How Can I Say

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 8 January 2018

“Kak? apa kamu sudah sarapan pagi?” Sadewa telah terbiasa dengan ucapan kekasihnya itu, bahkan tiap hari Mira menanyakan hal itu kepada Sadewa. Suara lembutnya selalu membuat Sadewa luluh. Wajahnya selalu cantik, dan gurat ekspresinya sangat tulus kepada Sadewa. “Aku belum sarapan” Jawab Sadewa datar, lalu ia melirik ke arah Mira. Mira tersenyum lalu memegang erat lengan Sadewa, supaya mengikuti kemauannya. Sarapan di kantin seperti biasa. “Ayo ke kantin! aku akan mentraktirmu kak. Kali ini kamu harus sarapan oke?” Senyuman itu terus mengembang di wajahnya, Mira selalu ceria setiap hari bahkan dengan siapapun. “Oke,”

“Semalam kamu balapan lagi?” Tanya Mira serius, namun laki-laki itu menganggap pertanyaan itu sudah biasa di benaknya. “Hmm” Jawabnya singkat.
“Kan aku sudah bilang, jangan balapan lagi. Tapi kamu gak pernah mendengarkan omonganku, Kak Sadewa.” Sadewa tau ia khawatir padanya, tapi ia bingung dengan perasaan yang hinggap di hatinya. Rasa kosong, hampa, dan hilang. Sadewa merasakan hal itu. Mira, adalah adik kelas Sadewa. Mereka berdua tak sengaja bertemu di sebuah jalan. Ketika Mira mengaku ia adalah pengagum rahasia kakak kelasnya yaitu Sadewa. Sadewa yang bimbang akhirnya menerima tawaran Mira, Mira sangat bahagia. Namun tidak bagi Sadewa.

“Sayang? apa kamu sedang ngalamun? gak baik loh kalau ngalamun hehe” Kecerewetan Mira menggoyahkan lamunan Sadewa. Sadewa pun menatap wajah kekasihnya itu kemudian menggenggam tangannya. “Mir, a-aku mau ngomong penting sama kamu.” Sadewa sangat gugup, bibirnya bergetar. “Ngomong apaan kak? ngomong aja biar tenang. Akhir-akhir ini juga kak Sadewa sering berubah sama Mira.”

“Mir, maaf ya..” Ucapan Sadewa membuat bingung Mira, perasaan Mira mulai tak enak. Ada yang mengganjal begitu keras di benaknya. “Maksudnya udah merepotkanmu pagi ini,” Sadewa gagal lagi. Mira tersenyum lebar, perasaannya tenang. “Gak kok, kan buat kesehatan kamu. Dimakan gih?” Tawar Mira menggeser piring berisi nasi goreng ke depan Sadewa. “Kumohon jangan tersenyum begitu, Mir” Batin Sadewa yang melahap nasi goreng itu.

“Wa, bagaimana? kamu udah bilang sama Mira?” Keyla, gebetan Sadewa mengagetkannya dari belakang, “Belum, aku bimbang” Bahkan Sadewa selalu gagal bicara tentang hubungannya dengan Mira yang akan berakhir. “Kenapa bimbang? apa perlu aku yang ngomong?” Keyla melipat tangannya, kesal. “Gak usah, biar aku sendiri yang ngomong. Bawelku haha” Candanya agar suasana tenang sambil mencubit pipi chubby Keyla. “Padahal aku sama dia duluan aku sukanya, kenapa kamu terima dia?” Sadewa menyengir mendengarnya. “Wa, ayo pulang bareng?” Ajak Krisna, teman sebangku Sadewa. “Yuk, duluan ya keyla!” Sadewa pun bergegas menuju parkiran sekolah bersama Krisna.

Sabtu, adalah hari yang penting bagi Sadewa. Yaitu mengakhiri hubungannya dengan Mira kemudian menembak Keyla. Ini hari yang ditunggu-tunggu Sadewa. Sadewa berjalan menaiki tangga menuju kelas Mira. “Harus bisa!” Tekad Sadewa memuncak, diketuknya pintu kelas Mira. “Kak sadewa? cari siapa?” Nila, teman sekelas Mira melihat bingung kehadiran kakak kelasnya yang terkenal itu. “Mira ada? aku mau ngomong sesuatu sama dia.” Jawab Sadewa tegas. “Mira gak masuk hari ini kak,” Sadewa melihat dalam kelas, tak ada sosok Mira di sana. “Memang tidak masuk ya? kalau begitu terima kasih ya, dek” Sadewa meninggalkan kelas Mira. Gagal lagi.

Di tengah perjalanan, ia dihadang laki-laki bertubuh gemuk. “Kamu jangan dekati Keyla lagi! dia milikku! kalau kamu masih mendekatinya, kamu akan tau akibatnya.” Sambil mendorong tubuh Sadewa, laki-laki gemuk itu pun pergi. “Apa sih dia, udah gemuk, jelek, masa iya Keyla mau sama dia” Gerutu Sadewa kemudian ia mengusap bahunya.

Minggu, Sadewa menghubungi Mira lewat BBM. Namun pesannya selalu centang. Sadewa akhirnya merefreshkan tubuhnya dengan jalan-jalan di sekitar kompleksnya. Masalah Mira, Keyla, dan laki-laki gemuk itu selalu tertempel di pikirannya. Ia hanya ingin menyelesaikan masalah ini, itu saja sudah cukup baginya. Apalagi sebentar lagi ulangan matematika membuatnya semakin pusing.

Setelah lima belas menit cukup untuk menyegarkan pikirannya, ia kembali ke rumahnya. “Nak, ayo ikut ibu ke rumah sakit. Teman ibu kemarin jumat kecelakaan cuma ibu lupa menjenguk,” Sadewa mengangguk setuju, mengambil motornya di bagasi. Mengantar ibunya ke rumah sakit.

“Bu, ruangannya di mana?” tanya Sadewa melihat sekeliling lorong. “Katanya sih Kamar Dahlia no. 5” Sadewa dan ibunya pun ke ruang yang dituju. Dikamar itu ada dua pasien, dan kagetnya Sadewa ketika melihat Mira duduk di kursi roda sambil menangis. Kepalanya diperban dan tangan kirinya diberi penyangga. Mira menatap Sadewa dengan tangisannya. “Kak Sadewa?”
“Mir, kamu sakit?” Tanya sadewa berjongkok di depannya. Mira mengangguk. “Adikku meninggal, ayah dan ibu patah tulang” Tunjuknya ke arah kedua pasien itu. Apakah ini saatnya Sadewa mengucapkannya? Disaat seperti ini? Sadewa mengunci mulutnya rapat-rapat.

ADVERTISEMENT

Namun ia tak bisa menahannya, “Mir sebenarnya aku tidak mencintaimu selama ini. Maaf ya,” Mira tersenyum simpul, “Kita putus, kak?” Sadewa mengangguk. Mira tau jika sikap Sadewa selama ini selalu aneh kepadanya. “Tapi aku akan menjagamu,” Mereka berdua tersenyum. Tentang Keyla? Sadewa bahkan telah melupakan perasaannya.

Cerpen Karangan: Latania Rokhim
Facebook: Tataniaa

Cerpen How Can I Say merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Marbot Mushola

Oleh:
Alna, Anha dan Ridah adalah siswa SMA NEGERI 1 KARANGAN. Kelas mereka memang berbeda-beda, namun mereka bisa saling mengenal dan berteman karena masuk dalam sebuah organisasi. Di dalam organisasi

Orang Itu Tetap Aku

Oleh:
Setiap cerita pasti berputar, seperti layaknya sebuah roda. Entah apa yang aku rasakan, aku selalu memahami kesedihan yang datang, namun aku selalu tersingkirkan saat bahagia itu terlihat. Apakah aku

Menggapaimu Bukanlah Mimpiku

Oleh:
Ku tak bisa menggapaimu Tak kan pernah bisa Walau sudah letih aku Tak mungkin lepas lagi Lagu itu menggambarkan perasakanku kepada pemain basket di sekolahku, namanya Rizky, siswa yang

Kau Atau Dia

Oleh:
Beberapa tahun lalu aku mengenal seorang wanita di salah satu wap. Kami berteman layaknya teman-teman yang lain. Tak terasa sudah enam bulan usia pertemanan kami. Kira-kira tanggal 25/02/2012 yang

Matanku Hidayahku

Oleh:
Angin pukul tiga sore di balkon lantai tiga gedung kuliah mengantar sebingkis kenangan beserta rindu kepadaku. Lagu lebih indah dari Adera menjadi pengiring film pendek yang menggantung di bulu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *