Bersamaku Sang Merah Putih

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Nasionalisme
Lolos moderasi pada: 5 September 2016

Indonesia, Negara yang memiliki ribuan pulau serta keindahan alam yang membuat semua mata terpana. Sungguh bangga aku dilahirkan di tanah air tercinta ini hingga sampai sekarang aku masih berpijak di tanah negeri tercintaku.

Namaku Naumira Permata, seorang anak yang terlahir dan dibesarkan oleh keluarga yang sangat menyayangi anak-anaknya. Aku adalah seorang remaja yang memiliki segudang harapan terhadap negeri ini, bagiku menjadi generasi muda itu bukan sekedar cerdas tapi seorang generasi itu adalah seorang yang mampu menjaga, melindungi dan membanggakan negerinya. Aku memang sangat menyukai keindahan alam itulah sebabnya aku bergabung dalam sebuah komunitas pencinta alam. Bagiku dengan aku bergabung dalam komunitas ini aku bisa ikut serta menjaga kelestarian alam negeriku, sudah banyak pengalaman yang aku lakukan bersama kawan-kawan untuk menjaga keindahan alam Indonesia.

Aku merasa sedih dengan sikap remaja sekarang yang acuh terhadap negerinya sendiri bahkan mereka lebih mencintai produk dan keindahan alam negeri lain. Padahal kita dilahirkan di tanah Indonesia dan kita pakai semua kekayaan alamnya, tapi kenapa banyak remaja yang masih kurang menghargai bangsanya. Itu lah yang membuat hatiku tergerak untuk menjaga dan melindungi alam negeri ini, dari perkotaan, pedesaan, lautan dan pegunungan sudah pernah kulalui hanya untuk memandang betapa besarnya ciptaan Yang Maha Kuasa.

Aku mungkin sangat jauh berbeda dengan anak remaja kebanyakan yang lebih senang menikmati masa remajanya dengan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat, dari kecil aku sudah dididik untuk menjadi anak yang mampu membanggakan keluarga dan bangsanya serta mampu berpikir untuk menata kehidupan dimasa depan. Kali ini aku akan menceritakan pertualanganku menaklukan sebuah gunung tertinggi di pulau jawa aku berharap pada saat 17 agustus tepat pada saat hari kemerdekaan Indonesia aku dan kawan-kawan mampu menancapkan sang merah putih di puncak tertinggi di pulau jawa. Segala persiapan telah kami lakukan dan kami hanya bisa berharap pada kaki yang berpijak ini, kaki yang akan melangkah menyusuri alam Nusantara ini.

Tekadku sudah mantap kubawa sang merah putih untuk menaklukan gunung tertinggi jawa. dari kota tempat tinggalku, kami berangkat menggunakan kereta api dan akan memakan waktu 12 jam di sepanjang jalan tidak henti-hentinya mata ini menatap keindahan bangsaku ini hingga tak sadar air mata ku menetes di pipiku, begitu terharunya melihat semua yang tercipta di Bumi ini. Kita patut bersyukur kepada sang pencipta, 12 jam bagiku tidak seberapa lama dibandingkan dengan lamanya perjuangan bangsa kita untuk mendapatkan pengakuan dari mata dunia.

Tak terasa kami tiba kota yang akan menghantarkan kita ke puncak tertinggi jawa. Dari kota utama menuju desa pertama kami akan menempuh perjalanan 10 km dan itu pun hanya setengah perjalanan saja kami bisa menggunakan alat transportasi setelah itu untuk menuju desa kedua kami harus berjalan kaki kira-kira 6 km.

Saat tiba di desa kedua hari sudah mulai malam, kami memutuskan untuk berkemah di tempat itu bersama dengan pencinta alam lainnya. Tepat pukul 05.00 pagi kami sudah bersiap-siap melanjutkan perjalanan kami ke desa terakhir, aku bersama teman-teman mulai melangkahkan kaki ini untuk melalui jalan demi jalan. Banyak rintangan yang kami dapatkan karena perjalanan menuju desa terakhir ini sangat menguras tenaga dan berbahaya. Saat di tengah perjalanan aku terperangah melihat bangsa ini dengan sejuta keindahan alamnya, oh Tuhan sungguh indah anugrah yang kau berikan kepada bangsa ini.

Tepat pukul 17.25 aku beserta rombongan pencinta alam lainnya tiba di desa terakhir dan disini sangat terasa suasana sejuk pegunungan karena desa ini hanya berjarak 3 km dari puncak tersebut. Setelah kami selesai membuat tenda dan bagi kami yang beragama islam, kami melakukan salat magrib berjamaah kemudian kami beristirahat untuk menyiapkan tenaga saat pendakian nanti.

Tepat pukul 01.00 pagi kami bersiap-siap untuk melakukan pendakian, semua barang-barang kami tinggal di tenda karena sangat tidak mungkin untuk membawa barang-barang terlalu berbahaya. Dan inilah pertualangan yang sebenarnya sebentar lagi impian kami akan terwujud, dengan sekuat tenaga, dengan tekat yang membara aku terus mendaki. Kaki ini tak henti-hentinya untuk melangkah hanya untuk mengibarkan sang pusaka di tanah tercinta ini.

Pukul 05.00 pagi kami sudah mendaki setengah dari gunung itu, pada saat itu sinar matahari 17 agustus sangat Nampak terlihat dan saat aku melihat di sekelilingku hanya gumpalan-gumpalan awan aku pun merasa seperti Samudera di atas awan. Tekadku sangat membara, kuletakan sang merah putih itu tepat di depan mataku. Dan akhirnya dengan sisa tenaga yang kami punya dan cucuran keringat yang membasahi tubuh ini kami pun tiba di puncak tertinggi Jawa. Aku pun langsung sujud syukur, aku sangat berterima kasih kepada sang kuasa yang telah menciptakan bumi dan seisinya begitu indah. Dengan cucuran air mata aku berteriak “INDONESIA AKU MENCINTAIMU”, kami pun segera menancapkan tongkat dan mengibarkan sang merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sungguh suatu perjuangan yang sangat berharga bagi diriku, rasa lelah yang salami ini aku alami sekarang sudah terbayarkan saat aku dan kawan-kawan mampu menaklukkan puncak tertinggi Jawa. semenjak peristiwa itu aku pun mulai memahami betapa besarnya perjuangan para pejuang bangsa hanya untuk mengibarkan bendera merah putih dan mendapatkan pengkuan dari mata dunia.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Halifatul Nazemi
Facebook: Halifatul Nazemi

Cerpen Bersamaku Sang Merah Putih merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Joni dan Galah Istimewa

Oleh:
Di sebuah desa kecil di suatu kerajaan, tinggallah empat bersaudara yang hidup tanpa orangtua. Dani adalah anak sulung yang paling bijaksana dan menjadi pemimpin bagi adik-adiknya, Samsul adalah anak

Rozi Si Penakluk Tahta

Oleh:
Semerbak aroma khas kopi mulai tercium harum mengawali semangat di pagi hari. Matahari mulai membumbung tinggi, menembus celah-celah ruangan yang mulai terkontaminasi akibat radiasinya. Aku terperanjat dari tempat tidurku

Pandangan Maya

Oleh:
“Aku siap jadi landasanmu bila kelak kamu terjatuh…aku akan selalu siap menangkapmu.” “ Masa sie??sekalipun aku terjatuh di lautan???” “ Ya….aku langsung nyebur buat nyelametin kamu..kecuali kalau kamu jatuh

Masa Depanku Atau Budayaku?

Oleh:
“TIDAK BOLEH! KAMU HARUS MASUK KEDOKTERAN!” Itulah yang selalu kudengar ketika membahas masalah jurusan perkuliahan bersama orangtuaku. Hari ini adalah yang terparah, kedua kakakku pun juga sependapat dengan mereka.

Saksi Mata Biru (Part 2)

Oleh:
Sepuluh tahun kemudian, pasca kemerdekaan, 9 November 1945. tepatnya di masjid pondok. Pagi itu para santri terlihat bersemangat membaca Al-quran, kabar tentang gerakan mempertahankan kemerdekaan semakin memanas, setelah kematian

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *