Misteri Gelang Kaki (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 21 January 2017

Esok harinya kami melanjutkan pencarian kotak Ungu. Dan kali ini kami berhasil. Ternyata kotak itu tak jauh dari posisi kami berdiri kemaren. Dan sepertinya tempat ini adalah tempat dimana aku melihat sosok gadis itu. Apa mungkin gadis itu ingin menunjukkan aku letak kotak ini? Atau ada hal lain yang ingin diberitahu olehnya kepadaku? Ahhh sudahlah aku tak ingin bayangan gadis itu selalu mengikutiku. Kami langsung menuju tenda dengan membawa kotak Ungu yang kami dapat. Anggota kelompok lain juga sudah ada disana. Atas keberhasilan kami, kami diberi hadiah yaitu tas ransel, masing-masing mendapat satu buah. Setelah makan siang, kami diperintahkan segera bergegas karena hari ini kami akan kembali ke Kota. Selama perjalanan pulang, tak ada hal-hal yang mengganggu, apalagi hal-hal aneh seperti kemarin.

Di sekolah ramai isu tentang nenek misterius. Pasti Toni sumbernya. Toni… Toni… Kurang kerjaan sekali dia. Membuat geger seisi sekolah. Tapi ngomong-ngomong, sudah tiga hari aku tidak melihat Yuka. Yuka kemana ya? Apa dia kecapaian sehingga tidak masuk sekolah? karena penasaran aku, Toni dan Ona pergi ke rumah Yuka. Ternyata Yuka sakit. Dan menurut ibunya, sakit yang dialami Yuka aneh sekali. Setiap malam Yuka merasa tubuhnya dikelilingi kobaran api yang besar. Tubuhnya kaku, dan sering kejang-kejang. Mukanya memerah dan terkadang timbul bintik-bintik merah di seluruh tubuhnya. Pagi harinya, bintik-bintik merah itu hilang. Tubuhnya sedingin es, matanya sayu, bibirnya Pucat, dan bola matanya berubah warna menjadi Biru. Yuka telah dibawa ke Rumah Sakit, namun pihak Rumah Sakit tidak dapat mendeteksi penyakit Yuka dan disarankan untuk melakukan pengobatan tradisional. Namun Yuka tak kunjung sembuh juga. Menurut orang pintar yang menangani Yuka, penyakit Yuka ini adalah kutukan. Kami tercengan mendengarnya dan saling menatap satu sama lain merasa tak percaya dengan apa yang kami dengar barusan.

Akhirnya kami pun pulang ke rumah masing-masing. Di rumah, aku menceritakan apa yang aku dengar dari ibu Yuka kepada Ayah dan Ibuku. Menurut Ayah, sosok-sosok yang kami lihat adalah penunggu atau penjaga hutan Mamongkara. Sosok-sosok tersebut tidak senang dengan kedatangan kami. Mereka tidak suka dengan orang asing. Mereka bermaksud mengusir kami. Dan soal sakitnya Yuka, mungkin Yuka adalah orang yang dijadikan mereka tanda bahwa mereka tidak suka dengan kami. Dan Mereka marah dengan kedatangan kami. Mereka tak ingin ada yang datang lagi sesudah kami.

Tiba-tiba Handphoneku berdering, panggilan masuk dari Tono.
“Maaf Ayah, aku angkat telepon dulu”,
“Oh ia Wo”,
“Hallo Ton.. Ada apa malam-malam begini nelepon?” tanyaku dengan penuh penasaran.
“Wo.. tadi aku lagi mindahin foto-foto kita waktu di perkemahan ke Laptop..”,
“Terus…?” tanyaku semakin penasaran.
“Kamu ingat kan foto kita berempat? posisinya Yuka paling pinggir kan Wo? Nah di samping Yuka ada sosok gadis yang serem banget Wo!!”, jawab Toni dengan nada takut.
“Gadis? Gimana ciri-cirinya?”
“Rambutnya panjang banget Wo. Bibirnya pucat bagai kapas. Pake baju terusan gitu deh Wo. Pokoknya serem banget. Besok aku kasih tunjuk deh sama kamu. Kita ketemu di taman ya. Ntar aku ajakin Ona juga”,
“OK!!”,

Esoknya kami berkumpul di taman sesuai rencana. Toni dan Ona sudah menunggu disana. Di Taman, kami merundingkan perihal sakitnya Yuka. Pertama, kami lihat foto yang dimaksud oleh Tono kemarin. Ternyata memang benar, ada sosok gadis di samping Yuka. Ekspresi wajanya marah dan sepertinya sangat tidak suka dengan Yuka. Kami menebak-nebak penyebab penyakit Yuka.
“Menurut aku ni Ton, Wo, Yuka sakit dibuat oleh Hantu gadis itu. Mungkin dia gak suka sama Yuka, atau bahkan membenci Yuka”, Ona memulai prediksinya.
“tapi kenapa gadis itu tidak suka sama Yuka?”
“itulah yang harus kita cari tahu Wo”,
“Bener juga tu Wo apa kata Oni. Kita harus cari tahu kenapa sosok gadis itu tidak suka dengan Yuka”,
“itu artinya kita balik ke Desa itu lagi?”
“gak ada cara lain Ton. Itu satu-satunya cara kita untuk tahu penyebab dan penyelesaian masalah ini”,
“kalo itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan sahabat kita, kita harus kembali ke Desa itu”,

Kami pun merundingkan rencana besar ini agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dari mempersiapkan kendaraan, sampai pada membujuk orangtua masing-masing. Dan ternyata orangtua kami tak mengijinkan kami kembali ke Desa itu dengan alasan keselamatan kami. Jadi dengan terpaksa kami mengambil langkah lain. Yaitu pergi tanpa izin. Aku dan Tono dengan sepeda motor masing-masing akan menunggu Ona di persimpangan lorong rumah Ona. Akhirnnya rencana ini mulus. Kami pun berangkat ke Desa Mamongkara dengan tekad bulat dan rasa bersalah kepada orangtua kami karena kabur dari rumah. Dalam hati kami menyesal dan akan menjelaskan semuanya setelah ini semua selesai.

Pukul 09.00 pagi kami tiba di Desa Mamongkara dan mencari rumah Pak Kades. Ternyata penduduk Desa ini sangatlah ramah. Dengan bantuan seorang bocah SD, kami pun sampai di rumah Pak Kades. Di rumah Pak Kades, kami menceritakan apa yang terjadi dengan Yuka dan menyampaikan maksud dan tujuan kami kembali ke Desa ini. Pak Kades sangat antusias sekali mendengar cerita kami.
“Bapak turut prihatin Nak, atas apa yang menimpa teman kalian”.
“Terimakasih pak Kades”,
“tapi Bapak tidak bisa berbuat apa-apa nak. Bapak juga baru beberapa tahun di sini. Bapak hanya bisa bantu mengantarkan kalian ke rumah pak Sugi. Paranormal di desa ini”.
“Paranormal???!!” tanya kami dengan bingung
“iya nak. karena cerita kalian ini berhubungan dengan alam gaib, dan pak Sugi adalah orang yang tepat kita mintai bantuan”.
“baiklah pak”.

Di rumah Pak Sugi, tanpa kami ceritakan pak Sugi sudah tau maksud kedatangan kami. Kami dipersilahkan duduk dalam ruamgam yang sangat remang. Ruangan itu dipenuhi barang-barang sakral yang tak pernah kulihat sebelumnya secara langsung. Keris berwarna hitam kemerahan digantung di pintu, seluruh dinding ditutupi kain hitam, dan meja pendek tempat Pak Sugi Praktek dipenuhi benda-benda aneh yang aku sama sekali tidak kenal. Dan yang tak kalah membuat bulu kuduk merinding adalah aroma kemenyan yang dibakar di atas meja kecil.

“Apa di antara kalian ada yang melihat sosok gadis?” tanya Pak Sugi memcahkan keheningan.
“Ssssa..saya pak… selama perkemahan gadis itu sering mengikuti saya pak,” jawabku dengan rasa takut.
“Sosok nenek-nenek?”
“Saya Pak”, sahut Toni.
“Mereka adalah nenek dan cucu yang meninggal 10 tahun silam. Si gadis meninggal bunuh diri dengan cara memotong pergelangan tangannya tepat di samping batu besar yang ada di pinggir sungai. Sedang si nenek, meninggal akibat serangan jantung setelah mengetahui bahwa cucunya bunuh diri. Tak satu pun yang tahu apa penyebab si gadis bunuh diri. Sejak peristiwa tersebut, warga sering melihat hantu si gadis dan si nenek di sekitaran sungai dan Hutan. Kadang-kadang si nenek muncul di pinggir jalan. Mungkin penyebab sakitnya teman kalian sangat berhubungan erat dengan si gadis. Dengan begitu, bapak akan memamnggil roh si gadis”, jelas Pak Sugi

Pak Sugi memulai ritual memanggil roh dengan menamburkan kemenyan pada kendi yang sebelumnya juga sudah berisi kemenyan yang sudah dibakar. Pak Sugi menyiramnya dengan minyak yang sangat menyengat sekali baunya. Dengan bibir berkomat-kamit, beliau pun mengarahkan keris kecil ke kendi dengan tangan bergetar hebat. Kami tercengang dan saling menatap satu sama lain. Tiba-tiba Ona teriak histeris sambil mengacak-acak rambutnya. Kami yang panik tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa menunggu reaksi Pak Sugi selanjutnya. Pak Sugi mendekati Ona dan memegang kening Ona dan mulai membacakan manteranya. Tak berapa lama, Ona sudah tenang, dan tidak berteriak lagi. Kata Pak Sugi, tubuh Ona dirasuki oleh arwah gadis itu. Pak Sugi mulai berinteraksi dengan arwah si gadis.

ADVERTISEMENT

“Siapa kamu?”
“Saya Sulastri…”,
“kenapa kamu ganggu mereka?”
“Saya tidak mengganggu mereka, tapi mereka yang ganggu saya!!”,
“Mereka hanya berkemah di Hutan Desa, mereka tidak ada maksud jahat. Kamu dan mereka sudah beda dunia. Kembalilah Nak ke duniamu, bawa serta nenekmu”.
“Tapi saya tidak suka ada orang asing datang ke Desa ini. Orang asing jahat pak…”, mulai menangis.
“Kenapa kamu bilang begitu Nak?”
“Dulu, orang asing yang pernah datang ke Desa ini, yang katanya hendak melalukan penelitian di Desa ini, bersikap tidak senonoh dengan saya Pak. Waktu saya sedang mencuci pakaian di sungai, dia datang dari arah belakang saya dan menutup mulut saya dengan tangannya yang jahat. Dia membawa saya ke balik Batu besar di pinggir sungai. Lalu.. lalu..”, dia tak meneruskan hanya menutup muka dan menangis sejadi-jadinya.
“Aku putus asa dan memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri di tepi sungai”.
“Lalu, kenapa kamu membuat teman mereka sakit?”
“itu karena dia memakai gelang kaki kesayanganku Pak..!”
“Apa yang harus kami lakukan agar teman mereka sembuh?”
“Mereka harus mengembalikan gelang kaki tersebut di atas makam saya Pak. Mereka harus meminta maaf di makam saya. Maka temannya akan sembuh.”

Belum sempat Pak Sugi melanjutkan, tiba-tiba tubuh Ona tergulai ke lantai. Pak Sugi langsung menyentuh ubun-ubun Ona sambil membacakan mantranya. Ona pun Sadar dan kami kembali duduk dan merundingkan penyelesaian sesuai permitaan Sulastri. Kami pun berterimakasih kepada Pak Sugi dan kembali ke rumah Pak Kades. Sampai di sana, masing-masing kami menghubungi keluarga dan menjelaskan segalanya. Aku meminta bantuan kepada orangtuaku agar membantu Yuka. Yaitu membawa Yuka ke Desa ini untuk melepaskan gelang kaki tersebut.

Esoknya, keluarga kami dan Yuka tiba di rumah Pak Kades, dan kami dibawa ke makam Sulastri. Di sana kami berziarah dan meminta maaf. Terutama aku, karena akulah yang mendapat gelang kaki itu. Aku juga meminta maaf kepada Yuka. Kami pun kembali ke Kota dan meninggalkan misteri gelang kaki. Pengalaman ini mengajarkan kami agar lebih hati-hati jika berada di tempat orang lain dan jangan sekali-kali mengambil benda yang bukan milik kita. Di sekolah cerita ini sudah booming. Dan aku tahu siapa sumbernya. Toni. Tapi yang terpenting adalah, Yuka sudah sembuh dan kembali seperti sedia kala.

Cerpen Karangan: Riris Jabat
Facebook: Riris S Sijabat

Cerpen Misteri Gelang Kaki (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Pocong

Oleh:
Kayano meremas roknya gemetar. Sudah nyasar, nyasar ke kuburan pula! Bagus kalau dia lagi di Jepang. Lha ini, di Indonesia! Diam-diam Kayano merutuk Kirara karena sudah menceritakan hal-hal seram

Story Of A Sly Girl

Oleh:
Sore itu aku bertemu ketua kelas di tengah jalan di atas jembatan. Di sebelah kanan, di bawah jembatan, air berwarna coklat mengalir dengan lambat dan tenang menuju ujungnya, di

Selendang Bukan Milik Nenek

Oleh:
Sinta adalah seorang wanita berumur 20 tahun. Ani adalah sahabat terbaik menurut Sinta. Sinta dan Ani selalu bersama saat apapun, tak ada rahasia yang memisahkan mereka, tetapi Ani mempunyai

Lukisan Dida

Oleh:
Sejak berusia sepuluh tahun, Dida mempunyai keahlian melukis yang sangat hebat. Sudah beberapa kali ia mendapatkan hadiah dari beberapa lomba lukis di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia,

Temanku Seorang Atheis (Part 1)

Oleh:
Darah merah yang terlihat masih segar itu membasahi lantai rumahnya. Kulihat usus berserakan di antara sela kursi. Aku menangis di pojokan kamarnya seakan tak percaya melihat apa yang telah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

6 responses to “Misteri Gelang Kaki (Part 2)”

  1. putri amelia says:

    nice cerpen

  2. Riris Jabat says:

    thankyou …..

  3. Sardis (Sara dan Endis) says:

    inspirasi dari mana?
    ngomong2 cerpennya sangat menarik dan bagus untuk dibaca,terutama untuk pencinta horor sepertikuuuuu

  4. Malika Sekar R. 9 thn says:

    Cool! I like it, this story is so very Horor. Thankyou very much for story.
    Inspirasinya kayak hampir selangit ke tujuh.Dan bagus untuk di baca bagi pecinta horor aku juga lho.

    • Riris S Sijabat says:

      Terimakasih yaaaa… semoga terhibur dengan cerpen nya. Maaf banget baru balas soal nya sempat vakum hehhee

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *