Titipan Cinta

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Galau, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 9 November 2013

Semilir angin menemani indahnya siang ini, Dinda yang duduk manis melihat kekompakan teman-temannya yang bergurau tak sungkan dia juga ikut dalam gurauan teman-temannya.
Di ujung sana terlihat Dino sedang asyik bernyanyi riang diiringi dengan petikan senar senar gitar yang menambah kekompakan dari mereka. Suara Dino dengan teman teman-temannya yang begitu kompak membuat para pendengar ikut terbawa lagu-lagu yang dilantunkannya, tak sedikit murid-murid yang mendengarkannya ikut bernyanyi bersamanya, termasuk Dinda.
Entah apa yang membuatnya berimajinasi bersama Dino, padahal Dinda tau banget sifat Dino ke cewek, super cuek. Seringkali Dinda membuyarkan imajinasinya agar tidak berharap lebih terhadap Dino. Dari kejauhan dia pandangi Dino, tapi kenyataannya tak sedikitpun Dino merespon pandangan Dinda.

“Mungkin dia gak tau, dia kan masih asyik bernyanyi sama teman-temannya. Semoga saja suatu saat nanti dia merasa” Pikir Dinda
“Hey Din, ngelamun aja. Ngelamunin Rio ya?” Canda Rara
“Apa sih Ra, enggaklah. Aku tuh sama dia sudah end, sudah close book tau” Jawab Dinda
“Ahh yang bener, kulihat kamu dari tadi mandangin ke arah Rio terus” tambah Rara
“Tapi aku nggak mandangin Rio, tapi..” Kata-kata Dinda terhenti, dia berusaha menahan kata-katanya, dia nggak mau teman-temannya tahu kalau dia suka sama Dino.
“Udah deh ngaku aja, nggak usah malu. Aku dukung kok, hehe” Kata Rara sambil kemudian duduk di sebelah Dinda dan ikut memandang kearah yang dituju Dinda.

Entah darimana, mengapa kini Dinda bisa suka sama Dino. Padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal, ditambah pula sifat Dino yang begitu dingin ketika melihat Dinda.
“Untuk kali ini, aku harus bisa menyembunyikan rasa suka ku. Jangan sampai seorangpun mengetahui, karena nanti bakalan fix, ribet deh urusannya” Ujar Dinda, kemudian keluar kelas menuju tempat parkir.

Di luar sana dia telah ditunggu oleh Rara, yang sedang asyik melihat kakak kelasnya yang sedang eksis sambil saling lempar senyum. Dinda terdiam sejenak melihat itu semua, dia menginginkan hal itu terjadi antara Dinda dengan Dino, lalu Dinda duduk menjejeri Rara. Tiupan angin perlahan berusaha mengibarkan jilbab yang Dinda kenakan, perlahan dia memperbaiki jilbabnya sambil terus memandangi Dino.

Tak lama Dino dan teman-temannya pulang, termasuk Dimas seseorang yang sedari tadi saling lempar senyum sama Rara.
“Din, pulang yuk” Ajak Rara
Diam seribu kata, Dinda hanya menuruti ajakan Rara dan berjalan di sampingnya. Sesampai di tempat parker, Dinda mengetahui kalau sepeda motornya berjejer dengan sepeda motor Dino. Dinda terkejut bercampur senang bercampur malu, rasanya jadi satu antara senang, senang dan senang banget. Untuk kali ini benar-benar Dinda tidak berani untuk megambil sepeda motornya, entah seperti bertemu dengan setan saja. Memang bertemu dengan setan, setan yang selalu menggoda hatinya, setan yang membuatnya berangan-angan tinggi, setan yang menghiasi hatinya, setan yang membuatnya tersenyum, setan yang membuatnya mempunyai cerita baru. “Ya tuhan, mengapa aku jadi salting begini, padahal dia kan bukan siapa-siapa ku” Ujar Dinda dalam hati. Dinda menghampiri Rara
“Ra, tolong ambilkan sepeda motorku dong, please!” Pinta Dinda.
“Memangnya motormu dimana?” Tanya Dinda.
“Disana” Jawab Dinda, sambil menunjukkan tempat dimana dia memarkirkan motornya.
“Gila kamu, malu aku disana ada Dimas tuh. Memangnya ada siapa sih Din, Rio kan nggak ada disitu, biasanya kamu biasa-biasa aja tuh” Ujar Rara
“Nggak ada siapa-siapa sih, tapi kan disana banyak orang Ra” Jelas Dinda
“Udahlah, biasanya kamu juga berani kan mengambil sendiri, pokoknya nggak Rio” Tambah Rara
“Aku harus bisa menutupi ini semua, jangan sampai Rara curiga kepadaku. ya Allah kuatkan aku, jagalah rasa ini, hanya Engkau yang tahu” Ujar Dinda dalam hati
“Hey, malah bengong. Udah, cepetan kamu ambil motormu” Pinta Rara
“I..ya, iya-iya. Tunggu aku ya” Jawab Dinda, sembari menghampiri sepeda motornya.
Di sana terlihat Dino yang masih asyik duduk diatas motornya, sambil berbincang-bincang sama temannya. Terlihat jelas juga wajah Dinda yang menahan rasa nervous, tapi dia berusaha untuk menhilangkan rasa itu. Berharap Dino merespon sinyal-sinyal yang diberikan Dinda, tapi Fix semuanya berbalik 360 derajat. Kini rasa kecewa terlihat jelas di wajah manis Dinda. Semuanya berubah menjadi asam, tak sedikitpun respon dari Dino yang ia terima, hanya pandangan cuek yang diperolehnya sebagai souvenir untuk hari ini.

Sesampainya di rumah, langsung ia lemparkan tas ranselnya yang bewarna pink dia lemparkan tubuhnya ke kasur yang empuk dengan sprei bewarna coklat dengan motif bunga mawar itu. Ingin dia marah dan teriak sekencang-kencangnya tapi apa boleh buat dia hanya bisa menahan diri agar tidak mengikuti nafsunya. Langsung saja dia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur sekaligus mengadukan perasaannya kepada sang khalik.
Dalam doanya, dia selalu mendoakan untuk kebaikan Dino. Agar terbuka pintu hati untuknya, tapi disisi lain Dinda berfikir Apakah yang dia lakukan itu telah benar di dalam ajarannya?

Setelah selesai sholat Dinda merasakan hatinya lebih tenang, rasa kecewa itu telah tergantikan dengan datangnya 1 sms masuk dari Rio, memang nggak penting sih tapi dia cukup senang kalau Rio sms, karena memang Dinda juga pernah mempunyai rasa dengan Rio, tapi sekarang rasa itu telah hilang.

Dinda lalu browsing tentang apa yang ia rasakan, dia menemukan sebuah jawaban dari apa yang ia fikirkan tadi. Tapi Dinda belum bisa menerima, karena dia selalu terbayang-banyang oleh wajah Dino. Entah apa yang membuatnya seperti ini, dia tidak mau mengulang rasa kecewa untuk yang kedua kalinya. “Mungkin untuk kali ini rasa kecewa itu akan lebih menyiksaku, sekarang aku berhadapan sama Dino, seorang yang super cuek sama aku, beda dengan Rio, mesipun dia tak punya rasa apa-apa sama aku, setidaknya dia masih bisa contact sharing sama aku” Pikir Dinda
“Enggak, aku nggak boleh terlalu berharap pada Dino. Mungkin belum ada jalan untukku. Mencoba menerima apa yang telah terjadi, dan akuu harus pintar-pintar menutupi apa yang telah kurasakan saat ini. Jangan sampai orang-orang mengetahui tentang perasaanku ini” Dinda mencoba memotivasi dirinya sendiri.

Hari-hari ini Dinda lebih sering bertemu sama Dino, setiap ada kesempatan dia selalu melihat gerak-gerik Dino. Hingga suatu saat Rara mengetahui kebiasaan yang dilakukan Dinda.
“Ciyee, Din mandangin siapa sih serius banget” Kata Rara mengagetkan Dinda
“Eng, nggak.. enggak mandang siapa-siapa tuh, cuci mata aja” Jawab Rara
“Cuci mata sama siapa? Sama Dino ya?” Canda Rara
“Hah? enggak tuh” Jawab Dinda singkat
“Fix! Aku sering ngeliat kamu, kalau kamu sering mandangin Dino, hayo ketahuan deh. Terus rio gimana?” Kata Rara
“Enggak Ra, kenal aja enggak kok. Rio buat kamu aja ya!” Canda Dinda
“Aku kenalin deh, dia kayaknya juga cocok sama kamu. Sama-sama manis, sama-sama cuek” Jelas Rara
Dinda hanya bisa tersenyum simpul dan pergi menuju mushola sekolahan.
“Hey Din, aku kok kamu tinggalin sih. Tunggu aku” Teriak Rara
Dinda menoleh ke belakang, kemudian menoleh lagi lurus ke depan melanjutkan langkahnya, dia berniat untuk sholat dhuha. Dia basuh wajahnya dengan air wudhu, air yang penuh dengan keberkahan, lalu dia melakukan sholat 2 rakaat sebanyak 2 kali, dan dalam doanya mengadukan apa yang telah ia rasakan saat ini, dan tak lupa dia selalu mendoakan Dino. Entah apa yang mendorong Dinda untuk selalu mendoakan Dino, padahal mereka belum saling mengenal.

Setelah selesai ia menuju serambi masjid untuk menghampiri Rara yang dengan setia menungguinya. Tak lupa senyum simpul tapi manis dia lemparkan ke Rara. Di ujung serambi terlihat Dino bersama teman-temannya, termasuk Rio dan Dimas juga ada disana, itu mendorong Dinda untuk selalu memandangi Dino, tapi Dinda berubah menahan nafsunya itu, karena dia tidak mau membuat sahabatnya itu curiga dengan apa yang dilakukannya.
“Din, aku ke toilet dulu ya” Kata Rara
“Iya, aku titip belikan minum ya, sama makanan juga boleh” Ujar Dinda
“Oke cantik” Jawab Rara dengan melemparkan senyum manisnya
Sepergian Rara, Dinda merasa diberikan kebebasan. Tiada henti-hentinya dia memandang Dino, dan tak jarang juga dia senyum-senyum sendiri entah apa yang membuatnya segila ini.

ADVERTISEMENT

Di ujung sana terlihat sebagian anak-anak bermain bola voly, termasuk Dino dan kawan-kawannya. Tak jarang juga bolanya terlempar mengahampiri Dinda, dan sekarang dia seperti anak bola yang selalu mengambilkan bola-bola yang menghampirinya. Tanpa ia sadari karena terlalu asyik memandang Dino yang menunjukkan kebolehannya bermain sepak takrow 1 buah bola voly mengenai kepalanya,karena kaget dan rasa sakit juga Dinda langsung memegangi kepalanya, Mengetahui hal itu, Rara langsung berlari menghampiri Dinda. Kini pusing melanda Dinda, wajahnya menjadi pucat memang hari ini Dinda kurang enak badan dan dia sudah pusing dari rumah tadi.

Rara membopong sahabatnya ke UKS, tiba-tiba Dinda tidak mempunyai kekuatan lagi dia tidak sanggup lagi dan Dinda pun pingsan tepat di tengah-tengah lapangan, yang membuat seluruh mata tertuju pada satu adegan yang menggugah hati seseorang untuk membantu.

Dalam istirahatnya, Dinda melihat seseorang yang wajahnya mirip dengan Dino. Dia berjalan menuju ke arah Dinda, kini dia semakin mendekati Dinda, lebih dekat tapi dia tidak berhenti tepat dimana Dinda berada. Dia tetap meneruskan langkahnya menuju suatu tempat yang indah, penuh dengan kebahagiaan. Dinda bingung, Dinda mengikuti langkah laki-laki itu hingga kini Dinda semakin mendekati laki-laki itu, tiba-tiba dari belakang tangannya ditarik lembut oleh seseorang, dia begitu cantik dan bersih. Perempuan itu tersenyum pada Dinda, Dinda tahu persis kalau itu ibunya yang sudah di surga, Dinda merengek seperti bayi dia ingin tetap mengejar laki-laki itu tapi tangannya tetap tertahan oleh perempuan cantik, lalu perempuan itu mengajak Dinda berjalan yang berlawanan arah dengan laki-laki itu. Dinda ragu dengan apa yang dilakukan perempuan itu, tetapi perempuan itu memperlihatkan suatu tempat yang sangat indah, penuh dengan kedamaian, disana terlihat wajah orang-orang yang penuh dengan kebahagiaan. Perempuan itu memberhentikan langkahnya, dan dia mencium kening Dinda sambil berkata “jaga dirimu baik-baik baik, jangan mengikuti nafsumu Allah selalu bersamamu dan selalu menjagamu” Dinda kebingungan dengan semua ini, dan perempuan itu berjalan meninggalkan Dinda menuju tempat yang ia perlihatkan tadi. Dinda mengikutinya, tapi semakin dia mengejarnya semakin jauh dan menghilang dengan sekejap.

Dinda terbangun perlahan-lahan, menatap wajah sahabatnya dengan mata yang berkunang-kunang dan air mata yang membasahi menetes perlahan-lahan.
“Alhamdulillah, Din kamu sudah sadar. Kamu baik-baik saja kan” Ujar Rara dengan nada panik
“Iya Ra, Cuma kepala ku sedikit pusing” Jawab Dinda sambil menghapus air matanya
“Kamu nangis Din? Ada apa?” Tanya Rara
“Enggak kok Ra, tadi aku bertemu ibuku. Aku kangen sama dia” Jawab Dinda
“Kamu yang sabar ya Din” Ujar Rara sambil memeluk Dinda
“Hey Ra, jangan lebay deh. Biasa aja kali, gak usah drama gitu” Canda Dinda
“Ihh kamu ya Din, lagi sakit juga bisa-bisanya GJ. Nih diminum dulu obatnya” Gerutu Rara
“Hehe terimakasih ya. Eh aku kok bisa ada di UKS sih, perasaan tadi aku di mushola deh ngeliatin anak-anak main takrow” Tanya Dinda
“Ngeliatin anak-anak, apa ngeliatin Rio?” Canda Rara
“Ihh apaan sih, Rio lagi, memangnya gak ada topik lain apa? Eh ceritain dong mengapa aku bisa ada di sini” Ujar Dinda
“Tadi kamu pingsan tepat di tengah lapangan, akhirnya aku minta tolong. Akhirnya dan akhirnya ada 2 pahlawan kesiangan menolongku untuk mengangkatmu kesini. Gitu ceritanya” Jelas Rara
“Pahlawan kesiangan? Siapa?” Tanya Dinda kebingungan
“Rio sama Dino” Jawab Rara enteng
“Uhuuk.. uhuuk.. uhuuk…” Dinda tersedak
“Kenapa kamu Din? Ini minum dulu, pelan-pelan dong makannya. Disebutin nama Rio aja udah tersedak, kamu so sweet deh” Canda Rara
“Apaan sih kamu Ra, kamu tadi bilang Rio sama Dino yang membawaku kesini?” Tanya Dinda
“Iya, terus aku berjalan di belakang sama Dimas, hehee. Kenapa kok kaget gitu? Kamu pasti senang ya, Rio udah berkorban untuk kamu” Kata Rara sok dramatis
“Berkorban? Apa yang dikorbankan?” Tanya Dinda yang masih LoLa
“Mengorbankan bola takrow nya, hehee” Jawab Rara dengan wajah tanpa dosa
“Rio mengorbankan bola takrownya, berarti Dino juga mengorbankan bola takrownya dong. Berarti dia juga peduli sama aku, tapi mengapa waktunya tidak tepat” Kata Dinda dalam hati
“Hey Din, malah nglamun. kesambet lo nanti” Kata Rara sambil menepuk tangannya di depan muka Dinda, yang, membuat imajinasi Dinda buyar
Tiba-tiba Dinda teringat mimpinya tadi, dia ingin mengetahui arti dari sebuah mimpinya itu. Dia ingin menceritakannya ke Rara ,tapi mungkin Rara juga tidak bisa mengartikannya, malah bergurau aja nanti jadinya.
“Ra, yuk ke kelas. Sumpek aku disini” Ajak Dinda
“Kamu sudah sembuh Din?” Tanya Rara
“Sudah, nyantai aja deh. Aku sudah baikan kok, lihat nih sudah bisa tertawa kan aku” Jawab Dinda sambil melemparkan senyum manisnya
“Kamu yakin? Ya udah yuk” Kata Rara sambil membantu sahabatnya turun dari tempat tidur

Di luar masih terlihat banyak anak-anak yang asyik permainannya, memang hari ini hari bebas kegiatan KBM sudah selesai tinggal menunggu hasil raport. Dinda berjalan bersama Rara dengan penuh canda tawa menuju kelasnya, tepat di depan kelas XI IPA 2 terlihat Dino bersama teman-temannya sedang bermain gitar sambil bernyanyi riang. Dinda memandang Dino sekejap, kemudian dia langsung mengalihkan pandanganya ke kelas XI IPS 1 kelas Rio terlihat Rio juga bercanda gurau bersama teman-temannya dan Rio juga melempar senyum kepada Dinda. Kini Dinda dan Rara bergabung bersama teman-temannya di taman, mereka saling bergurau, dengan tidak sengaja dia melihat Dino ketika Dino juga melihatnya. Hati Dinda berdebar-debar seperti bom atom mau meledak, tapi bom itu tidak jadi meledak karena Dinda mengetahui walaupun Dino memandanginya, tapi dia masih terlihat cuek jelas di wajahnya. “Mungkin dia hanya ingin memastikan keadaanku saja, tapi mengapa cueknya nggak hilang-hilang, apakah dia tidak tahu apa yang ku rasakan kepadanya, ahh mungkin aku nggak penting baginya” Pikir Dinda
Tiba-tiba Dinda teringat dengan mimpinya tadi, lalu dia pergi menemui guru konselingnya yang dianggapnya sebagai ibunya sendiri. Dia menceritakan semua tentang apa yang ia mimpikan, dan disitulah Dinda menemukan jawaban atas sebuah pengharapannya dan melalui mimpi itu Dinda belajar menghargai orang lain.
“Itulah jawaban dari doa”mu Din, kamu tidak perlu terlalu mengejar sesuatu yang belum pasti. Semua itu akan indah pada waktunya, ingat Allah selalu menjagamu” Jelas bu Farida selaku guru konseling Dinda
“Tapi bu, apakah sikap saya ini salah? Apakah aku nggak boleh menyukai orang lain?” Tanya Dinda yang belum puas dengan jawaban bu Farida
“Tidak Din, kamu tidak salah. Kalau kamu suka sama orang lain terutama cowok, itu berarti kamu normal. Dan kamu telah diberi anugrah oleh Allah, berupa rasa. Kamu harus pandai-pandai memasak rasa itu, kamu menjadikan rasa itu untuk kebaikan orang lain atau sebaliknya. Rasa suka itu indah, dan kamu harus pandai-pandai menjaga rasa itu jangan sampai rasa itu dikotori oleh setan. Titipkanlah rasa cinta itu ke Allah, karena rasa cinta itu juga dari Allah.”
Dinda berusaha menelan sedikit demi sedikit kata yang dikeluarkan oleh bu Farida, berniat untuk bertanya lagi tapi tertahan oleh sebuah kalimat keluar dari mulut bu Farida
“Tunggu tadi kamu bilang kalau di dalam mimpimu, lelaki itu menjauhi mu”
Belum sempat Dinda membuka mulut untuk mengiyakan, bu Farida sudah menjelaskan apa maksut dari itu semua.
“Itu berarti kamu tidak boleh terlalu mengejar laki-laki itu, ingat kita kan perempuan. Kita tidak sepantasnya untuk mengejar, tapi kita berusaha untuk bisa dikejar, meskipun tak ada yang ingin mengejar kita tapi kita tetap percaya suatu saat pasti ada seseorang yang membutuhkan kita dan mengejar-ngejar kita harus menunjukkan bahwa kita pasti bisa. Jadilah pribadi yang percaya diri, jangan mudah terpengaruh, dan ingat simpanlah rasa cinta itu biarkan kamu dan Allah yang tahu” Jelas bu Farida, kini Dinda sudah terlihat lebih ringan, bebannya sedikit terkurangi.

Sepeninggal Dinda dari ruangan bu Faridah kini dia lebih semangat untuk menggapai mimpinya, dan sejenak melupakan tentang perasaannya Dino. Dia hanya bisa berdoa semoga suatu saat Dino bisa merasakan cinta yang telah dititipkan ke Allah untuknya. Kini dia berusaha menyimpan rasa cinta itu jauh-jauh hanya dia dan Allah yang tahu, dan berharap itu sebagai hadiah terindah untuk seseorang yang telah disiapkan oleh Allah.

Cerpen Karangan: Nia Mawar Triana
Facebook: Nia Mawar Triana

Cerpen Titipan Cinta merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Senja Membisik

Oleh:
Secangkir kopi hangat dan sepiring gorengan kecil buatan Weni dinikmati perlahan dalam lamunan oleh pak Hanif sore itu. Ada rasa yang menelusup kalbu saat pak Hanif menatap wajah ayu

Terserah Wenna

Oleh:
“Ayo Mas!” ajak Wenna pada seseorang yang sedari setengah jam lalu stand by di atas ‘motor gede.’ Mereka pun melintasi banyak desa. “Dek, rumahnya masih jauh?” tanya lelaki itu

Pertemuanku Dengannya

Oleh:
Aku menyimpan perasaan yang selama ini tak ada satu orang pun yang tahu, yang tahu hanya aku dan Tuhan. Aku bertemu dengan dia saat aku masih duduk di SMP.

Pemilihan Ketua Geng Jangkrik

Oleh:
Seorang laki-laki mengendap-endap melewati geng yang paling ditakuti di kampung Rambutan. Geng Jangkrik terkenal bringas dan juga suka melakukan pemalakan. Laki-laki itu membawa satu bungkus gorengan lengkap dengan cabe

Nabi Adam dan Manusia Purba

Oleh:
Pada hari ini kita hidup di mana kekayaan dianggap sebuah tonggak kesuksesan. Kesuksesan hanya diukur dari banyaknya materi atau harta yang dimiliki seseorang, dan bukan diukur dari banyaknya prestasi

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *