Anehnya…

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 25 June 2012

Satu, dua, tiga. Ah ya, tepat tiga tahun lalu namamu menjadi peran utama dalam drama cintaku. Juga tiga tahun sebelum tiga tahun lalu kau satu-satunya makhluk pencipta tawaku atau aku yang berfungsi mengingatkanmu memberi makan kucing culunmu. Sepeda koangmu? Juga tergambar jelas di kepalaku. Kau memang remaja paling norak di dunia. Anehnya, tetap saja aku cinta.

Kau selalu satu organisasi denganku dan kursimu selalu bersebrangan dengan kursiku di ruang rapat sempit itu. Saat aku mencatat jalannya rapat, kau sibuk mencatat gerak-gerikku dengan matamu lalu kau akan ceritakan tingkahku saat aku masih harus pusing dengan tugasku. Ah, yang kutahu kau memang hanyalah seorang pengganggu, tapi anehnya tetap saja aku rindu.

Siang itu, tepat di bawah langit atas lapangan basket sekolah, kau dengan rambut lepek, tas lusuh, baju putih kusam, dan lolipop dalam mulutmu masih bersedia mendengarkan keluhku tentang tukang gorengan di kantin sekolah yang cerewet. Juga cerita tentang tangan dan kakiku yang tak juga bisa bergerak meluncur di dalam air sampai aku harus ditertawakan teman sekelas. Anehnya, kau malah mengejekku dan membuatku lebih malu. Hhhh, pacar seperti apa kau ini? Kenapa pula aku masih mau menitipkan hatiku padamu?

Saat aku sedih dan berpura-pura ceria di depanmu, kau selalu tahu dan mencoba menghiburku dengan nada sumbangmu. Ah, aku sama sekali tak terhibur. Lagu yang kau nyanyikan kau ubah nadanya sendiri hingga keluar dari jalur seharusnya. Kasihan sekali pita suaramu kau sakiti begitu. Kau tahu? Suaramu jelek sekali. Tak merdu sedikit pun. Aku benar-benar tak terhibur. Anehnya aku tetap tertawa.

Saat aku berkemah di desa kecil yang asing, kau juga ada di sana. Saat aku mulai mengantuk, kau masih menjadi penungguku dari meter kedua tendaku. Kau lebay sekali. Kau kan bukan orang tuaku, untuk apa melakukan itu hanya untuk menarik perhatianku? Kau bisanya memang hanya membuatku malu. Anehnya, mimpiku indah sekali malam itu.

Kau mempunyai banyak teman perempuan yang begitu dekat. Aku tak pernah keberatan kau berteman dengan siapa pun. Aku tak perlu takut kau akan berpaling dariku atau orang lain akan merebutmu. Kau pergi pun masih berserakan laki-laki sepertimu di hadapanku. Lagi pula mana ada perempuan yang akan menyukaimu? Memangnya apa kelebihanmu? Meski begitu, anehnya aku cemburu.

Cinta apa sebenarnya yang kau suguhkan padaku? Bahkan alasan untuk mencintaimu pun aku tak tahu. Sampai akhirnya kau meminta jawaban atas pertanyaan aneh yang kau ajukan.
“Kamu sayang nggak sama aku?”
“Hah?” Aku tergagap.
“Aku belum pernah dengar kata itu dari kamu.”
“Ehhh. Nggak tahu.”
Ia tertawa hambar sambil bergumam, “Haha. Kamu nggak sayang yah sama aku?”

Hanya karena aku tak mampu mengungkapkan perasaanku, permainan itu game over tepat di detik itu. Seharusnya semua baik-baik saja walaupun kau pergi sungguhan dari hidupku. Anehnya aku tetap tak rela. Bahkan saat kau katakan, “Betapa bodoh aku pernah sayang sama kamu.” Harusnya aku juga mengatakan hal yang sama, tapi anehnya aku tak bisa lagi berkata-kata. Lebih aneh lagi, mataku mulai berkaca-kaca.

Saat itu aku mulai mengerti betapa sakitnya cinta dan betapa aku menyayanginya.
Itu dulu. Sekarang? Ah, sekarang pun sakitnya masih terasa. Cintanya? Mungkin masih tersisa.

Cerpen Anehnya… merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Usaha Yang Tak Berujung Indah

Oleh:
Cinta, cinta, cinta dan cinta. Itulah yang aku rasakan saat ini. Pasti semua orang pernah merasakan rasanya cinta kepada seseorang yang spesial bagi kita, tidak memandang wajah, fisik, harta

Saling Mengerti

Oleh:
Entah sudah berapa lama aku berdebat dengan wanita sialan ini, “Laki-laki yang itu siapa sih HAH?” bentakku, menyodorkan sebuah foto. “Maafin gua Jek, sekali lagi, gua gak bisa jelasin

Baru Enam Tahun Kok Mah

Oleh:
“Happy anniversary!” Lulu tersenyum lebar “Hehe, makasih lu. Kapan nih kita double date?” Tanya Nik “Ummm… enggak tau. Belum ada yang pas aja” “Yah, padahal gue pengen banget kalo

Ketika Tangis Merubah Segalanya

Oleh:
Aku terdiam memastikan bahwa semua hanyalah mimpi, sial ternyata inilah kenyataan yang sebenarnya. Ya! Kenyataan pahit yang harus ku lalui. Handphone touch screen-ku tiba-tiba membuyarkan keheningan. Nama “Andi” terpampang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *