Halal Bersamamu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Kehidupan, Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 24 March 2017

“Assholatu Khairun minan naum”
Kalimat adzan yang hanya dapat didengar ketika subuh itu membangunkan herman dari tidur pulasnya. Hanya membuka mata dalam hitungan 5 detik saja dan dengan mulut yang masih menguap ia kembali memejamkan mata dan menarik selimutnya.
Ya, dia memang pemuda yang agak malas dan manja, maklum saja dia anak tunggal dari seorang karyawan pabrik yang lumayan besar di luar kota. Tumbuh dan terbiasa dengan kehidupan yang serba dituruti. Namun, dia terlahir dari orangtua yang taat beribadah. Ibunya bernama Zubaidah dan ayahnya bernama Karto.

Baru 5 bulan Herman lulus SMA. namun tidak ada kegiatan apapun yang terlihat dia kerjakan. Tidak seperti teman-temannya yang sibuk mempersiapkan kuliah atau bahkan mencari lowongan pekerjaan. Kerjaannya hanya makan tidur saja, yang sesekali membuat ibunya jenuh melihat dia.
“Herman, bangun ayo sholat subuh dulu”. ucap ibunya sambil sesekali menepuk punggungnya.
“iya iya ini bangun buk”. Dengan bermalas-malasan dia pun bangun.

Usai mendirikan sholat dia berencana untuk tidur kembali. Namun karena teringat hari ini dia ada janji dengan kekasihnya dia pun mengurungkan niatnya untuk tidur dan memilih duduk di ruang tengah bersama ayah dan ibunya. Setelah lama berbincang sampailah obrolan mereka tentang masa depan herman.
“Nak, herman kan sekarang sudah lulus SMA. harusnya kamu sudah mulai sibuk untuk mempersiapkan masa depanmu. Sebagai seorang lelaki tentunya kelak kamu akan menjadi seorang kepala rumah tangga bukan. Dengan apa kamu memberi makan keluargamu jika kamu hanya seorang pengangguran”. Ucap lirih ayahnya pada herman.
Herman hanya diam saja dengan sesekali memandang wajah ibunya.
“iya betul, apa yang ayahmu katakan, kamu harus bisa merubah pola pikirmu dan buang sifat manjamu.” Ucap sang ibu yang sesekali memegang pundaknya.
“kamu harus tahu satu hal man. Pabrik tempat ayah bekerja sekarang sudah mulai bangkrut, mungkin tidak lama lagi ayah akan diberhentikan. Tapi, tenang saja. sebagai seorang ayah, aku akan bertanggung jawab untuk tetap menafkahi keluarga kita”. ucap ayahnya.
Herman tetap diam tanpa suara. Namun, tubuhnya mulai beranjak untuk berdiri dan dia pun meninggalkan ayah dan ibunya untuk masuk ke dalam kamarnya.
Pak karto dan bu zubaida hanya saling bertatapan saja melihat anaknya dan berharap dalam hati Herman bisa memikirkan ucapan mereka dan mulai merubah kehidupannya.

Di dalam kamar Herman berbaring dengan tangan di atas dahinya sesekali dia terngiang ucapan kedua orangtuanya. Ketika menoleh dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 08.00. dia serontak terbangun untuk berganti pakaian dan bergegas untuk pergi, dia baru ingat kalau hari ini ada janji dengan mila. Kekasih yang dia pacari sejak duduk di bangku kelas XII SMA.

Setelah dia sampai di Alun-alun kota. Dia melihat wajah mila mulai cemberut. Maklum saja Herman telat 1 jam. harusnya pukul 07.00 tadi dia sudah sampai.
“dari mana aja sih yank, kamu lupa kalo ada janji? Aku udah nunggu 1 jam nih”. Dengan nada kesal mila mengatakan pada herman.
“iya maaf, tadi masih keasyikan ngobrol sama keluarga”. Ucap herman dengan nada cuek.

Herman masih bermalas-malasan. Yang ada di pikirannya hanya ucapan ayah dan ibunya. Melihat herman pasang tampang cuek. Mila pun kesal.
“kamu nih udah dateng terlambat masih cuek lagi, bikin kesel tau gak sih”
“aku lagi pusing. Kita putus aja ya”
“loh, kamu kok gitu sih yank. Kesamber petir di mana? Mendung aja enggak. Kamu udah gak sayang sama aku ya?.”
“justru karena aku sayang makanya mending kita putus aja. Karena aku mau mempersiapkan masa depanku. Kalau emang kita jodoh suatu saat kita pasti bersatu lagi kok”.
“oh jadi gitu. Oke fine. Terserah kamu dan makasih buat semuanya. Suer gue benci sama lho”. Dengan wajah marah mila beranjak pergi dengan mengendarai sepeda motor dengang kecepatan tinggi.

Herman benar-benar terdiam. Dia bingung, di suatu sisi dia sangat mencintai mila, maklum saja anak seusia herman masih senang-senangnya mengenal cinta, akan tetapi di sisi lain Herman masih memikirkan ucapan ayah dan ibunya. Herman pun memilih untuk pulang. Sesampainya di rumah dia pun memilih untuk langsung beristirahat karena suasana sangat panas.

Hari pun berganti. Herman tak pernah lagi berhubungan dengan mila dan pak karto pun tidak lagi bekerja di pabrik itu. Benar saja pabriknya mengalami kebangkrutan dan ditutup. Keadaan pun semakin susah. Sesekali bu zubaidah memikirkan biaya hidup yang harus terpenuhi. Sedang pak karto belum juga mendapatkan pekerjaan baru. Melihat keadaan semakin susah herman semakin terdorong untuk mencari pekerjaan. Ia pun mencoba mendaftarkan diri di sebuah mini market dan hasilnya dia diterima. Hal itu membuat kedua orangtuanya merasa lega. Mereka berharap herman benar-benar berubah dan mulai menata hidupnya.

Tak sampai di situ saja usaha herman. Setelah menjalani masa training selama beberapa bulan, kini herman mulai menikmati hasil keringatnya sendiri dan dia benar-benar merasakan betapa susahnya mencari uang. Dia berniat untuk kuliah sambil bekerja. Herman pun mendaftarkan diri di salah satu universitas di madura. Dia mengambil jurusan managemen. Hasilnya tidak mengecewakan dia pun diterima.

4 Tahun kemudian.
Dengan berpakaian Toga herman dengan bangganya berdiri di hadapan kedua orangtuanya.
“ayah ibu. Terimakasih untuk semua nasehat yang kalian berikan, untuk semua doanya. Sekarang izinkan herman untuk pergi merantau ke luar kota. Herman ingin mencari pekerjaan di sana” ucap herman dengan mata berkaca-kaca.
“berangkatlah nak, semoga Allah meridhoi setiap langkahmu”. Ucap sang ayah. Mereka pun saling berpelukan.

ADVERTISEMENT

Dengan restu dan doa kedua orangtuanya herman pun berangkat ke jakarta. Sesampainya di sana herman benar-benar harus merasakan kerasnya kehidupan, persaingan yang ketat dan berbagai macam godaan yang sesekali menghampirinya. Namun, Allah benar-benar meridhoi usahanya. Dia diterima di sebuah perusahaan terbesar di jakarta. Hal itu membuat bangga ayah dan ibunya.

Tak terasa waktu pun begitu cepat berlalu. Nalurinya meminta dia untuk kembali mengenal cinta. Satu persatu teman-teman sesama karyawannya pun menikah. Hal itu mengundang pertanyaan kapan herman akan menyusul, tak hanya teman-temannya. Ayah dan ibunya pun berkata demikian. Herman hanya menanggapinya dengan senyuman dan sesekali menjawab dengan hanya candaan saja.

Suatu hari tepatnya hari minggu. Herman pergi untuk menikmati hari liburnya dengan berbelanja di mall. Dengan gayanya yang santai ketika berjalan dia melihat satu persatu apa yang ada di sekelilingnya. Pandangannya terhenti saat dia tak sengaja menoleh ke samping kanan dan melihat seorang perempuan tersenyum padanya. herman seperti merasakan dentuman peluru ketika mendapat senyuman dari perempuan itu. Ya, dia mila perempuan yang dia kenal dulu sudah berubah drastis. Kini pakaiannya lebih sopan, tutur katanya pun terdengar lebih santun. Keduanya pun saling bertegur sapa dan bertukar nomor telepon.

Benang takdir kembali menyatukan mereka. hingga tak lama dari perjumpaannya mereka pun memilih untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius dan tentunya dengan ikatan yang halal. Mereka pun pulang ke kampung halaman. Herman mengatakan niat baiknya ini pada kedua orangtuanya, tanpa pikir panjang mereka pun menyetujuinya. Akhirnya mereka pun menikah dan hidup bahagia dalam balutan mahligai rumah tangga.

Cerpen Karangan: Ika Azizun Nisak
Facebook: Ika Nisak

Cerpen Halal Bersamamu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Simbahku Veteran

Oleh:
Almarhum Mbah kakungku namanya Moch. Kaelani, beliau adalah veteran perang, setelah tidak bertugas di dunia militer, beliau menjadi Kamituwo (kepala dusun) di kampungku. Beliau mendapat gelar pahlawan dan setelah

Akhirnya Bahagia

Oleh:
Kaca jendela terbuka setengah, gorden ikut melontar keluar dengan ritme tiupan angin dari dalam. Televisi tetap menyala, kaleng minuman soda tergeletak di lantai membasahi karpet pemberian ibunya. Perlahan membekas

Pengkhianatan Pada Sang Agung (Part 1)

Oleh:
Dosakah kita mencintainya lebih dari yang seharusnya? Sementara Maha cinta cemburu.. Dosakah kita mengasihinya lebih dari apa pun? Sementara lagi-lagi Maha kasih cemburu Dosakah kita menggelayuti kesedihan karena kepergiannya?

See You Again

Oleh:
Hari ini cerah, ya cerah tak kelabu seperti kemarin. Sekarang musim hujan jadi menemukan pagi cerah dan hangat seperti ini rasanya sangat sulit. kebetulan kuliah libur karena baru selesai

I’m is Reporter (Part 1)

Oleh:
Sikap angkuhnya begitu ketus, namun kulayangkan senyum lebar ke arahnya, dengan memalingakn muka dia meniggalkanku. Tentu ini sudah menjadi resiko menjadi seorang wartawan yang terus memburu berita, sampai berurusan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Halal Bersamamu”

  1. Dinbel pertiwi says:

    Waaaaaaahhhhh bagus cerita nya,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *