Cinta-Cintaan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Bahasa Jawa, Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 18 June 2013

Namaku Sinta. Cewek desa yang baru saja lulus SMP, di SMP desa pula. Orang-orang menyebutnya SMP Mewah. Sebenarnya namanya bukan SMP Mewah, bangunannya juga gak mewah-mewah amat, buat aku SMP ini “SESUATU” aja deh. Mewah itu predikat istimewa yang dirangkai dari 2 kalimat yaitu mepet dan sawah. Selain MEWAH ada juga MELI. MELI itu mepet kali. Ada satu lagi MESONG, mepet songai.

Setelah lulus dari SMP yang amat sangat sekali aku cinta ini aku bingung kemana aku akan melanjutkan sekolah. Habis SMP itu SMA, iya benar. Didesaku sekolah yang paling tinggi itu cuma ada SMP, itupun cuma satu, SMP Mewah.
“Lamare asakola esempi, beng? Lulusla? Pas demma’ah?” tanya Mbah Sum, tetanggaku yang nggak ketahuan berapa umurnya, katanya teman sepermainan buyutku.
“Enggi, Mba. Insya Allah manabi bedeh rejekeh nerrossagina ka SMA,” jawabku sayu.
Eh, tiba-tiba si Mbah nyolot, “Addo, ella ambu ta’osa asakola pateggi’i, beng! Buruna paggun kadepor. Alake beih.”
“Wkwkwk, beneran aja. Bukan lanjut ke SMA malah ke KUA tuh ceritanya. Entar pas gendong-gendong bayi. Akhh,” gerutuku dalam hati. Aku hanya menjawabnya dengan senyum.

Esoknya aku pergi ke kota bersama Nisa, Aisyah, Abi, Ahmad dan Rahman. Kita mendaftar di SMA yang sama, SMA yang benar-benar mewah dan elit plus mahal. Tapi kita mengajukin beasiswa, jadi kalau nanti keterima nggak usah bayar, alias gratis. Dengan sepeda yang sama-sama reyot kita ayuh sepeda masing-masing sembari berlelucon. Jarak kota yang 25 km dari desa kita nggak terasa jauhnya kalau kita selalu bersama, karena sepanjang perjalanan ada saja yang kita bicarakan.

Sesampainya di SMA tujuan kita, SMA Jaya Bakti. Kita susuri lorong-lorong kelas di SMA itu sambil plonga-plongo heran.
“Sin, kelasnya bagus ya?” kata Nisa sambil menggait tanganku.
“Deso…” kata yang lain.
“Sssut!” maksudku membuat mereka diam.
Orang-orang di sekeliling kita melipat muka, semua mata tertuju pada kita. Kita memang tidak bisa diam, biasanya memang selalu rame plus ribut. Tapi, hal ini justru yang membuat kita akrab, selalu larut dalam canda dan tawa, berbagi keluh kesah, dan dapat di gandeng kemanapun kita mau. Walaupun gak jarang mesti ada yang ngambekan sih tapi gak lama kok.

Kita menyebut kumpulan dari kita itu sahabat. Sahabat itu orang yang selalu hadir saat kita bahagia dan dia akan merasa bahagia. Dia datang saat kita sedih untuk menghapus air mata kita. Dia akan membuat kita tersenyum melupakan masalah yang sedang kita alami. Dia juga akan mencari solusi untuk masalah kita. Dia akan selalu hadir dalam hati kita.

Ujianpun berlangsung. Soal-soalnya benar-benar sulit. Kita hanya berharap-harap cemas akan keterima di SMA ini.
“Soallah ce’ malaradde. Onggu deger ta’ enga’ apa. Se eajeri malemma ta’ enga’,” celoteh Abi.
“Mangkana mon ajerreh dua’ gelluh!” ucapku sewot.
Tiba-tiba, “Jeduk”, ada yang menimpuk botol kekepalaku. Aku hanya mengadu kesakitan sementara Abi menertawaiku. Nisa dan Aisyah merangkulku.
“Woy, kena temanku nih,” teriak Rahman dan Ahmad.
Samar-samar dari kejauhan nampak sosok pria berpakaian putih abu-abu melari menuju arahku, wajahnya ganteng, kulitnya putih dan tinggi. Dia datang dan memegang kepalaku.
“Waduh, sori ya, dek. Nggak sengaja. Suer deh!” kata orang itu.
“Suar suer, kepala temanku sakit tau!” jawab Abi.
“Apa sih, Bi! Iya nggak apa-apa,” jawabku nyengir.
“Sekali lagi sori iya, dek!” kata orang itu.
“Iya nggak apa-apa. Aku juga mau,” jawab Nisa.
Sahabat-sahabatku ini emang rada-rada aneh. Stres semua, giliran ada cowok ganteng, cewek-ceweknya berubah jadi putri keraton, ayu, kalem, dan sok manis. Aku juga sih, hehe. Kalau yang cowok tiba-tiba berubah jadi beruang yang dibangunin waktu lagi hibernasi, galak banget, hargkkk.
Terus orang itu mengulurkan tangannya, “Namaku Roy.”
Aku, Nisa dan Aisyah berebut menyambut tangan Kak Roy. Tapi sial si Ahmad malah ngerebutnya. “Aku Ahmad. Ini Nisa, Sinta, Aisyah, Rahmad, dan Abi,” kata Ahmad
“Oh, senang bertemu dengan kalian. Tapi maaf aku harus segera kembali! Mari!” kata Kak Roy.
Aisyah menghentikan langkah Kak Roy, “Kembali kemana?”
“Sekretariat OSIS,” jawab Kak Roy.
Aku hanya menatap Kak Roy dari ujung kepala sampai kaki, sempurna, subhanallah, Allah Maha Kuasa. Sampai tak terlihat lagi bayangan Kak Roy dan berubah menjadi wajah Abi yang nyebelin di depan mukaku, yang super jelas begonya. Hehe.., bercanda.

“Kukkuruyuk… Cukir… Kukkuruyyuk..,” Kokok ayam terus mengiyang di telinga. Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama di pantai kapuk, sayangnya pagi ini harus pergi ke kota untuk melihat pengumuman. Berharap-harap cemas aku yakin akan diterima di SMA Jaya.

Seperti biasa bersama sahabat-sahabatku aku pergi ke kota. Sialnya dipertengahan jalan tiba-tiba ban sepeda Abi kempes. Aku dan teman-teman mencari tukang tambal ban tapi tak kunjung dapat. Hampir sejam kita mencari. Wajahpun sudah layu, baju sudah basah karena keringat, otot-otot sudah pada lemas. Sejenak kitapun melepas lelah di bawah pohon asem.
“Kring…” tiba-tiba suara handphoneku berdering.
“Assalamu’alaikum,” salamku menjawab telfon.
“Wassalamu’alaikum. Maaf apa benar ini dengan saudari Sinta?” tanya orang itu.
“Iya betul,” jawabku.
“Saya perwakilan OSIS dari SMA Jaya,” kata orang di balik telfonku.
“Hah? Iya ada apa?,” tanyaku terkejut.
“Saudari Sinta Anda lulus dan segera daftar ulang sebelum jam 12,” kata orang itu.
“Beneran, Mas?” tanyaku.
“Iya,” jawabnya.
“Alhamdulillah aku lulus, teman-teman,” kataku.
“Ye..,” seru teman-teman, namun tiba-tiba, “Kita gimana?” tanya yang alin serentak dengan wajah layu. “Lulus juga nggak?” tambah yang lain.
Belum sempat aku bertanya teleponnya putus. Kitapun memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.

Di tengah perjalanan kami yang melelahkan tiba-tiba aku bertemu Kak Roy. Karena hanya aku yang lulus aku memutuskan untuk ke sekolah baruku dengan Kak Roy. Aku tahu mereka kecewa dan aku tak ingin dengan menginjakkan kaki di sekolah itu akan membuat mereka semakin kecewa. Sahabatku, tak lulus dari SMA Jaya bukan berarti dunia kiamat. Yakinlah masih banyak kesempatan yang menunggu untuk kalian kejar.

Aku bertekad, aku akan giat belajar. Ini hari pertama mos, dengan alat perang yang lengkap aku menuju sekolah baruku, dengan semangat luar biasa walaupun tanpa sahabatku.

ADVERTISEMENT

MOS tersebut mempertemukanku dengan kakak osisku yang cucok begitu, kak Roy satu-satunya kakak osis yang nggak pernah menegurku, datang saat aku akan dipermalukan di kelas, membantuku mendapatkan banyak tandatangan. Hingga di hari terakhir MOS ada seseorang yang kehilangan BB.

Semua peserta MOS dikumpulkan di tengah lapangan dan kakak-kakak osis akan mengeledah tas kita masing-masing. Aku nyantai saja karena bukan aku tapi sejauh ini aku tak melihat kak Roy, aku plenga-plengo mencari keberadaan kak Roy tiba-tiba kak Roy menyentakkan suaranya kearahku, “Hei… siap!”. Aku menoleh sedikit lega tapi agak kecewa kak Roy tidak biasanya saat aku menoleh kak Roy memahingkan muka dan terlihat sinis.
Tiba-tiba, “milik siapa ini?” tanya kak ketua osis. Aku mengancungkan tangan dan kedepan. Aku merasakan sesuatu yang buruk akan menimpaku. Kak Roy tiba-tiba datang dari belakang, aku sedikit tenang. “Roy kamu sebagai ketua panitia harus bertanggung jawab”, kata kak ketua, semua di tempat itu mulai membicarakan aku kecuali kak Roy yang hanya menatapku. Saat semua orang menyalahkanku dan tak mendengarkan pembelaanku kak Roy hanya diam seperti mendukung mereka mengecamku. “kamu, gak lulus ini tasmu, silahkan pulang” kata kak Roy. “Bukan aku yang mencuri kak”, belaku. “SMA jaya gak butuh orang seperti kamu”, kata kak Roy. Seketika itu duniaku kosong. Aku bingung, bagaimana aku menceritakan ini pada orang tuaku. Aku tutup wajah kak Roy yang memahingkan pandanganya padaku, aku hanya menangis, tiba-tiba kata kak ketua, “Selamat kamu adalah peserta favorit MOS tahun ini”. “oh my god”, aku lega bahagia. Semua orang menyelamatkanku termasuk kak Roy, walaupun dia orang terakhir.

MOS masih berlangsung, siang hari bolong peserta di jemur di lapangan, kulitku terasa terbakar, panas sekali sambil mendengarkan sambil mendengarkan apa yang dibicarakan di depan aku tutup wajahku dengan tangan tiba-tiba saja teduh. Sehingga aku lepaskan tanganku kak Rio yang menghalangi panas itu, aku Cuma tersenyum. Sebagian peserta menatapku dengan wajah sinis, akhirnya MOSpun selesai.

Dihadiri pertama sekolah kak Roy mengantarkanku menuju kelas XI menemaniku saat istirahat. Tiba-tiba saja kak Roy mengatakan cinta padalu. Aku tak menjawab tapi aku menolaknya. Aku masih ingat janjiku untuk tidak pacaran pada masa sekolah.

Hingga suatu waktu hari Kak Roy ikut kontes silat yang mengharuskannya dikarantina selama 1 bulan selama itu pada hari-hariku kosong tanpa kak Roy saat kak Roy balik aku sedang ada lomba di Bali selama 1 minggu. Kita tidak pernah bertukaran nomer HP. Saat aku balik, kelas XII udah libur dan kita tak pernah bertemu lagi.

Satu tahunpun berlalu, kak Roy tinggal cerita. Kini aku kelas XI dan siap menjadi pengganti kak Roy di MOS, sebagai sekretaris yang baik aku selalu rajin mengabsen tiap kelas. Hingga akhirnya, aku bertemu dengan Wira, adek kelas melalui bantuan kak Leo aku kenal dengan Wira. Tak ku sangka anak ingusan baru lulus SMP itu mengajakku pacaran, jelas-jelas, aku tolak.

Hari berganti hari Wira selalu hadir dalam hari-hariku. Hingga akhirnya aku rasakan rasa yang sama dengannya, tanpa babibu kitapun pacaran. Aku lupa dengan janjiku, aku lupa dengan kak Roy, dan aku lupakan waktu-waktu sedihku dengan keadiran Wira, dia selalu datang di saat yang tepat. Tak bisa orangnya, suaranyapun mampu melelehkan hatiku yang galau.

Satu tahun rasanya begitu cepat berlalu. Di saat MOS seorang adik kelas mengirimkan surat sahabat untuk Wira, tapi menurutku itu surat cinta, saat aku tanya isinya. Wira selalu menjawab tidak penting. Sejak saat itu aku merasa Wira berkhianat padaku. Hingga suatu waktu aku dapati sms di HPnya. “Iya Cantik,” begitu isinya. Jelas-jelas ini bukan untukku karena dia tak pernah menyebutku dengan sebutan cantik, mendapati sms itu aku tinggalkan Wira yang sibuk dengan cimolnya.

Tiba-tiba dia ke kelas sembari membawa cimol dengan sambal taburnya. Aku tak menatapnya, tak menghiraukannya, tak mempedulikannya.
Lalu dia bertanya, “Ada apa, sayang? Ada apa? Kenapa?”
Entah setan apa yang merasukiku waktu itu. Aku ambil cimol yang dipegangnya lalu menabur semua sambal itu.
Saat dia tanya, “kamu mau?” aku langsung masukkan cimol kemulutnya, wajahnya merah. Dia memakannya sambil nanya tentang keadaanku.
Tiba-tiba aku melihat jarum dijilbabku ku ambil lalu ku pegang tangannya. Dia malah balik memegang tanganku satunya dengan erat. Aku melepaskan lalu aku tusukkan jarum itu di setiap jari tangannya. Jari-jarinya berdarah.
Dia diam saja dan masih dengan pertanyaan yang sama, “Ada apa? Kenapa?” Melihat darah dijarinya aku menangis. Rasanya sakit dan aku tak mampu mendeskripsikannya dengan kata-kata bagaimana rasanya.

Setiap kali dia berusaha menemuiku, aku menghindar dan selalu menghindar. Tiba-tiba ada gosip kalau si Wira jadian dengan adik kelas. Mendengar gosip itu aku kirim sms buat Wira kalau kita udahan. Apapun yang dia katakan sudah tak berarti. A I U E O, Ba Bi Bu Be Bo sampai Ax Ix Ux Ex Ox.

Aku tutup buku harianku. Semberi senyum-senyum kecil dengan kejadian lugu di masa SMA dulu. Saat ini aku adalah seorang mahasiswi kedokteran di perguruan tinggi negeri Jawa Timur. Aku melangkah dan melambaikan tangan kepada SMA Jaya dan juga untuk cintaku disana, cinta-cintaan tepatnya.

Cerpen Karangan: Fani Desy Lestary
Blog: fandesyla.blogspot.com
TERIMAKASIH…
https://twitter.com/fandesyla
https://facebook.com/fandesyla
https://wordpress.com/archifaniblog
archi_fani[-at-]yahoo.com

Cerpen Cinta-Cintaan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


I Do, Nata!

Oleh:
Aku tersadar dari kegelapan yang entah berapa lama mengedap di mataku. Dan saat itu ketika pusing menyerangku, tiba-tiba jemari seseorang membuka kelopak mataku, dan memeriksannya dengan sebuah senter kecil

Salah Penipu Menipu

Oleh:
“Kenapa kamu selalu berbohong? kamu tahu tidak, kenapa smsmu tidak pernah aku balas? Karena selama ini aku lebih paham tentang karakter kamu daripada kamu sendiri. Kamu lebih mementingkan hari

Pesan Terakhir Asma

Oleh:
Asma saat ini duduk di bangku kelas 7 Madrasah Tsanawiyah Al-Makmun. Asma tergolong anak yang cerdas di sekolahnya. Banyak prestasi yang telah ia raih, mulai dari Juara 3 Olimpiade

Daydream

Oleh:
Hari itu awal dari semester genap, aku sudah kelas 3 SMP. Betapa bahagianya aku akan hal itu. Lebih bahagia lagi saat aku bertemu seorang anak SMA yang baru saja

Si Pengganggu

Oleh:
“Halo chubby,” panggil Rio kepada Lia, chubby adalah panggilan Rio untuk Lia, ya memang pipi Lia chubby. “Riooo!!” Teriak Lia sambil mengejar Rio yang sudah lari. Akhirnya Lia berhasil

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *