Kamu Dia dan Cerita Kita

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Perpisahan
Lolos moderasi pada: 19 April 2017

Aku tersenyum memeluk kaktus, semakin erat aku peluk, ia semakin keras melukaiku. Apa aku salah? Padahal dulu kaktus itu hanya sebuah bunga matahari, semakin aku peluk, semakin membuatku bahagia. Entahlah, aku heran mengapa bunga itu berubah menjadi kaktus. Aku ingin melepaskan pelukanku, tapi terasa sulit. Namun bila aku bersikeras tetap mempertahankannya, aku akan terluka semakin dalam, aku heran, mengapa aku mendapatkan peran seperti ini.

Rasa menggenggam seseorang yang sedang menggenggam tangan perempuan lain, itu rasanya seperti ini kah? Namun bila aku lepaskan genggamanku, ia malah balik menggenggam tanganku. Aku ingin menjauh, namun ia selalu berusaha mendekat, meski dinding kokoh telah aku bangun, ia selalu dapat merobohkannya, aku seolah terjebak, dan aku ingin pergi menjauh, karena aku tak ingin terluka semakin dalam lagi.

“Tania… kamu di mana?” Isi pesan yang masuk ke HP ku. Aku pun langsung membalasnya.
“Aku di rumah”
“Kita main yu, aku jemput kamu. Aku berangkat sekarang” balasnya.
Aku pun heran, ia seolah tau apa balasanku, meskipun aku menolaknya, ia selalu mampu menemuiku.

Tak lama seorang pria berada di depan rumahku, aku pun langsung menyuruh pria itu masuk.
“Kirain udah ganti baju” omelannya.
“Hehe, aku siap siap sekarang ya” pamitku. Aku pun langsung masuk ke dalam kamar, dan bersiap siap.

Dika, nama pria itu. Dia mantan kekasihku satu tahun yang lalu, entahlah mengapa kami begitu dekat, sedangkan aku faham betul dia sudah memiliki kekasih. Apa aku jahat? Tersirat iya, aku jahat. Aku mendekati pria yang sudah memiliki kekasih, namun apa salah jika aku ingin memilikinya kembali? Kita bersikap seolah kita sepasang kekasih, dia selalu memperhatikanku, selalu memanggil sayang kepadaku, membuat tawa, merangkai cerita. Namun kita melakukan itu tanpa sepengetahuan kekasihnya, aku jahat? Aku perebut? Apa aku salah?. Coba fikir, apa aku salah merebut kembali yang seharusnya milikku? Apa aku salah, mencintai orang yang menyimpan perasaan kepadaku? Tapi orang itu pun juga menyimpan rasa yang sama denganku? Apa aku salah?. Biarkanlah untuk saat ini, aku pun sadar, aku harus menjauhinya suatu saat nanti.

“Ayo berangkat” ajak Dika.
Aku pun mengangguk.
Entah akan ke mana dia membawaku, aku pun hanya diam tanpa bertanya. Dika pun memberhentikan motornya di sebuah taman, taman yang sering aku kunjungi dulu dengannya.
“Mau apa di sini?” Tanyaku heran.
“Mau makan ice cream” jawabnya tersenyum.
Aku pun langsung mengikutinya.
“Kamu duduk di sini dulu ya, aku gak akan lama lama kok” ucapnya, lalu pergi.
Belum sempat aku bertanya, ia langsung pergi begitu saja, aku pun duduk sambil memainkan game di HPku, tak lama ia datang lagi sambil memberikan Cornetto Black & White ke arahku. Aku pun tersenyum sambil mengambilnya.
“Makasih ya..” ucapku.
Ia pun hanya mengangguk sambil duduk di sampingku. Suasana sunyi sesaat, aku pun hanya fokus untuk meng habiskan ice creamku, tapi aku merasa Dika menatapku terus, lalu aku menengok ke arahnya.
“Kenapa?” Tanyaku menatapnya.
“I Miss you” jawabnya langsung.
Aku pun terdiam.
“Kamu pesek, aku kangen” ucapnya sambil mencubit hidungku. Itu hal yang selalu ia lakukan, setiap bertemu dengannya, hidungku selalu menjadi korban.
“Aaahh.. Dika, sakit” rengekku.
“Uuu gemes tau” ucapnya, tingkahnya pun semakin menjadi, ia mencubit kedua pipiku dengan wajah gemes.
“Aaah udah ah, sakit tau” ucapku dengan kesal.
Dia pun malah mentertawaiku, melihat wajahku yang merah karena ulahnya.

Sore ini, aku dan Dika tertawa bersama, kita seolah seperti dulu, tanpa canggung bertingkah.
“Haahh… cape” ucapku menarik nafas, lalu duduk di dekat pohon.
“Huuuu, kamu kalah. Ayo gendong aku” ledeknya mengahmpiriku.
“Ahh yang ada, yang menang yang harus gendong” omelanku.
“Ya udah deh ayoo”
“Hahaha ayooo” balasku
“Ketawa, tadi mah marah marah huuuu” ledeknya.
“Bodo amat”
Dika pun berlari sambil menggendongku, aku pun hanya meledeknya terus.
“Udah Dik di sini aja, cape ya? Haha” mintaku sambil menertawainya.
Dika pun menurunkanku dengan nafas yang tidak teratur.
“Uuuu atur dulu nafasnya sayang” mintaku dengan bercanda merayunya.
“uuuu enggak ko sayang, gak cape mau gendong kamu sampe rumah pun” balasnya sambil mencubit kedua pipiku.
“Ih udah jangan cubit lagi” ketus.
Dia pun tertawa melihat ekspresi wajahku.

Jam menunjukan pukul 6 sore, kitapun langsung pulang. Sesampainya di rumah aku langsung mandi dan tiduran di atas tempat tidur. Tak lama ada yang ngeBBM, lalu aku langsung buka dan membacanya, rupanya dari Dika.
“Selamat malam sayang, uuu cantiku” isi chat dari Dika.
Aku pun hanya tersenyun senyum membacanya, aku pun langsung membalasnya dengan romantis. Kita pun asik chat seperti biasa, nyaris saja aku lupa, bahwa ini hari terakhirku bersama Dika.

Jam 9 malam tiba, aku pun tak lagi membalas chat dari Dika, aku hanya sibuk membereskan pakaianku ke dalam koper, beberapa kali Dika menelepon tetapi tidak aku angkat.
Sakit memang, mungkin Dika kira ia mampu mengahabiskan banyak waktu denganku, tetapi tanpa ia sadari inilah waktu terakhir untuknya. Aku tak bisa menggenggam Dika, aku tak bisa terus menerus bermain di belakang Dini, pacar Dika. Meski memang akulah yang pertama mengenal Dika, menjalin kisah dengannya, tapi itu dulu. Kini Dika memiliki Dini, meski Dika berkata “Tak usah menjauh, sulit untukku menjauh darimu, biarlah seperti ini, dan terus di dekatku”, tapi bagiku itu salah! Tak seharusnya kita seperti ini, mungkin kamu tak merasakan di posisiku, menggenggam seseorang yang sedang menggenggam tangan wanita lain, Kamu pun tak mampu memilih aku atau dia. Kamu menjadi kekasihnya, namun kamu pun hingga saat ini merangkai kisah denganku. Aku tak ingin seperti ini, seolah aku orang ke 3, seolah aku adalah penjahat.
Pernah tersirat untuk aku merebut kembali dirimu, tapi aku sadar, waktu pun tak mengizinkan kita menjadi sepasang kekasih kini. Sudahlah, sudah sampai di sini mungkin, aku sudah tak mampu berdiri tegap di hadapanmu, aku angkat tangan, dan aku menyerah. Bukan berarti aku tak mencintaimu, aku mundur bukan berarti perjuanganku sampai di situ, tapi aku sadar, kau pun tak mampu memberi kepastian untukku, lalu untuk apa aku bertahan? Peran ini, sungguh melukaiku.

Pagi pun tiba, aku pun langsung masuk mobil untuk berangkat ke bandara dengan diantar oleh ayah. Di sepanjang jalan aku membuka sedikit jendela mobil.
“Kamu udah pamit sama Dika?” Tanya ayah.
Aku pun mengangguk menatap ayah.

ADVERTISEMENT

Mungkin kemarin adalah caraku memberi salam perpisahan untuk Dika, memang tak ada kata selamat tinggal yang terlontar, tapi sudahlah biarkan, aku harus pindah ke Makasar, aku memilih menjauh dari kota Bandung, terutama menjauh dari Dika. Aku akan memulai kuliah di sana, membuat kisah baru tanpa Dika. Hpku terus berbunyi, namun aku biarkan. Sudahlah aku pun harus berusaha membunuh perasaan ini, biarkan aku menghilang dan menghentikan cerita kita, biarkan aku yang membunuh perasaanku untukmu, dan biarkan aku menghilang dari hidupmu, aku mencintaimu, namun aku tau, aku bukan wanita perebut, maka biarkan aku menghilang dari duniamu.

Cerpen Karangan: Novia Fernanda
Facebook: Novia sepersial fernanda

Cerpen Kamu Dia dan Cerita Kita merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kenangan Terakhir Kakak

Oleh:
Pagi yang cerah, matahari terbit dan sang senja terbentang dari kutub barat hingga kutub timur di bawah langit yang cerah menampakkan keagungan sang kuasa. Ditengah mimpi malam kemarin menyatu

Pelampiasan Cinta

Oleh:
Awalnya aku tak pernah menyangka jika kau dan aku akan menjadi kita. Awalnya aku tak pernah menyangka jika kau kini menjadi orang yang akan selalu ada di sampingku. Bahkan

Jawaban Atas Ketenangan (Part 2)

Oleh:
Deni mendengus pelan, mungkin dia sebal dengan ketidak pahamanku atas pernyataannya. “Intinya Risa itu Alien” “Al… Alien?” Aku masih bingung dengan apa yang diucapkan oleh Deni. “Jangan bercanda! Mana

Berharap Kebesaran Allah

Oleh:
Hari ini ku lalui seperti biasanya… hanya ada satu yang berbeda, sesuatu yang membuatku begitu bahagia.. Yup.. hari ini aku mudik ye ye.. Akhirnya aku bisa melepas semua rinduku…

Cellular

Oleh:
Di rumah Hadi. “Aku udah gak bisa ngejalanin hubungan ini lagi Sel.. maafkan aku..” Selly cuma bisa menunduk dan menangis mendengar perkataan Hadi. “Kita udah coba berkali-kali tapi keluarga

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *