Peri Kecil

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Perpisahan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 23 June 2013

Sawah–sawah nan hijau menari–nari dengan tersenyum hangat menyambut hari baru dan burung-burung berterbangan di angkasa dengan kicauan membentuk pola yang memikat hati seorang anak kecil dengan wajah imut yang membuat orang selalu ingin memegang pipi anak kecil itu. Dia tersenyum dan sejenak hilanglah kepedihan di lubuk hati anak kecil itu
“begitu indah, aku sangat betah berada disini”
Senyum mengembang terukir di wajahnya yang hanya seorang diri di tengah persawahan di bawah pohon rindang. Begitu tenang dan sejuk, hanya suara aliran sungai dan hembusan angin. Anak kecil yang berumur 9 tahun itu berdiri dari tanah yg tadinya dialasi daun pisang itu dan mengepakkan keduan tangannya seakan dirinya akan terbang sambil menutup mata menikmati segalanya yg berada di sini sampai–sampai tak menyadari kehadiran seorang cowok yang berbeda umur 2 tahun dengan anak kecil yang di sampingya.
“aku sudah tebak pasti peri kecilku berada di sini” ujar seorang anak kecil tampan yang berkulit sawo matang dengan mata coklat keabu-abuan itu namun ririn hanya bergeming tak menghiraukan yang dikatakan orang itu. Ririn jadi ingat siapa cowok yang berada di sampingnya itu. Seorang yang sudah di anggapnya kakak. Arga, itulah namanya dia pertama kali bertemu di pinggiran jalan.

Arga adalah anak jalanan. Saat itu ririn berada di dalam mobil bersama papa dan mamanya. Mobil mewah yang cukup memikat orang yang melewati itu. Ririn adalah seorang anak perempuan terpandang yang papanya seorang pengusaha besar yang menembus ke internasional sedangkan mamanya seorang dosen kedokteran di salah satu universitas yang paling terkenal di indonesia namun ririn masih mendapat kan rasa kasih sayang kepada orangtuanyanya walau kedua orangtuanya sangat sibuk. Orangtuanya selalu mendidik nya walaupun lahir dari orangtua yang kaya tetapi hati ririn lembut bagaikan sutra. Dia tak pernah memandang seseorang kaya atau miskin.

Di dalam mobil, ririn menatap arga yang tengah mengamen di balik kaca dan menyanyikan sebuah lagu yang cukup terkenal sambil bermain gitar kecil. Waktu itu, hati arga terasa gundah takut di tolak mentah–mentah kalau bernyanyi di depan orang bermobil mewah karena arga sudah berapa kali di campakkan oleh orang bermobil mewah tetapi perkiraanya salah, mama ririn malah menurunkan kacanya dan tersenyum hangat menatap anak pengamen itu, ririn pun mengikuti mamanya yang tengah duduk di belakang. Arga yang melihat itu ikut tersenyum dan dengan cerianya dia bernyanyi karena perkiraannya salah bahwa ternyata orang pemilik mobil mewah itu baik

Laskar pelangi,
Takkan terpikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Dan raih bintang di jiwa selamanya…
Nanananaanana…
(laskar pelangi /nindji)

Mereka bertiga menikmati suara arga sambil menunggu lampu merah berganti hijau dan saat lagunya berakhir ririn bertepuk tangan karena dia sangat senang mendengarkan suara anak pengamen itu, ririn pun langsung mengambil uang di saku celananya dan memberikan uang sebesar seratus ribu.
Arga: “ihh, ini terlalu banyak” ujarnya terbelak kaget tak percaya di berikan uang seratus ribu namun ririn hanya menyinggungkan senyum dan langsung menaikkan kaca jendelanya dan pas saat itu lampu merahpun berubah menjadi hijau. Mobil mewah itu pun melaju meninggalkan arga dan dirinya hanya bengong menatap uang yang diberikan oleh anak kecil itu.
Arga: “anak kecil itu begitu baik, ku harap bisa bertemu lagi dengannya” ujarnya dalam hati sambil berjalan menghindari mobil yang berlalu lalang.

Perlahan mata ririn di buka di susul arga karena silau cahaya menembus matanya. Itulah yang di tunggu ririn. Berkas kuning sinar mentari mulai muncul, mencari jalan menembus kegelapan dan perlahan demi perlahan langit berubah muda dengan semburat biru. Gelap berganti terang,
“wahh, indah! Saatnya memulai hari baru…” suara ririn serak seakan ingin ceria tetapi sulit baginya, perlahan ririn menitikkan air mata dan sebelah tangannya terangkat ke dada, mencengkram bagian depan kerudungnya.
Arga membalikkan tubuhnya ke ririn, sontak saja arga memeluk ririn yang sangat disayanginya itu dan pecahlah tangisan ririn bercampur isakan “menangislah, menangislah jika itu bisa membuatmu tenang” ujar arga sambil mengelus kepala ririn yang terbaluti kerudung hijau panjang sampai dada. Arga pun tak sadar menitikkan air mata, dia ikut bersedih melihat anak kecil yang pernah menyelamatkannya dari keterpurukan itu.
“kakak, aku tak mau berpisah denganmu. Tak mau..! Tapi bagaimana ini” gumam ririn tak menyangka bahwa ini bisa terjadi.
“aku tak mengerti, apa maksudmu dek?” arga melepaskan pelukannya sambil memandang heran ririn
“aku akan pindah ke bandung untuk tinggal bersama nenekku! Papa.. Mamaku telah tiada apa yang harus ku lakukan? Aku sedih..” isaknya lebih keras tak menyangka segalanya berakhir dengan cepat
Bagaikan berita di sambar petir, ririn orang yang telah menyelamatkan hidupnya akan berpisah dengannya. Ririnlah yang membuat kehidupan arga lebih baik yang dulunya hanya seorang anak jalanan tanpa orang tua dan tinggal di sekirar jalanan tetapi sekarang dia tinggal di panti asuhan dimana arga bisa merasakan kasih sayang dan bisa mempunyai banyak teman.

Arga tak mau terlihat lemah di depan ririn peri kecilnya itu, tak tega melihat wajahnya yang selalu ceria itu berubah dalam seketika.
“peri kecilku, aku akan menunggumu maka jadilah anak pintar dan berbakti dengan nenekmu! Jika besar nanti aku akan kesana mencarimu maka tunggulah aku. Aku akan datang..! 10 tahun lagi, tunggu aku” ujar arga menahan tangis lalu mengjongkok dan mencubit kedua pipi peri kecilnya itu.
“kakak, berjanjilah padaku”
“aku janji, jadi janganlah bersedih lagi. Aku akan datang untuk bermain lagi denganmu” ujarnya berjanji sambil memgang tangan ririn “tanganmu kok dingin sekali dek” kagetnya saat memegang tangan ririn begitu dingin.
“hihihih, aku kan paling tidak tahan dingin tapi untung aku pake kerudung ibuku” ujarnya ketawa sambil menundukkan kepalanya menatap kerudung ibunya. Ririn jadi ingat keinginan mamanya saat smp nanti bahwa dia harus memakai kerudung “aku janji ma, aku akan menggunakan kerudung jika masuk smp nanti” ujarnya dalam hati.
“pantas, tapi adek terlihat cantik sekali memakai kerudung itu walau kedodoran gitu” ujar anga menyinggungkan senyum di bibirnya
“ambillah buku harianku ini kak” ujar ririn memberikan sebuah buku harian yang di sampulnya terdapat gambaran yang di buat oleh ririn sendiri dengan mentari tersenyum dengan pemandangan alam yang indah.
“ini gambarmu dek, tapi rasanya aku mengenal gambar ini?”
“lihatlah ke depan kak”
Arga dan ririn menatap ke depan, itulah yang di gambar ririn di sampul depan buku harian yang di berikan untuk arga. Panorama mentari dan sawah yang ada disini, tempat favorit ririn walau baru dua kali dia datang kesini. Ririn sudah mencap tempat ini sebagai tempat favoritnya dimana pertama kalinya dia di bawah oleh arga kesini. Sawah, itulah tempat tenang yang sudah menjadi tempat favorit ririn jika sedang bermasalah. Seusai salat subuh dia langsung bergegas kesini menunggu mentari kan menampakkan wajahnya walau hanya seorang tidak ada rasa takut dan kerisaun di hatinya. Semuanya seakan menghilang yang sebenarnya ririn sangat takut dengan gelap dan umurnya yang masih 9 tahun tidak akan takut dengan itu.
“kakak, aku juga mempunyai satu buku. Jika kakak rindu padaku tulislah di buku harian itu”
“yah aku akan melakukannya” ujarnya membalikkan tubuhnya ke ririn dan menatapnya dengan tersenyum hangat dan lanjut berkata “ayo kita pulang, semua orang cemas denganmu” menarik lengan ririn dan bergegas meninggalkan persawahan yang begitu tenang dan sejuk…
“aku akan menginggat semua tentangmu peri kecilku, itu mengapa ku selalu menganggapmu bagaikan peri kecil ku karena kau merubah segala hidupku. Semua tentangmu tak akan pernah terlupakan. Aku tak akan lupa jika kau paling tak bisa kedinginan, menyukai tempat favorit ini, lembut hatimu tak akan pernah ku lupakan. Jika besar nanti kau pasti akan menjadi orang yang besar. Sifatmu yang sangat meyayangi anak jalanan tak akan pernah bisa ku lupakan. I love you peri kecilku…” ujar arga dalam hati.

Cerpen Karangan: nur faida
Facebook: Nur Faida

Cerpen Peri Kecil merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bukan Lagi Untukmu

Oleh:
Terkadang indahnya senja, memancarkan kebahagiaan. Sekejap menularkan rasa bahagia, layaknya virus yang menularkan penyakitnya. Hingga membuat seorang aku ini, yang telah menginjak umur 20 tahun ini, menduduki pasir nan

Hidupku Sunyi

Oleh:
Namaku Sila, umurku 10 tahun. Aku berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Ayah dan ibuku selalu bertengkar, entah hal apakah yang membuat pertengkaran itu terjadi. Aku punya adik yang

Ini Semua Karena Dia

Oleh:
Hai semuanya namaku Feliya reswana bisa dipanggil feli atau ana aku mempunyai dua orang sahabat yaitu lisa sama dita Suatu hari saat di kelas “Hai lis” ucapku “Hai fel”

Dasyella, Tarella dan Gayella

Oleh:
“Dasyella, Tarella, Gayella… ayo bangun sekarang sudah pukul 07.30, kalian sudah terlambat ke sekolah…” kata bibi Laela sambil menarik selimut Dasyella, “apa? Sudah pukul 07.30!” teriak Dasyella sambil meloncat

Selimut Bali Raza

Oleh:
Di tengah hari, gadis cilik bernama Raza berlarian di pinggir selokan sambil terengah-engah. Matanya beberapa kali kelilipan terkena debu beterbangan. Sampai ia berhenti di depan sebuah toko selimut bali,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *