Jantung Imitasi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 21 February 2018

Violeta Aurora, adalah gadis yang sangat baik dan pintar. Dia adalah temanku, Viola yang dianugerahi kecantikan dan sebuah bakat kecil sebagai pemain biola. Pribadinya sangat halus serta begitu pemalu. Setiap aku mengunjungi rumahnya, aku selalu mendengar alunan indah yang diciptakan oleh sepasang tangannya bertemankan biola kesayangannya.
Namun, kekurangan yang ada pada dirinya tidak sanggup mengelak dari kenyataan. Kini dia berubah layu karena menderita penyakit lemah jantung semenjak dia terlahir di dunia. Orangtuanya terpaksa membatasi setiap kegiatannya baik di rumah atau di sekolah, biarpun Viola tidak menyukainya. Karena semua itu demi dirinya, agar dia tidak lemah dan berakhir rapuh. Bahkan dia tidak sanggup berdiri lebih dari lima belas menit, untuk itu dia selalu duduk di kursi roda.

“Aku bukan orang lemah!!” Teriaknya ketika dia sudah mulai frustasi dan terpaksa harus menerima kenyataan tentang hidupnya saat ini. Namun saat dia berteriak, dia selalu dengan susah payah meremas dadanya dan kemudian.. tidak sadarkan diri. Harus bagaimana lagi? sekuat apapun Viola menolak, kenyataannya dia hanyalah seorang gadis yang lemah.

Suatu hari saat aku mengunjungi rumahnya, sebuah suara alunan musik yang sangat menyedihkan dimainkan oleh sebuah biola di balik sebuah pintu yang merupakan kamar Viola. Dari setiap gesekan aku dapat merasakan keretakan hatinya. merasakan betapa berat beban yang ditanggungnya dalam nada-nada yang dimainkan Viola.

“Jantung yang ada di tubuhnya saat ini bukanlah jantung manusia yang didonorkan pada tubuhnya.” Papar orangtua Viola. “Dia hanya menggunakan peralatan medis yang fungsinya seperti jantung untuk sedikit mempertahan dan memperpanjang usianya. Meskipun peralatan itu sangatlah canggih dan melampaui segalanya, tapi itu hanyalah buatan manusia, dan buatan manusia tidak akan bisa bertahan selamanya. Pasti ada saat dimana alat itu mengalami gangguan atau kerusakan yang fatal hingga mengancam nyawa Viola.”

Sebagai teman sepermainannya, aku tidak sanggup melakukan apapun untuk Viola. Hanya berusaha membuatnya sejenak mengalihkan penderitaannya dan menemani sisa hidupnya yang hanya sanggup aku laksanakan. Karena aku bukanlah Tuhan, yang bisa menghapus penderitaannya dan membebaskannya. Aku hanyalah seorang teman yang merasa kasihan padanya.

“Filya, kalo misalnya suatu hari nanti gue gak ada di samping lo.. apa yang bakalan lo lakuin?” Tanya Viola suatu hari.
“Apa yang bakal gue lakuin.. ya… gue harus terpaksa jalanin hidup gue sendirian tanpa lo, tanpa canda tawa dan keceriaan lo, intinya semua bakalan sepi deh.. apalagi kalo kehilangan lo yang humoris.” Jawabku.
“Hahaha.. lo tuh ada-ada aja, lagian kan gue juga gak bakal kemana-mana kali.. gue gak bisa hidup tanpa lo dan bokap-nyokap gue.”
Tapi, mungkinkah dia tidak akan meninggalkanku suatu hari nanti?

Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk sang pemain biola Violeta Aurora. Dia akan mengikuti sebuah audisi pencarian bakat bersama kawan setianya yang senantiasa menemaninya, biola kesayangan pemberian ayahnya.

“Filya, hari ini.. tahta panggung sepenuhnya bakal jadi milik gue. dan semua penonton pasti bakal terpesona sama gue. and then.. penonton cowok-cowok pasti bakal minta pin BBM gue lah, nomor ponsel, secara gue ini kan cantik.. iya gak? hahaha..!” Canda Viola di belakang panggung bersamaku. Seperti biasa, selera humornya selalu mampu memecah ketegangan.

“Filya, makasih ya lo udah mau hadir dan nonton pertunjukkan gue. Gue salut deh punya bestfriend kaya lo.”
“Ya.. kita kan udah jadi temen dari balita. masa iya sih cuma nonton pertunjukkan temennya aja dihitung rugi?”
Viola tersenyum padaku. “Makasih ya! dan.. maafin gue kalo misalnya gue pernah buat salah sama lo. Dan juga.. anterin permintaan maaf gue ke bokap-nyokap gue juga ya?”
Aku bingung dengan perkataan Viola. Permintaan maaf? Untuk apa?

“Kenapa sih lo harus minta maaf segala. Gue sebagai temen lo bakal selalu maafin kesalahan lo. Lo gak punya catatan dosa sama gue. Santai aja, ntar gue anterin ke bokap-nyokap lo.”
Dan saat Viola dipanggil oleh pembawa acara dia berkata, “Bye-bye, Filya. Arigatoo Gozaimasu (terima kasih)!” sambil melambaikan tangannya padaku. Seperti sebuah salam perpisahan.

ADVERTISEMENT

Alunan nada yang pelan nan mengharukan membuat para penonton menitikkan air mata. Aura kesedihan jelas kentara pada alunan nadanya. Gubahan Handel, sebuah gubahan lama yang menceritakan tentang seseorang yang tetap bertahan hidup meskipun menanggung beban berat yang dipikulnya di dunia yang saat ini dia mainkan, memancarkan kesedihan yang sangat mendalam. Para penonton bertepuk tangan ketika Viola menyelesaikan nada terakhirnya.

Viola meletakkan biolanya di pangkuannya dan meminta mmikrofon yang dibawa oleh pembawa acara. “Semuanya, thanks karena udah bertepuk tangan dan ngasih standing applause buat aku. aku seneng banget.. terutama buat orangtua aku dan sahabat tercintaku, Filya. Makasih.. karena telah membantuku bertahan bersama sakitku saat ini. Makasih.. kalian udah ngedukung aku sampai akhir, bahkan hingga saat ini. Maaf, aku..”
Belum selesai Viola berbicara, mikrofon yang dipegangnya terjatuh. Dia terdiam. Semua penonton berlari mendekati Viola, terutama dengan kedua orangtuanya yang seketika menangis setelah mendengar kenyataan bahwa lembaran perjalanan hidup Violeta Aurora telah mengalami ending yang menyedihkan.

Kini, usai sudah cerita tentang Violeta Aurora, yang berusaha tetap bertahan hidup berjuang dengan kekurangannya bersama jantung imitasi yang bersarang di tubuhnya. Selamat tinggal Viola, beristirahatlah dengan tenang di sana. Tuhan telah memberikan kesembuhan abadi untukmu di surga.

Cerpen Karangan: Kevina Susanti
Blog / Facebook: Kaa Ka’a

Cerpen Jantung Imitasi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Teman Sesaat

Oleh:
Aku berjalan, berjalan melewati pepohonan, pada saat musim semi. Kulihat pepohonan yang digerakkan oleh angin. Bunyi dedaunan kering yang terinjak mengiringi setiap langkahku. Aku melihat banyak daun yang tadinya

Pemuja Rahasia

Oleh:
-Pukul 11:30 WIB, di Sentiong Siang itu begitu terik, panas matahari sangat terasa menusuk ke dalam kulit. Namun, ada pemandangan aneh di salah satu makam baru yang ada di

Rindu Senja

Oleh:
“Sahabat akan selalu memberikan yang terbaik tapi kadang keegoisan menutupi kebaikan yang diberikan sahabat pada kita jadi apapun yang terjadi jangan sampai hanya karena egomu saja kamu kehilangan sahabatmu”

Cinta Pertamaku

Oleh:
Ketika hujan turun, angin dingin sepoi-sepoi yang perlahan membelai helai demi helai rambut gadis itu, yang diperhatikan Vino, yang sedang duduk sendiri menunggu hujan reda. Cuaca saat ini memang

Temanku Sekuat Baja

Oleh:
“Demi aku yang pernah ada dihatimu pergisaja dengan kekasihmu yang baru,dan aku yang terluka oleh hatimu mencoba mengobati perihku sendiri” Aku yang sedang asik mendengarkan lagu tersebut, dari MP3

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Jantung Imitasi”

  1. dinbel says:

    Sedih baca cerita nya, mengharukan bangetttttt

  2. Ade em says:

    Klo boleh ini dijadikan film pendek. Bales ke email ademfs78@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *