Sikap Saling Terbuka itu Penting

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 17 January 2018

Aku Lia, aku sering dikatakan sosok yang tomboy. Aku lebih suka bergaul dengan laki-laki dari pada temanku yang perempuan. Aku seorang anak kos yang jauh dari keluargaku. Aku menjadi bebas ke mana saja aku mau jika uangku mencukupi untuk jalan-jalan. Aku mempunyai sahabat yang sudah 5 tahun kami bersama, namanya Leli. Kami sering saling menceriterakan pengalaman kami baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.

Semua orang yang di sekitar kami mengetahui bahwa kami adalah sahabat dekat karena ke manapun kami selalu bersama. Tapi kebersamaan itu membuatku tidak bebas untuk bergaul dengan siapa saja karena jika kami bersama kami seakan tidak butuh teman yang lain, persahabatan ini membuatku terikat.

Akhir-akhir ini aku mulai bergaul dengan teman-temanku yang cowok. Aku tidak tau kenapa ketika aku mulai bergaul dengan teman yang lain Leli mulai menjauhi aku. Aku sering makan bersama temanku yang cowok dan ketika aku mengajak Leli makan bersama mereka dia selalu menolak.

Sewaktu kami makan bersama aku memberanikan diri untuk bertanya sama Leli tentang persahabatan kami yang mulai renggang. Aku menatap Leli yang menikmati makanannya sedangkan aku tidak selera makan karena penuh dengan rasa penasaran.

“Lel, boleh tanyak nggak?” Aku bertanya dengan ada rasa gugup.
“Tanya apa?” dia menjawab dengan sesingkat itu membuatku semakin gugup.

“Mmm.., kok kamu jadi cuek sih sama aku? Aku ada salah sama kamu ya?”
“Nggak kok, biasa aja.” Dia seakan menghindar dari pertanyaanku.
“Ya udah deh, aku aja kali yang merasa.”

Dia hanya diam dan terus makan tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutnya sampai dia selesai makan. Ketika dia selesai makan dia berkata, “udah yuk balik, aku masi ada kerjaan nih.” Aku menjadi terdiam dengan sekejap, makananku belum separuh pun habis. Aku gak habis pikir kenapa sikapnya menjadi seperti itu.
“Makanan aku belum habis lho Lel, bentar lagi ya.”
“Makanya kalo makan ya makan, jangan ngomong terus udah tau makannya lama,” dengan ekspresinya dan nada suaranya menunjukkan kekesalan. Aku berusaha sabar mendengarkan omongan Leli, saat itu rasanya aku pengen menangis tapi karena di tempat umum aku gak berani nangis karena malu.
Aku langsung berdiri dan membayar makananku. “Ya udah kita balik, aku udah kenyang,” ujarku. Setelah membayar makanan kami langsung pulang ke kos kami masing-masing.

Keesokan harinya aku menceriterakan apa yang terjadi kepada Abert, dia salah satu teman cowok yang paling akrab dengan aku. Dia selalu curhat denganku ketika dia ada masalah. Dia orangnya sangat terbuka. Ketika aku menceriterakan semuanya, Albert menyuruh aku untuk menemui Leli dan menyuruh aku untuk minta maaf. Awalnya aku nggak mau.

“Ayo lah, gak ada salahnya kan kalo kamu minta maaf, Lia kan udah sahabatan sama Leli sejak lama, masa sih gara-gara masalah yang gak jelas kalian jadi diem-dieman.”
“Tapi bert, aku kan gak salah.” Aku seketika merenung dan memutuskan untuk mengikuti nasihat Albert.
“Oke, aku akan minta maaf sama Leli, bagaimana pun Leli adalah sahabatku sejak lama. Aku gak mau diam-diaman lagi.”
“Nahh, gitu dong baru temen aku”, sambil mengelus kepalaku. Aku hanya tersenyum melihat Abert yang seperti saudaraku sendiri.

Setelah berpisah dengan Albert aku menemui Leli yang sedang asik menonton di kamarnya. Aku duduk di samping Leli. Aku menghela nafas dan bingung mau ngomong apa sama Leli.

ADVERTISEMENT

“Mmm Lel, aku minta maaf ya kalo aku ada salah sama kamu.” Dia menyingkirkan labtopnya dan berhenti menonton mendengar perkataanku.
“Minta maaf kenapa Li, emang kamu salah apa sama aku?”
“Gak tau kenapa akhir-akhir ini aku merasa kamu agak cuek sama aku Lel, trus kalo aku ajak kamu keluar main sama Albert dan teman yang lain kamu gak pernah mau. Kalo kita ketemu kamu selalu diam, aku salah ya sama kamu?”
“Cerita dong sama aku kita kan sahabat, Leli lagi ada masalah ya?”

“Aku akan cerita sama kamu tapi kamu harus janji dulu gak bakalan marah ya.”
“Okee, aku janji gak bakalan marah.” Membuatku semakin penasaran kenapa Leli berkata seperti itu.

“Sebenarnya aku gak suka kamu dekat sama Albert karena aku cemburu liat kamu dekat sama Albert. Setiap kali kita ketemu sama Albert yang dia deketin dan jailin itu selalu kamu. Padahal aku pengen banget deket sama dia dan teman cowok yang lain seperti kamu tapi aku nggak bisa. Makanya setiap kamu ajak aku keluar bareng Albert dan teman yang lain aku selalu menolak. Aku takut sakit hati melihat kalian yang becandaan seperti adik sama kakak sendiri, sedangkan aku hanya duduk diam melihat keakraban kalian.” Aku jadi mengerti mengapa sikap Leli berubah samaku ketika aku dekat dengan Albert dan teman yang lain.

“Lel, semua yang kita inginkan itu butuh proses, kalo Leli ingin dekat dengan teman yang lain, Leli gak boleh hanya diam saja. Leli juga harus berusaha untuk dekat dan berbaur sama mereka. Mereka juga ingin dekat sama Leli tapi kamu gak pernah mau setiap diajak main sama mereka. Gimana bisa dekat kalo Leli gak mau terbuka.
“Beneran mereka mau dekat sama aku?!”
“Ya benar lah Lel, masa sih aku bohong.” Leli memeluk aku dengan senangnya dan minta maaf karena selama ini dia cuek hanya karena masalah sepele.

“Kalo gitu nanti malam kamu ikut bareng kita makan malam ya, pokonya kali ini Leli gak boleh nolak.”
“Okee siapp bosss, hahaha”.

Akhirnya kami bisa bersama-sama lagi seperti sebelumnya dan Leli semakin dekat dengan Albert dan teman yang lain. Sebagai sahabat kita harus saling terbuka agar tidak terjadi kesalahpahaman dan aku menjadi tau bahwa ada saatnya aku harus mengalah untuk kebaikan bersama.

Cerpen Karangan: Harini Natalia Sembiring
Facebook: harininatalia14[-at-]yahoo.co.id

Cerpen Sikap Saling Terbuka itu Penting merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cintaku Tak Terbatas Waktu

Oleh:
Seorang cowok bertahan tanpa lelah sembari memacu keringatnya yang bercucuran membasahi tubuhnya. Nafasnya mulai terengah-engah sejalan dengan waktu. Banyak orang yang ingin memberinya seteguk air, tapi ia menghiraukannya. Ia

Misteri Kelas Baru

Oleh:
Namaku Ulfah aku sekolah di SMP di desaku kelas 7/1. Tapi sekolahku kekurangan kelas, oleh karena itu kepala sekolah memutuskan untuk membangun kelas baru. Semester 2 murid kelas 7

Cinta Bersemi di Ruang OSIS

Oleh:
Tok! Tok! Tok! “Saya Sayang bangun udah jam 06.30.” suara mama yang membangunkanku. “Apa?”. Aku pun berlari menuju kamar mandi. Setelah mandi aku langsung turun ke bawah. “Ma saya

Bintangmu dan Penyemangatku

Oleh:
Namaku Zallina Dyah Arinata atau biasa dipanggil Zaza, usiaku 16 tahun, aku kelas 11 SMA tepatnya di SMAN 20 Jakarta. Aku mau bagi bagi cerita soal orang yang aku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *