Pertemuan yang Kuimpikan
Cerpen Karangan: Atina Sabila KhodijahKategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 17 February 2019
Brakkk…! terdengar suara barang terjatuh dari kamar seorang gadis yang pagi ini tengah terburu-buru. Nenek dari gadis tersebut buru-buru menuju kamar, “Ada apa ini?” tanya Nenek. “Eh Nenek, maafkan aku. Sepagi ini sudah membuat kegaduhan,” sambil membereskan buku-buku yang terjatuh dari meja belajarnya. “Memangnya ada apa, kenapa pagi ini Nenek lihat kamu sangat terburu-buru?” tanya Nenek kembali. “Pagi ini aku harus bertemu seseorang, dia orang yang sangat penting Nek,” kemudian mengulurkan tangannya untuk berpamitan. “Aku pamit ya Nek. Assalamu’alaikum,” pamitnya sembari mencium tangan Neneknya. “Wa’alaikumsalam, kamu hati-hati pokoknya Nenek tidak mau dengar kabar yang tidak mengenakan setelah kejadian ini,” jawab Neneknya sambil mengencangkan suaranya karena Cucunya langsung berlari ke luar rumah. “Iya-iya nek,” teriaknya terburu-buru.
Entah apa yang membuat gadis bernama Sonia ini terburu-buru untuk pergi ke kampus, padahal baru pukul 6.15 pagi.
Sampailah ia di kampus, matanya terus mengitari setiap sudut kampus untuk mencari orang yang hendak ia temui. Sonia pun mengirimi ia pesan, “Kamu di mana sekarang?” begitulah isi pesannya. Orang di seberang sana membalas bahwa ia sedang menunggunya di kantin.
Akhirnya ia menemukan orang tersebut, “Assalamu’alaikum, maaf membuatmu menunggu lama Dev, padahal kamu harus segera berangkat kan?” wajahnya terlihat cemas, takut temannya tersebut kecewa. “Wa’alaikumsallam… tidak usah menunjukkan rasa bersalah seperti itu aku tidak suka,” canda temannya tersebut. Sonia hanya mampu tersenyum. Devi ini adalah sahabat barunya di kampus, namun pagi ini ia harus segera berangkat ke Bandara karena akan melanjutkan S2 ke luar negeri.
“Oh iya, ini…” Devi pun memberikan sebuah tas kecil. “Di dalamnya ada alamat rumah ibu kamu yang baru, selain itu ada juga sepatu bayi dan foto kamu sewaktu bayi.” Jelasnya kepada Sonia.
Kilas balik…
Delapan tahun yang lalu Devi memiliki tetangga yang sangat ia sayangi, namanya Bu Ranti. Bu Ranti ini sudah seperti ibu kandungnya sendiri, karena orangtua kandungnya Devi sering pulang pergi ke luar negeri untuk masalah pekerjaan. Sehingga ia kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya dan banyak menghabiskan waktu bersama Bu Ranti. Kebetulan Bu Ranti pun hidup seorang diri. Namun, setahun yang lalu rumah Bu Ranti kebakaran dan ia pergi entah kemana tanpa sempat berpamitan kepada Devi. Sebelum kebakaran tersebut terjadi Bu Ranti sempat bercerita bahwa ia memiliki seorang anak bernama Sonia Aisyiah. Tetapi setelah Bu Ranti bercerai dengan suaminya, ia tak pernah lagi bertemu dengan anaknya tersebut. Devi ternyata baru sadar bahwa anak Bu Ranti tersebut adalah sahabatnya sendiri.
“Nah, Bu Ranti hanya meninggalkan sepucuk surat untukku sebelum ia pergi. Di dalamnya tertulis alamat rumahnya yang baru,” jelasnya kembali kepada Sonia. “Ya Allah ibu… Dev, makasih banyak yah atas semua informasi ini,” ucap Sonia. “Iya sama-sama. Kalau begitu aku pergi sekarang yah.” Devi pun berdiri dari duduknya. “Baiklah, setelah kamu mendapatkan gelar S2 mu itu cepat-cepatlah pulang ke Indonesia dan bekerjalah di sini. Lalu beri aku setengah dari gaji bulananmu oke!” canda Sonia sembari memeluk sahabatnya tersebut. “Kalau begitu aku tak akan pernah kembali, Assalamu’alaikum.” Jawab Devi sinis kemudian keduanya sama-sama tersenyum. “Wa’alaikumsallam Dev,” balasnya.
Keesokan harinya Sonia sudah bersiap dengan pakaian dan bekal makanan di kedua tangannya. Kemarin ia bilang kepada Neneknya bahwa ia harus ke Jogja, karena ada tugas kuliah yang harus dilakukan di sana. Neneknya percaya-percaya saja. “Jangan lupa sholat dan makan yang banyak Sonia!” perintah Neneknya. “Siap Nenek, bahkan bekal makanan ini akan aku habiskan di mobil aku kan belum sempat sarapan,” jawabnya nyerocos. “Baiklah, terserah kamu saja,” jawab Neneknya. Sonia pun mencium Neneknya dan berpamitan “Assalamu’alaikum Nenek… Oh iya, Ayah kan bilang olimpiade siswanya cuma tiga hari, berarti sore ini pulang. Bilang saja aku ada tugas kuliah mendadak.” Jelas Cucu kesayangannya tersebut. “Wa’alaikumsallah… siap Cucuku terbawel,” jawab Neneknya.
Setelah beberapa jam perjalanan, Sonia sampai di Jogja. Ia pun bertanya kesana kemari menanyakan alamat yang ada dalam secarik kertas yang ia bawa. Setelah ia menemukan rumah ibunya, ia memberanikan diri untuk menekan bel. Tampak seseorang keluar dari rumah tersebut dan membukakan pagar untuk Sonia. “Assalamu’alaikum,” sapa Sonia terbata, ia masih ragu bahwa orang yang di depannya adalah Ibunya. “Wa’alaikumsallam… eh ada gadis cantik bertamu pasti pacarnya Dimas yah. Mari masuk.” Jawab wanita di depannya kemudian menuntunnya masuk ke rumah. Dimas itu anak tiri Bu Ranti. “Silahkan duduk nak,” ucap wanita tersebut. “Maaf Bu… tapi saya bukan pacarnya Dimas seperti yang tadi ibu katakan. Bahkan aku tak mengenalnya sama sekali.” Jelas Sonia. Wanita tersebut keheranan, “Lalu kamu siapa dan ada perlu apa?” tanyanya. “Na-ma Ibu… Bu Ran-ti kan?” ucapnya terbata dan matanya pun mulai berkaca-kaca”. “Iya nak… kenapa?” jawab Bu Ranti masih keheranan. “Ibu punya anak bernama Sonia Aisyiah kan? Dan mantan suami ibu bernama Pak Ajid. Pak Ajid membawa anak tersebut dan tidak mempertemukannya lagi dengan Ibu. Namun, anak tersebut selalu merindukan Ibunya meskipun ia belum pernah melihat wajah Ibunya secara langsung.” Sonia pun menyodorkan sepatu bayi dan fotonya sewaktu bayi. “Ini adalah foto aku waktu bayi, sahabatku yang bernama Devi menemukan sepatu bayi ini di rumah Ibu yang sudah terbakar habis itu,” lanjutnya.
Sejam kemudian Bu Ranti tersadar, tadi ia sempat pingsan karena tak menyangka anak kandungnya datang menemuinya. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Suami barunya. “Aku sudah baikan sekarang Mas,” jawab Bu Ranti. “Oh iya di mana Anak itu?” lanjutnya. “Dia masih di ruang tamu,” jawab suminya.
Seseorang membuka pintu kamar Bu Ranti, ia adalah Sonia. “Maaf Pak… Bu… tadi pembantu di rumah ini mengatakan bahwa ibu sudah sadar. Boleh aku masuk?” tutur Sonia. “Masuk saja nak,” suruh suami Bu Ranti. Bu Ranti mulai berkaca-kaca “Apa benar kamu anakku? Hati ibu mengatakan kalau kamu benar-benar Sonia anakku. Maafkan Ibu karena tidak menemukan kamu. Kemana pun Ibu mencari, tak ada seorang pun yang mengenalmu jadi Ibu memutuskan untuk menyerah saat itu.” Jelas Bu Ranti terisak. “Ayah membawa aku ke Sumedang Bu. Aku rindu Ibu, aku selalu ingin bertemu Ibu, aku sepi tanpa Ibu, aku butuh rangkulan Ibu, aku sayang Ibu…” Jawab Sonia. Air mata Sonia pun sudah tak mampu terbendung lagi, ia menghambur ke pelukan Ibunya. “Ibu harus yakin, kalau aku ini anak Ibu. Aku orang yang berharga bagi Ibu kan?” tanyanya sambil memeluk erat Ibunya. “Harta yang paling berharga sayang,” membalas pelukan anaknya.
“Kalau begitu kamu menginap beberapa hari di sini yah. Kalau seminggu bagaimana?” pinta Ibunya. “Aku cuma punya waktu tiga hari Bu, karena aku bilang pada Nenek bahwa aku ada tugas kuliah di Jogja selama tiga hari.” Jawab Sonia. “Anak nakal,” memeluk anaknya kembali.
Ada perpisahan dan ada pertemuan. Setelah beberapa tahun berpisah akhirnya anak dan ibu ini dipertemukan kembali.
Cerpen Karangan: Atina Sabila Khodijah
Blog / Facebook: Atina Sabila Khodijah
Cerpen Pertemuan yang Kuimpikan merupakan cerita pendek karangan Atina Sabila Khodijah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Paham (Part 1)
Oleh: Winda ErlitaSiapa Aku? Aku hanyalah seorang wanita dari milyaran manusia di muka bumi ini, wanita yang mempunyai banyak pertanyaan dalam hidupnya dan selalu mencari jawabannya sendiri, tentang arti hidup yang
Kau Titisan Abu Bakar
Oleh: Ayu Wandira“Namaku Ray, entah.. Sepertinya aku tersesat di sini.” Jawabmu saat ditanya perihal kepindahanmu. Mendengar itu, Orang yang berada di dalam ruangan menoleh. Kau masuk meletakkan barang-barang ke dalam lemari
Setangkai Mawar untuk Afsha (Part 1)
Oleh: Annisa EvaBogor masih terlelap. Bulan masih bersembunyi di balik awan gelap. Afsha membuka matanya perlahan. Jantungnya masih berdetak. Nadinya masih berdenyut. Mulutnya masih mampu mengucap kata hamdallah. “Alhamdulillahirabbil’alamin.” Afsha mengucap
Flower Crown Ditya
Oleh: Riefilna Agnes PristyawatiPagi yang sejuk ditemani embun yang tebal habis hujan kemarin serta bau ampo yang menyedapkan hidung. Senja seorang gadis remaja yang sangat amat manja. Hidupnya dikelilingi oleh apa saja
Terima Kasih dan Maaf
Oleh: Vee MoonaHati Liandra hancur, mendengar kabar tentang keluarganya yang telah gugur. Lima tahun lalu dia meninggalkan rumah ini. Rumah yang tak layak disebut rumah bagi orang elit, termasuk Liandra. Walau
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply