Ranah Itu Bertuan, Malam Diperuntukkan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 25 December 2016

Yang kutahu dirinya adalah anak dari keluarga terpandang. Entah itu benar ataupun salah, aku pun kurang yakin. Terlebih kulihat beberapa warga selalu menundukkan kepala acapkali orangtua Janni lewat.

Hari bersambung di malam itu, dengan sebuah pesta semarak di kediamannya. Lampu remang, makanan, serta hiburan begitu sorak-sorakkan oleh pemuda dan pemudi dikala itu. Tak satupun dari mereka para warga yang tak ingin ketinggalan pesta itu, yang hanya dilakukan setahun sekali, pas panen raya tiba.

Semua orang, tak terkecuali anak-anak dan lansia. Semua berbondong-bondong menuju kediaman pak Aves, ayah Janni. Tak terhiraukan betapa meriahnya suasana malam itu. Dendangan lagu beserta aneka makanan yang telah dipersiapkan seluruh warga, dengan membawa masing-masing sepuluh macam makanan. Hari pun terpenuhi tawa bangga semua warga. Malam yang indah diperuntukkan karena hasil panan raya yang sungguh melimpah ruah, panen besar di sepanjang tahun ini.

“Malam pak…” Ucap Runa, seorang bocah perempuan yang hanya memakai selendang sebagai penutup tubuhnya, terlebih wajahnya yang terlihat semrawut.
“Lho…” Ucap ayah Janni kaget melihat Runa menyapanya “Sama siapa kamu ke sini?” Tanyanya setengah menghardik
“Saya seorang, pak” Jawab Runa menundukkan kepala.
“Saya ingin ikut menikmati pestanya, pak. Saya ingin merasakan…”
“Bawa apa kamu kesini..” Tanya pak Aves memperhatikannya “Hanya tangan kosong, kok ingin masuk..” Ucapnya sinis, melihat Runa mengangguk-anggukan kepala.

Telah terbiasa Runa menerima hujatan seperti ini. Sifatnya yang keras kepala membuatnya tak gentar, meski setiap hari harus menerima ucapan-ucapan seperti itu, bahkan makian. Dari kecil dirinya telah ditinggalkan kedua orangtuanya. Perkara yang lazim terjadi, membuat kedua orangtuanya harus berpisah dan menitipkannya kepada neneknya. Usia yang telah lanjut, diri yang telah rapuh, dengan harus menanggung beban dari buah anaknya itu. Sementara mereka pergi entah kemana, meninggalkan Runa seorang diri.

Suara bunyian pesta telah membuatnya mematung di depan gerbang rumah ini. Bunyi-bunyian dari ragam hiburan begitu menguatkan tekatnya untuk masuk, meski beberapa kali ia harus menerima ucapan sinis dari pemilik rumah ini. Namun, keteguhan hatinya begitu kuat, meski hanya sekedar melihat dari kejauhan mata. Kendati rasa penasarannya akan hiburan yang selama ini belum pernah ia temui, dan ia dengar.

“Saya hanya ingin masuk, pak… boleh kan” Wajahnya begitu memelas hingga membuat pak Aves tak mempu melihatnya.
“Saya rela, kalau saya harus menjadi buruh cuci piring sendirian. Tapi tolong izinkan saya untuk masuk” Rengeknya begitu memelas.
Rengekan yang begitu melas, membuatnya tak tega harus membiarkannya sendirian di luar. Angin dingin di malam itu seakan telah mengisyaratkan untuknya memperbolehkan Runa untuk masuk, sekedar melihat. Toh tak ada yang bisa ia lakukan.
“Tapi jangan buat keributan, ya…” Pak Aves sedikit menelan ludahnya.

Terdengar begitu riang dari seorang bocah perempuan itu. Tawanya lepas, seolah dirinya mendapatkan sebuah kebebasan. Geraknya begitu lugas dengan kaki-kaki kecil yang tak sabar ingin masuk, matanya membulat binar. Mungkin baru pertama kali ini dirinya melihat dari jarak dekat apa yang sedari dulu ia bayangkan. Keramaian, hiruk pikuk warga akan hiburan yang begitu riang. Mungkin inilah kali pertama, ia merasakan senang, meski setelahnya harus menjadi buruh cuci seharian, namun itulah harga yang pas bagi dirinya yang sekedar ingin menikmati, tanpa harus bersusah payah. Terlebih ia tak punya apa-apa untuk ia bawa sebagai jamuan.

Cerpen Karangan: Asfaa Nadhom
Facebook: Oeuwniel Mubarok
hanya sekedar manusia yang ingin menulis, mencurahkan segala unek-unek di hati. berharap ada orang yang mau mengobati.

Cerpen Ranah Itu Bertuan, Malam Diperuntukkan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Babi Babi Berburu Emas (Part 1)

Oleh:
Rombongan babi hutan menggasak semua tanaman ubi jalar dan singkong di ladangku. Sisa-sisa akar yang tercerabut dari tanah tampak berserakan di tanah. Daun-daunnya juga terpontal-pontal ke mana-mana. Bahkan pagar

Kisah Kehidupan

Oleh:
Hidupku mungkin adalah sebuah kesalahan, aku merasakannya demikian. Bisakah segala sesuatunya berubah menjadi lebih baik lagi? Aku yakin bisa. Hanya saja, hal itu memerlukan sedikit waktu dan lebih banyak

Pengamen Jalanan

Oleh:
Kuku yang biasa kugunakan untuk memetik senar gitar kini sudah mulai memanjang dan menampakkan setumpuk kotoran disana. Kotoran yang tampak lebih kotor dari setumpuk sampah di jalanan Ibu kota

Samun Punya Cerita

Oleh:
Di balik matahari yang mulai mengantuk, di sela-sela jari kaki Gunung Semeru; yang mereka sebut sebagai negeri di atas awan walaupun masih (selalu) di bawah sekotak misteri-Nya. Seorang pemuda

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *