Ketulusan Hati Seorang Wanita

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 12 October 2016

Sore ini Fitri datang untuk menontonku bermain futsal. Mantanku ini datang bersama Vina. Teman dekat dari Fitri ini memang begitu jelita parasnya dan senyumnya begitu manis mengalahkan gulali. Ya memang aku menyukai Vina, tak peduli dia itu teman dari mantanku, tapi tetap aku ingin dekat dengan Vina.

“Hai Zal, sudah selesai ya futsalnya, ini aku bawakan air minum sama handuk.”

Aku tau kalo Fitri sebenarnya masih mengharapkanku, terlihat dari cara dia menatapku dengan penuh harapan dan perasaan, perhatian dia kepadaku juga terlihat. Tapi aku sudah tidak menyukai Fitri, jadi aku tidak mempedulikan dan akan bersikap cuek kepadanya.

“Iya makasih ya Fitri. Eh ada Vina juga ya? Apa kabar Vina? Makin cantik aja.”
“Iya hehe aku diajak Fitri kesini, kabar aku baik kok. Ah kamu bisa aja gombalnya Zal.”

Tetap saja aku bersikap cuek kepada Fitri dan malah lebih bersikap terbuka kepada Vina. Entah Fitri menyadarinya atau tidak. Padahal aku berharap kalau Fitri menyadari bahwa aku sudah tidak lagi mencintainya dan lebih mengharapkan Vina yang mengisi hari-hariku agar menjadi lebih berwarna.

Setelah pulang aku masih memikirkan Vina dan berharap dia meresponku. Segera kuambil ponselku dan menghubungi Vina.

“Hallo, Vina malam ini ada acara? Aku mau ngajak kamu makan malam di luar.”
“Eh Rizal, kebetulan aku lagi sama Fitri nih. Baiklah aku mau, Fitri diajak nggak?”
“Nggak usah, aku pengin makan berdua aja sama kamu. Kamu pulang aja dulu nanti aku jemput di rumahmu biar Fitri nggak tau.”
“Ok Zal aku pulang sekarang nih.”

Kumatikan ponselku dan segera menuju rumah Vina lalu kubawa ke rumah makan yang romantis dan tempat duduk yang telah kupesan dengan hiasan lilin dan bunga di sekelilingnya.

“Wah indah sekali Zal, ini beneran kamu enggak salah ajak? Bukan Fitri yang seharusnya disini sama kamu?”
“Enggak Vin, aku sengaja ajak kamu kesini dengan suasana romantis begini. Kamu gak apa-apa kan aku ajak kesini?”

Vina tidak menjawab malah dia memeluk aku dengan spontannya. Mungkin ini menandakan kalo Vina senang dibawa kesini. Aku rasa ini sudah lebih dari lampu kuning yang Vina berikan untukku yang sedang berusaha mendekatinya.

ADVERTISEMENT

“Vin, aku rasa aku suka sama kamu, kita sudah kenal lama juga dan aku mau kita kenal lebih dekat lagi. Apakah kamu mau?”
“Tapi… Bagaimana dengan Fitri? Dia kan masih mengharapkanmu.”
“Biarkan saja Fitri, nanti dia juga bakal tau kalo aku sudah tidak mencintainya lagi.”
“Tapi aku…”
“Sssttt sudah tinggal jawab IYA atau TIDAK Vin.”
“I..i..iya deh aku mau kenal dekat denganmu.”

Setelah kejadian malam itu aku jadi semakin dekat dengan Vina. Kami selalu menghabiskan waktu bersama setiap harinya. Sungguh, hari-hari yang sangat indah jika itu dilalui bersama Vina. Namun, Fitri tetap saja menghubungiku dan memberi perhatian kepadaku walau itu perhatian sekecil apapun, meskipun aku tidak mempedulikan dia tapi Fitri masih saja baik kepadaku.

Ponselku berdering, ternyata ada telepon dari teman kelompokku di kampus dan menyuruhku untuk segera datang. Saat menuju ke kampus di sore hari menjelang maghrib dengan mengendarai motor tiba-tiba entah bagaimana kronologinya aku sudah terbaring di rumah sakit dengan balutan perban yang membalut kakiku dan aku juga tidak dapat merasakan kakiku, sepertinya mati rasa. Mungkin retak atau bahkan patah. Ketika aku melihat sekeliling ternyata ada Fitri sedang tertidur di kasur yang aku tiduri dengan posisi duduk dengan kepala dan tangan yang merangkul erat tanganku yang tidak terluka ini. Seakan dia ingin selalu di sampingku dan tidak ingin kehilanganku.

“Fitri bangun fit…”
Kubangunkan Fitri dengan perlahan menarik tanganku yang telah dirangkulnya. Ternyata Fitri cantik juga kalau lagi tidur. Memang sewaktu pacaran dulu aku tidak pernah melihat wajah Fitri yang sedang tidur. Dengan perlahan aku mengusap rambutnya karena dia tidak bangun-bangun.

“Eh Rizal udah sadar yah, maaf ya aku ketiduran tadi.”
“Iya gak apa-apa kok lagian ini udah hampir jam 11 malam. Oh iya aku kenapa? Kok aku ada disini? Terus kamu juga kok bisa ada disini?”
“Jadi tadi waktu kamu berangkat ke kampus, kamu ditabrak oleh mobil, tapi mobilnya kabur gitu aja, terus aku dihubungi temanmu kalau kamu gak sadarkan diri dan lagi dibawa ke rumah sakit oleh ambulan, jadi aku kesini.”
“Oh begitu ya. Terus kakiku kenapa? Diperban begini.”
“Kaki kamu retak Zal”
“Astaga sebegitu parahnya. Tapi kamu nggak perlu nungguin aku sampai selarut ini. Lebih baik kamu pulang, sudah malam juga,”
“Enggak ah Zal, aku mau nungguin kamu aja, lagian aku udah izin kok ke orangtuaku.”

Berbulan-bulan aku terbaring di kasur ini, menunggu sampai kakiku pulih, dan selama itulah Fitri selalu ada setiap hari untuk menemaniku, merawatku dan menghiburku sampai Fitri juga yang menuntunku untuk dapat berjalan dengan normal lagi. Selama berbulan-bulan itu pun aku tidak bertemu dengan Vina.

“Fit makasih ya kamu baik sekali, selama ini kamu yang merawat aku sampai aku pulih. Maaf jadi merepotkanmu.”
“Iya sama-sama Zal, gak apa-apa kok aku ikhlas.”
“Ngomong-ngomong Vina kemana ya kok gak kesini?”
“Vina katanya pergi ke rumah neneknya. Enggak tau juga, dia sekarang jarang muncul dan jarang menghubungiku,”

Akhirnya aku sudah boleh pulang dan sudah bisa berjalan lagi bahkan sudah sembuh total. Ini semua berkat Fitri yang merawatku dengan baik. Ketika perjalanan menuju rumah, aku seperti melihat Vina sedang berboncengan sama cowok dengan arah tuju yang sama denganku dan dia berada di depanku. Langsung saja aku menghubunginya untuk memastikan kebenarannya. Ternyata benar dia mengangkat teleponku dan betul apa kata Fitri, alasan Vina yang sedang mengunjungi neneknya. Padahal tidak sama sekali.
Aku kecewa dengan Vina, dia tidak benar-benar serius kepadaku. Dia hanya mempermainkanku, dan aku pun tersadar bahwa ada sosok Fitri yang begitu tulus dan ikhlas menyayangiku dengan sepenuh hatinya. Aku menyesal telah tidak peduli kepadanya dan aku akan meminta maaf serta ingin mengulangi semua dari awal. Aku akan membukakan hati kembali untuk Fitri.

Seminggu berlalu dan aku berencana untuk membuat kejutan kepada Fitri. Segeralah aku menuju ke rumah Fitri yang jaraknya tak jauh dari rumahku. Setelah mendekati rumah Fitri aku dikagetkan dengan adanya bendera putih yang menggantung di depan rumahnya. Terlihat ada Vina yang sedang berjalan sambil menangis di depan rumah Fitri. Aku pun lari lalu menegur Vina.

“Vina ini ada apa? Kenapa ada bendera putih di rumah Fitri? Terus kenapa kamu menangis?”
“Iya Zal, Fitri meninggal tadi subuh. Dia sudah tidak kuat lagi melawan penyakit kankernya.”
“Penyakit kanker? Sejak kapan? Kok aku gak tau?”
“Sebenernya sudah lama, aku sempat salut kepada Fitri, dia begitu kuat melawan penyakitnya itu, maaf aku tidak memberitahukan ini semua kepadamu sebelumnya karena ini permintaan Fitri sendiri yang tak ingin kamu tau. Fitri bisa kuat selama ini karena ada penyemangat dia, karena ada orang yang dia sayangi, karena ada alasan dia untuk kuat melawan penyakitnya jadi dia berusaha kuat untuk membuat orang yang disayanginya bahagia, dan dia senang kemarin bisa merawat orang tersebut hingga pulih dari sakitnya. Orang itu adalah kamu Rizal! Aku kemarin sengaja gak menengokmu dan membiarkan Fitri yang merawat kamu karena aku sudah merasa bersalah telah merebutmu darinya. Maka dari itu aku ingin membuat Fitri bahagia berada di samping orang yang disayanginya. Oh iya, dia sebelumnya menitipkan surat ini untukmu.”

Aku tak menjawab perkataan dari Vina, langsung aku ambil surat itu dan segera aku membacanya dengan penuh rasa penyesalan dan menahan air mata yang seakan ingin menumpahkan semua isinya.

Dear Rizal,
Rizal, maafin aku yang selama ini selalu mengganggu kehidupanmu. Aku tau kamu sudah tidak peduli lagi kepadaku, dan aku juga tau kalo kamu menyukai Vina, aku tau itu dan aku tidak marah kepada siapapun karena semua ini adalah pilihanmu.
Maafin aku juga karena aku telah menutupi penyakitku dari kamu, karena aku tidak ingin kamu memikirkan penyakitku, aku hanya ingin membuat orang yang aku cintai bisa bahagia. Melihatmu tersenyum saja aku sudah bahagia dan satu lagi, aku sangat bersyukur juga kemarin telah diberi kesempatan bisa tertawa bersamamu, memperhatikanmu, dan telah merawatmu hingga kamu pulih dari sakitmu. Itu merupakan momen terindah dalam hidupku bersamamu Zal. Aku janji tidak akan melupakan momen tersebut.
Sekali lagi maafin aku ya, aku tidak bisa berada di sampingmu selamanya. Tapi aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Aku akan selalu ada di sampingmu dengan sayap putih yang kumiliki kelak di dunia lain dan aku akan selalu mengawasimu. Karena aku sangat mencintaimu Rizal!
Love You,
Fitri

Membaca surat itu aku tak kuasa menahan air mataku dan aku langsung berlari menuju jenazah Fitri dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah. Aku tetap memberikan bunga mawar yang aku bawa dari rumah tadi karena sengaja akan aku berikan kepada Fitri. Tapi kini Fitri yang menerimanya sudah tak lagi bernyawa.

“Fitri bangun fit! Bangun! Aku ada kejutan untukmu! Aku bawakan bunga mawar kesukaanmu dan aku mau kita bisa kaya dulu lagi! Fit aku minta maaf karena sikapku yang acuh kepadamu belakangan ini. Aku menyesal Fit! Tolong Fit jawab aku!”

Aku sangat menyesalinya karena tidak bisa mengungkapkan isi hatiku dan menyampaikan permohonan maafku yang selama ini sudah salah memahaminya. Aku tidak bisa menyampaikan itu semua langsung kepadamu yang masih bernyawa. Tapi kini kau telah berada di langit ke tujuh bersama bidadari cantik lainnya.

Mulai saat itu aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangiku, entah itu datang dari masa lalu ataupun dari orang yang baru aku kenal sekalipun aku akan bersikap baik. Tidak akan pernah aku tak mempedulikan orang lagi. Aku belajar banyak dari sosok Fitri apa arti ketulusan, keikhlasan, kasih sayang dan hal-hal baik lain dari Fitri. Selamat tinggal Fitri semoga kau tenang di alam sana sayang.

Cerpen Karangan: Afrillebar Putra Pratama
Blog: afrillebar.blogspot.com

Cerpen Ketulusan Hati Seorang Wanita merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Dia

Oleh:
Aku masih mematung di sini bagaikan sebuah batu yang tak bernyawa. Semua rasa itu seakan mati tanpa tahu apakah akan bisa hidup kembali. Yaaa.. itulah perasaanku saat ini tanpa

Maniak Internet

Oleh:
“Ardan…! Makan dulu!” seru Ibu dari bawah. “Sebentar lagi bu. Lagi ada yang chatting-ngan sama Ardan!” seru Ardan lagi. Ardan adalah orang yang maniak internet. Sejak Ayahnya membeli komputer,

Penyesalan Seorang Kakak

Oleh:
Suatu hari, hiduplah seorang sepasang suami istri yang kaya raya. Meskipun kaya, mereka tidak sombong. Mereka dikaruniai dua orang putri yang cantik jelita. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Anak

Perahu Kaca

Oleh:
Matahari kini kembali ke peradabannya. Cahaya jingga langit sore memberi kesan romansa, petang ini. Aku berdiri menatap langit yang merona sore ini. Kakiku basah setelah dijilat ombak laut. Aku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *