Aku dan Kamu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 16 October 2014

Sore ini terasa sepi. Bagaimana tidak orangtuaku pergi ke bandung, biasa tugas pekerjaan. Aku masih santai duduk di teras depan ditemani kucing anggora lucu pemberian om vian setahun yang lalu. Sampai kudapati sosok itu, sosok yang ku kagumi setahun terakhir. Yap… dia tampak ganteng dan lucu dengan baju taqwa putih dan sarung merah bermotif kotak-kotak. Selalu demikian, aku hanya bisa menatapmu dari jauh. Apa aku terlalu malu untuk mengakui bahwa aku benar-benar menyukaimu sekarang?

Kulirik jam di tangan yang menunjukkan pukul 09.09 wib. Aku mencarimu sekarang, sebenarnya aku ingin mengajakmu makan berdua, bukan di kantin sekolah. Tapi, di taman sekolah, hari ini aku bawa sandwich keju. Hm… delecious banget. Aku Cuma ingin membaginya hanya denganmu. Entah kenapa kau masih duduk di bangkumu dengan membawa kuas dan buku gambar, kau menggores-gores kuas itu di buku tersebut. Tebakanku benar, kau menggambar sesuatu. Apa yang sedang kau gambar? Apa kesibukanmu menggambar ini yang membuatmu ditegur guru tadi saat pelajaran berlangsung? Aku penasaran kau menggambar apa? Walau aku malu, aku tak ingin melihatmu kelaparan hanya gara-gara kegiatan menggambar yang menyita waktu belajar dan makanmu. Maka aku tak kehabisan akal kusodorkan kotak makan yang berisi satu sandwich padamu setelah yang satunya kumakan. Kau mendongak menatapku lalu menerimanya dan berucap terima kasih. Sungguh, kau tahu apa yang tengah kini ku rasakan? BAHAGIA. Aku tak menyangka kau mau makan sandwich buatanku bersama bunda, kau kembali pada gambaranmu yang belum jadi walau sandwich di tanganmu habis. Kau masih tetap. Senang, kau mau menghargai pemberianku.

Seperti biasa, setelah aku bangun tidur sore, aku duduk-duduk di teras depan. Untuk apa? menunggumu keluar dari rumah menuju masjid. Itu sesuatu yang paling kusuka. Melihatmu lagi setelah di sekolah. Kata Dinda, jatuh cinta itu seperti makan brownies buatan maminya, yaitu manis dan legit. Seperti perasaanku saat ini padamu, di setiap bersama kamu adalah moment-momen termanis dalam hidupku. Aku masih ingat, saat kita berdua melihat hasil karya anak kelas yang ditempel dengan kreatif dan bagus di kaca besar belakang kelas. Disana ada gambar-gambar lucu, aku tahu teman-teman kita memiliki bakat dalam menggambar ada satu gambar yang membuatku tersenyum kagum, siapa lagi? Kalau bukan gambarmu. Dalam gambar tersebut, ada keluarga bahagia, ayah, ibu, adek dan kakak. Itukah gambarmu? Aku suka sekali. Dan yang paling membuatku bahagia adalah ketika kau memandangku tepat pada saat itu. Apa yang kau lihat, sungguh tatapanmu itu membuatku deg-degan. Tapi, semua segera mencair saat kau menunjukkan senyum khasmu itu, senyum yang selalu membuatku salah tingkah dibuatnya. Semoga, lambat laun kau mengerti tentang rasa ini.

Aku segera berlari menuju gedung kosong di belakang sekolah. Dalam pikiranku hanya satu, ada apa denganmu? Aku benar-benar khawatir. Dinda sahabatku memberi tahuku kalau kau sedang berkelahi melawan geng Adi yang terkenal kejam dan nakal seantero sekolah. Hei… apa yang kamu lakukan? apa kamu tak tahu aku sangat khawatir dengan semua ini? aku harap kau mengerti itu. Aku mulai mendekatimu, setelah gerombolan geng Adi keluar gedung. Kau terlihat kesakitan dengan memicingkan mata, darah segar tepat keluar di area bibir. Uhh.. itu tambah membuatku iba. Aku duduk tepat di depanmu. Walau aku tau, mungkin kau bertanya-tanya kenapa aku ada di sini. Apalagi kalau bukan menemanimu, menjagamu dan ikut merasakan sakitmu. Aku berusaha secepat mungkin merogoh tas kecilku, mencari sapu tangan biru laut kesayangan ku untuk membersihkan darah yang semakin banyak keluar, dan aku temukan itu. Aku mencoba sepelan mungkin membersihkan darah di bibirmu. Oh Tuhan… rasanya aku ingin menangis juga kalau lihat dia seperti ini.
“Auw….” pekikmu pelan seketika itu, aku langsung melepas usapan sapu tanganku.
“Maaf Rain.” Kataku lirih.
“Iya, nggak apa-apa.” Katanya sembari membenahi posisi duduk. Yang bersandar di pojok ruangan. Aku memulai lagi membersihkan bekas darah di bibirnya.

“udah bersih. kamu.. mau ikut aku ke kelas?.” Tanyaku.
“enggak. aku masih pengen disini” jawabmu pelan. Sepelan peluh yang menetes di dahimu.
“baiklah, aku pergi dulu.” kataku seraya beranjak keluar, walau sebenarnya aku ingin menemanimu sepanjang hari. Tapi, aku tahan aku takut mengganggumu.
“Deranda..” panggilmu. Sontak aku menoleh padamu seketika.
“iya..?”
“em… makasih ya” katamu. Sungguh itu yang dari tadi ku inginkan keluar dari bibir kecil nan merahmu itu. Menghargai dan menganggapmu ada.
“iya,.. Rain” jawabku sambil tersenyum. Akupun keluar dari gedung kosong itu dengan perasaan yang bahagia. dan kini kau benar-benar keluar dari rumahmu. Tapi, baju taqwamu berbeda warna sekarang. Abu-abu dan kopyahmu, waw… kopyah baru ya..? kamu tampak lebih cakep dan lebih lucu. Rain… aku suka kamu.

Siang ini aku rencana pulang ke rumah sendiri. Aku ingin merasakan enaknya naik bemo. Dan sebenarnya siang ini aku ingin mengajakmu naik bemo bersama. Pulang bersama, hanya berdua. Tapi, bunda melarang keras keinginanku itu. Katanya bahaya naik bemo. Uhh.. aku bete banget, pengen marah. Aku duduk di kursi tunggu penjemputan. Rasanya sekarang tinggal aku yang sendirian menunggu jemputan.

“Deranda…” panggil suara yang tak asing bagiku. Aku mendonggak perlahan melihat si pemanggil itu yang tengah berdiri di sampingku.

“Rain..” kataku, senyumku mengembang seketika. Ia kemudian duduk di sampingku dengan bibir dan sekitar pipinya yang membiru, ia berusaha mengatakan sesuatu padaku.

“nggak pulang?”

“ini, masih nunggu mama.” Jawabku. Ia berusaha membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu.

ADVERTISEMENT

“ini…” kata Rain, seraya menyodorkan kotak makan yang seminggu lalu kuberikan beserta isinya, sandwich padanya. Ia juga mengeluarkan sapu tanganku.

“ini juga. Makasih untuk semuanya ya?” katanya.

“iya, udah sembuhkan kamu?”

“oh… ini” tunjuk Rain pada pipi kanannya. Aku tertawa kecil melihatnya polos.
“jangan nakal Rain.” Kataku.

“ah… aku nggak nakal, para geng nya Adi itu yang keterlaluan.”
Aku tersenyum lebar. “Iya deh..” jawabku seraya menatap gerbang yang masih tak kutemukan mama yang menjemputku disana.

“Dera…” panggilnya kembali.
“iya..” jawabku.

“ini buat kamu..!” kata Rain menyodorkan selembar kertas gambar. Aku membukanya perlahan. Oh My God.. itu adalah gambarku.
“ini apa?”
“itu kamu sama aku.” Jawabnya. Benar saja dalam gambar tersebut ada cowok dan cewek bergandengan tangan. apa maksudnya?

“aku suka kamu.” Kata Rain padaku. Aku menatapnya lekat. “jadi terima gambar itu ya!” katanya.

Aku tersenyum “aku juga..” kataku.

“iya..?” tanyanya dengan mata melotot.

“hehe… iya.”

Tiiinnn… Tiiinnn… Tiiinn…

“Wah… mamiku udah jemput, Dera. Aku pulang dulu ya? besok, aku akan berangkat pagi, sebelum acara perpisahan TK HARAPAN BUNDA dimulai, aku udah ada disini. Aku kan ikut pentas drama. Jadi pangeran.” katanya beranjak berdiri.

“iya.. Rain. Aku ingin naik bemo sama kamu!” kataku.

“Sama. Aku janji kalau kita udah besar nanti seperti Bu Guru, aku akan mengajakmu keliling dunia.” Katanya.

“tapi.. kalau kita udah besar kan? jadi, kita boleh jalan bersama. Kalau aku udah besar seperti mamaku.”

“dan aku seperti papaku.” Katanya. “aku pulang dulu yaa?” lanjutnya.

“iya..” jawabku.

Ia pergi sambil melambaikan tangan perlahan, tak lama kemudian, bunda menjemputku pulang. Kami berdua pulang dari sekolah tercinta kami, TK HARAPAN BUNDA yang telah mempertemukan kami. Aku ingin tidur pulas malam ini. Agar besok pagi aku bisa melihat Rain tampil sebagai pangeran impian.

Aku sayang kamu Rain…

THE END

Cerpen Karangan: Berlian Apriliana
Facebook: Berlian Apriliana

Cerpen Aku dan Kamu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Halaman Terakhir Diaryku

Oleh:
Senja itu aku masih duduk di kursi taman sebelah rumah kostku, kubuka buku Diari masa remaja ku yang telah usang, yang sengaja aku minta adikku untuk mengirimkannya ke rumah

Putri Senja

Oleh:
Entah apa yang sedang dirasakan oleh Senja siang itu. Pria berambut panjang itu memegang erat gelas cappucinno-nya di sudut salah satu kedai kopi di Cimahi. Hati dan pikirannya masih

Aku Mawar

Oleh:
Namaku Warda, tapi kau sering kali memanggilku Mawar. Katamu, Warda itu bahasa arab yang artinya bunga mawar. Aku pun hanya bisa mengiakan saja dan tersenyum perlahan saat kau memanggilku

Daun Yang Gugur

Oleh:
Ini adalah kisah cintaku yang ketujuh. Semua bermula dari cinta lokasi. Dia bernama Akegami Tomoe. Aku melihat Tomoe pertama kali, saat Tomoe melewati kursi yang aku duduki. Aku melihat

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Aku dan Kamu”

  1. Ida says:

    Haha.., ternyata masih anak TK

  2. Ola says:

    Weleh weleh msh ank tk rpnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *