itu. Ih…

“Arman, ngapain sih ngelihatin jess sama andi kayak gitu?” tiba tiba aja prima dateng sambil menepuk pundakku. Rupanya dia sadar kalau aku lagi ngelihatin pasangan nahjong itu.
Masih dengan tampang butek aku menepis tangan Prima.
Prima nyadarin tampangku yang butek itu langsung bertanya, “lo nggak rela ya si jess jadian sama andi itu?” tanyanya.
Aku memandang prima dengan tatapan sewot. Pirma juga ngelihatin aku dengan tampang seolah olah dia itu polisi yang menginterograsi narapidana.
“ya iyalah gue nggak rela” kataku pedas. “sumpah pengen gua gamparin tuh si tukang mabok…”
“sshhh…” Prima menempelkan telunjuk di bibirnya. “ati ati lu kalau ngomong. Digamparin seisi kampus tau rasa lo..”
Aku ketawa sinis. “coba aja… gue nggak takut.”
Prima cuman geleng geleng.
Hening sejenak.
“ah sumpah deh najis banget. Kenapa juga sih si jess mau sama andi brengsek itu. Mendingan juga dia sama gue” mendadak gue ngomel ngomel sendiri.
Prima ketawa pelan sambil membetulkan letak jilbabnya. “arman… arman…” katanya “dari dulu gue juga tau kok kalau lu naksir sama jess”
Aku kaget.
Lagi lagi Prima cuman tersenyum. “tapi cara lo nggak kayak gitu, man…”
Aku mengernyitkan muka.
“kalau lo sayang sama jess. Lo kudu ngerelain dia bahagia. Nah lihat aja, man. Dia kelihatan bahagia sama andi” jelas Prima.
Lagi lagi aku ketawa sinis. “mana mungkin. kalaupun sekarang dia bahagia pasti itu awal bencana buat dia. Si andi brengsek itu pasti bakal nyakitin dia.” kataku berapi api.
“hei, dont judge a book by its cover, man” kata Prima. “cuman jess yang lebih tau siapa andi sebenernya.”
Bah,
Apa pula itu. Ingin sekali kubantah Prima kalau sebenernya cover itu adalah cerminan isi buku. Covernya aja kayak gitu gimana isinya. Dan lagi, jess sedang dimabuk asmara. Bukan nggak mungkin dia dibutakan sama andi brengsek itu.
Tapi aku nggak tega juga ngebantah Prima. Biarlah. Toh yang penting sampai sekarang pun aku nggak percaya aja sama andi. lihat aja, akan tiba waktunya si jess nangis nangis gara gara andi brengsek itu. Tunggu aja.

Esoknya…
Anjrit. Udah jam sembilan lewat limabelas. Aku berlari lari menuju ruang kuliah. Hari ini aku kuliah jam sembilan. Itu artinya kau sudah telat lima belas menit. Aku juga nggak berharap bakal diijinin masuk sama dosen yang ngajar hari ini. Soalnya biasanya kalau ada yang telat lima menit aja langsung diusir. Nggak boleh ikut kuliah.
Sampe di depan pintu ruangan aku jadi urung masuk kelas. Ah, biarlah. Lagian aku juga belum pernah bolos ini. Sekali aja nggak papalah.

Kemudian aku mendadak ngerasa pengen pipis. Aku berjalan ke arah belakang menuju toilet. Sepi sekali kampus jam segini. Kegiatan kuliah masi berlangsung sih. Coba kalau jam istirahat, wah rame sekali pasti.

Sial…
Kenapa sih aku harus ketemu andi disini, batinku ketika melewati salah satu koridor kampus. Andi sedang ngobrol dengan cewek. Sepertinya serius sekali. Tapi cewek itu bukan jess!!! Cewek itu siska. Anak satu angkatan sama andi. siska cantik dan seksi banget. Dia juga kaya raya. Bapaknya punya rumah makan gede yang buka banyak cabang gitu. Oh, jadi gini. Andi ternyata ngelaba. Tuh kan, sejak awal aku juga curiga sama cowok brengsek itu.
Aku pengen banget ngelabrak nih cowok. Tapi segera kuurungkan niatku. Mendingan kufoto aja kejadian ini dari jauh. Ntar kalau timingnya tepat bakal kutunjukkin sama jess. Click. Untung andi nggak ngelihat.

Segera saja kulanjutkan perjalananku menuju toilet. Tepat di koridor yang agak jauh dari andi. aku mendapati seorang cewek. Terduduk di pojokan koridor sepi. Di dekat toilet. Lututnya dipeluk dan mukanya dibenamkan ke lutut. Samar samar kudengar suara isak tangisnya.
Gadis itu memakai polo shirt putih dan celana jins biru. Mukanya nggak keliatan. Rambutnya rebondingan. Walopun mukanya nggak keliatan tapi aku cukup mengenal gadis itu.
Itu jess…
Jessica widia.
Ngapain dia menangis disini?

Aku segera saja menghampirinya.
“jess…” Panggilku. Aku duduk di hadapannya.
Jess mengangkat muka. Mukanya dan hidungnya memerah. pipi chubbynya basah kena aer mata. “man,” lirihnya. Sepertinya dia sangat terluka.
Kemudian aku inget andi dan siska. Tuh, bener kan. Feelingku nggak meleset. Jess pastilah sudah menyaksikan itu semua. Bahwa andi dan siska…
Dasar, andi sialan…
Berani beraninya dia nyakitin jess.
“jess…” panggilku dengan nada kuatir. “jangan naNgis jess…”
Jess tetep sesenggukan.
Aku bangkit berdiri. “ANDI EMANG SIALAN. BERANI BERANINYA DIA NYAKITIN KAMU, JESS. HAH, DARI DULU AKU JUGA UDAH CURIGA. BIAR AKU HABISIN DIA” Kataku. Kemudian aku berbalik hendak menghampiri andi.
“jangan, man…” jessica teriak menahanku. Tapi terlambat. Aku udah keburu emosi. Segera saja kususul andi.
Sayang dia udah nggak ada di tempatnya semula.
Aku mulai mencarinya. Huh, kabur kemana si brengsek itu. Enak aja.

Nah itu dia, si brengsek itu berdiri di pinggir jalan dekat parkiran mobil. Aku menghampirinya. Sebelum dia menyadari keberadaanku aku mencengkeram kerah kaos polo putihnya dan memukul mukanya sekuat tenaga. Berkali kali.
“ini buat lo, yang udah nyakitin jessica” kataku sambil terus memukul wajahnya. Berkali kali. Kulihat hidung dan bibirnya udah mulai berdarah.
Tapi aneh, begitu sadar kalau itu aku. Andi sama sekali nggak berniat membalas. Dia hanya menghindar. Tapi nggak membalas memukulku.
“BERHENTI…” Tiba tiba teriakan, kutau itu teriakan jess terdengar dari seberang jalan. Aku menoleh. Andi juga. Jessica berlari menghampiri kita.
Tapi tepat dari arah depan melaju kencang sebuah taksi kuning. Taksi nggak sempat mengerem. Hanya terdengar suara decit rem mendadak. Selain itu nggak terdengar apa apa. Bahkan teriakan jessica pun nggak terdengar. Tau tau tubuh berbalut jins dan polo shirt itu udah terpental kembali di trotoar.
Tubuh itu diam. Tak bergerak. Tidak ada darah mengucur dari tubuhnya. Tapi tubuh itu diam. Tak bergerak.
“JESSICA” Andi teriak histeris dan menghampiri tubuh diam itu. Aku juga ikut menyongsongnya. Sayangnya kita nggak sadar taksi telah kabur. Beberapa orang juga ikut mengerumuni.

Tau tau aku sudah berada di sebuah rumah sakit swasta. Dari tadi aku memang mengikuti andi membawa jessica. Kini jess sedang digeledek menuju UGD. Andi di sampingnya nggak berhenti memanggil namanya. Aku juga hanya bisa lirih memanggil namanya.
Jessica…
Semua ini gara gara andi brengsek itu. Dia yang membuat jess menjadi seperti ini. Sesampainya di UGD kita berdua dilarang masuk dan disuruh nunggu di luar.

Andi duduk di kursi tunggu. Dia memegangi kepalanya. Wajahnya sepertinya cemas sekali. Bah, sandiwara. Aku juga duduk di kursi tunggu. Saling pandang dengan andi sebentar. Namun beberapa saat dia kembali mengacuhkanku. Sibuk dengan pikirannya.

Lama kami berdiam. Aku juga sibuk dengan pikiranku. Kamu bakal menyesal, andi. dasar cowok brengsek. Jessica ketabrak. Ini semua awalnya gara gara andi nyakitin dia. Dari dulu aku juga udah curiga kalau dia cuman memanfaatkan jessica. Dasar.

Kesempatan ini kumanfaatkan buat ngelabrak andi brengsek itu. “heh” tantangku.
Andi mendongak. Bekas darah yang mengering di bibirnya masih jelas terlihat.
“sekarang lo puas nyakitin jessica?” tanyaku pedas. “JESSICA TERBARING DI DALAM SANA ITU GARA GARA ELO. ELO UDAH NYAKITIN DIA DENGAN SELINGKUH SAMA SISKA.”
“Lo tau apa sih? Nggak usah ikut campur?” katanya. Cuek.
“HEH” Aku mencengkeram bajunya hingga andi berdiri. Muka kami berdekatan “GUE NGGAK AKAN TINGGAL DIAM kalau…”
KLIK…
Pintu UGD terbuka. Seorang dokter yang rambutnya beruban keluar. Aku segera melepaskan cengkeramanku. Sejenak dokter itu terlihat bingung mendapati kami.
“siapa keluarga jessica widia?” tanyanya.
“saya, dok…” Andi berkata cepat. Sebelum aku sempat membuka mulut. “saya tunangannya”
Chih, pacar aja. Itu pun baru jadian udah ngaku ngaku tunangan.
Dokter itu menatap andi. “jessica tidak mengalami luka luar yang serius.” katanya.
Aku bernapas lega. Andi juga.
“tapi…” potong dokter itu.
“kenapa, dok?” potongku cepat.
“dia mengalami luka dalam yang serius. Tulang belakangnya retak. Itu mengganggu sitem syarafnya. Dan…” dokter itu menggantung kalimatnya.
“kenapa, dok? Jessica kenapa?”
“jessica lumpuh total. Kedua kakinya tidak dapat digerakkan lagi.”
Apa? jessica lumpuh? Makhluk seindah dia lumpuh? Oh, no… great, andi emang pembawa sial.
Andi langsung terduduk lesu. Tidak berkata apa apa.
Dokter itu menepuk nepuk bahu andi. “sabar ya. Sekarang jessica belum sadar. Nanti kalau sudah sadar aku saya akan bicara padanya. Kamu temani saja dia, mungkin dengan begitu dia akan menjadi lebih kuat.”
Aku lihat andi mengangguk pelan.
Yeah, dokter itu menyuruh orang yang telah melumpuhkan jess menemaninya? Tidak. Tidak akan kuijinkan..

Selepas dokter itu pergi. Aku kembali menghampiri andi dan mencengkeram bajunya. Masa bodoh ini tempat umum. Tapi kali ini andi memberontak. Bahkan sebelum aku sempat mengepalkan tangan tau tau aku sudah dipepet ke tembok dan kepalan tangan andi sudah di depan mataku. Tapi andi nggak jadi memukulku. Dia hanya mendorongku sampai tembok.
“ini semua gara gara elo, man” katanya lirih. Tapi tegas. “elo…” kemudian dia menunjuk mukaku.
“gue?” tanyaku penasaran.
“iya elo. kalau elo nggak curiga sama gue jess nggak akan kayak gini”
“TAPI LO NYAKITIN DIA. LO BIKIN DIA NANGIS. LO BRENGSEK” Makiku.
“Gue emang tukang mabok, man. Gue emang nggak pinter kayak elo. Gue emang brengsek.” katanya “tapi gue nggak akan nyakitin orang yang gue cintain”
aku udah mau mangap tapi andi memotongnya.
“gue emang brengsek. Tapi gue nggak akan nyakitin jessica.” Katanya. Matanya menandang mataku tajam.
Aku melepaskan cengkeramannya dengan kasar. “najis lo. Buktinya lo nyakitin jessica dengan cara selingkuh sama siska..”
“man, apa sih yang lo tau tentang jessica hah?” tanyanya. “lo selalu sok tau tentang jessica. Tapi apa yang lo tau hah?”
Hening sebentar.
“apa lo tau kalau papanya jessica dijeblosin ke penjara gara gara kasus korupsi? Apa lo tau kalau Sekarang ini keluarganya bangkrut berat? Apa lo tau kalau dia terancam D.O gara gara nggak bisa bayar biaya kuliah? apa lo tau semua itu, man? APA LO TAU?” Andi berkata cepat namun jelas.
Apa? jessica? terancam D.O? korupsi? apa pula itu?
“te… terancam D.O?” aku mulai tergagap.
“ya” jawab andi. “Jessica terancam D.O. bokapnya masuk penjara karena kasus korupsi. Keluarganya dituntut dan bangkrut. Jessica nggak bisa bayar kuliah” jelasnya.
“pas gue nawarin bayarin kuliahnya dia dulu, jess nggak mau. Dia cuman minta tolong cariin kerjaan, man. Dia pengen bayar kuliah sendiri.” Lanjutnya. “itulah kenapa gue ngobrol dengan siska tadi. Gue minta tolong siska biar dia bisa kerja di restoran bokapnya siska, man…” andi mulai melunak. Suaranya bergetar. Sepertinya dia menangis.
“lalu kenapa tadi dia nangis di pojokan. Lo mau nyoba bohong?” sempat sempatnya aku ngancem andi.
“kenapa sih elo nggak bisa percaya sama gue, man? Oke, tadi dia memenuhi panggilan bagian administrasi. Yah, intinya dia ditagih bayar kuliah biar bisa ikut ujian. Tentu aja jess nggak mampu. Tadi gue udah ampir bayarin dia dulu. Dia udah mau, dan janji mau ganti duitku. Gue salut sama usahanya dia. Gue banyak belajar dari dia, man…”
Aku speechless. Nggak tau harus ngomong apa. Jadi aku salah sangka dong…
Oh my God… kenapa bisa begitu.
“Dan elo, man…” katanya sambil menatapku tajam “elo udah ngancurin impiannya buat bekerja, man. Elo ngancurin cita citanya. Elo emang…” Dia nggak mampu ngelanjutin kata katanya. Aku tau dia sangat marah. Marah sekali.
Aku jadi ngerasa nggak enak.
“kalau bukan karena jess, elo juga udah gue matiin dari dulu. Benci banget gue sama elo, tau nggak? Gue tau elo naksir sama jess dan lo sok nantangin gue.” Lagi lagi dia menatap mataku dalam dalam. “tapi apa, man? Lo tau? Jess ngelarang gue nyakitin elo, sahabatnya.”
Hening sejenak. Kemudian andi tertawa sinis. “orang kayak elo masih dianggep sahabat buat dia, man… hebat bukan?” katanya. Miris.
Ada jeda panjang di sini. Gue beneran ngerasa kerdil. Bener juga. Gue nggak tau apa apa tentang jessica. Tapi lagi lagi egoku muncul, aku masih belum mau kalah.
“jessica sekarang lumpuh. Gue nggak yakin elo bakal tetep sayang sama dia setelah ini kerena…”
Bukk…
Kali ini pipi kiriku bener bener dipukul andi. panas. Sakit.
“gue nggak nyangka, man. Sebrengsek itu gue di mata elo. Asal elo tau aja, gue nggak peduli, man. Gue sayang sama dia. Dan kali ini gue nggak akan segan segan ngehabisin orang yang nyakitin dia.” katanya dingin.
Aku beranikan diri ngelihat matanya. Aku tau, ada ketulusan disana. Aku sekarang tau, andi benar benar mencintai jessica. Aku kalah. Aku benar benar kalah.

Jessica sudah sadar. Sudah dipindah di ruang perawatan. Andi menghampirinya. Aku mengekor. Dari depan pintu aku melihat jessica yang menangis histeris di ranjangnya. Dokter beruban itu ada di sampingnya. Juga ada seorang perawat berjilbab. Jessica menangis histeris ketika tau dia lumpuh. Andi datang. Memeluknya. Memeluk gadis yang kucintai yang masih histeris itu.
“AKU LUMPUH, AKU LUMPUH, AKU NGGAK BERGUNA…” Teriak jessica.
Andi memeluknya. “nggak, sayang… ”
Jessica meronta.
“AKU LUMPUH… AKU NGGAK BISA NGAPA NGAPAIN LAGI SEKARANG…” Raungnya. Tangisnya makin menjadi. Miris sekali melihat pemandangan itu.
Sekali lagi andi memeluknya. Membisikkan entah apa di telinganya. Ajaibnya, gadis itu kemudian langsung tenang. Langsung luruh ke dalam pelukan andi.
Suster berjilbab itu ikut menangis. Sedih. Pasti sedih melihat makhluk secantik dan selucu jess menjadi lumpuh. Dan dia lumpuh karena aku. Aku. Gara gara aku.
Andi melepas pelukannya. Kemudian dia memegang wajah jess dengan kedua tangannya. Menatap kedua bola mata jess yang masih berkaca kaca dan kemudian berkata, “inget, jess. Seperti apapun kondisimu, aku bakal tetep disini. Nemenin kamu. Dan semuanya bisa kita lakuin, bersama sama” kemudian dia mengecup kening jess penuh sayang.

Aku sadar. Jess benar. Prima benar. Nggak seharusnya aku men judge andi seperti itu. yang akhirnya malah menyakiti orang yang kucintai. Kesalahan ini pasti nggak akan termaafkan. Aku ngehancurin kebahagiaan mereka berdua. Seandainya saja dari dulu aku merelakan kebahagiaan mereka. Pasti semua nggak akan begini.
Sekarang aku juga yakin 100 %, andi tulus menyayanginya. Teramat tulus. Bahkan mungkin aku yang nggak tulus.
Aku melirik ke arah mereka lagi. Jess masih merebahkan diri di pelukan andi. wajahnya tenang sekali. Seolah dia merasa aman disana.
Aku ngaku kalah. Cuman andi yang bisa ngelakuin itu. Aku pun nggak akan pernah bisa membuat jess merasa aman di sampingku.
Sekali lagi aku kalah. Aku kemudian memilih berbalik pergi meninggalkan mereka berdua. bahkan untuk bilang maaf pada mereka pun aku nggak berani. aku sadar, nggak ada gunanya lagi ngerecokin mereka. Mereka memang saling mencintai. Aku hanya bisa bilang maaf dalam hati.

Cerpen Karangan: Rintoarjani
Facebook: Enggar Rintoarjani Purba

Cerpen Cinta Jessica merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Sebuah Penyesalan

Oleh:
Bogor, Rumah Sakit PMI, Selasa 18 September 2012, 03.25 WIB “Mah, bangun Mah…! Jangan tinggalkan Angga sendiri! Angga belum siap ditinggal Mamah! Angga janji kalau Mamah bangun, Angga akan

A Love Story (Part 2)

Oleh:
Semakin aku dengannya menghabiskan banyak waktu berdua, semakin besarlah pengetahuanku tentang Adam. Laki-laki yang amat sangat pintar, yang baik, yang iseng, dan yang selalu tampak lebih berkharisma saat ia

Friend and Boyfriend (Part 1)

Oleh:
Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di SMA Darmawangsa. Di sinilah ia, dengan dandanan super norak, yaa seperti MOS biasanya. Rambut dikepang empat, memakai pita berwarna kuning, menggendong tas

Whitn’t

Oleh:
Bahkan angin jauh lebih beruntung daripada aku, angin mampu mebuat dia merasakan kehadirannya, sedangkan diriku? tidak sama sekali. Sesak, itu yang kurasakan saat ini. Aku hanya bisa memandang dia

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *