Peringatan Terakhir (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Islami (Religi), Cerpen Ramadhan
Lolos moderasi pada: 9 July 2023

Belum selesai semuanya, Jahal terbangun di tempat yang tidak bisa ia duga. Ini adalah tempat yang tak bisa ia kenali. Padahal sebelumnya ia berada di atas cadas dengan mata air di sebelahnya, di dalam hutan. Bagaimana bisa sekarang ia berada di tengah padang tandus tanpa tahu cara dia berpindah ke sini. Ia tak bisa melihat apapun selain tanah kering dan pecah-pecah dengan rasa panas yang membakar telapak kakinya. Matahari terasa sejengkal di atas kepala sehingga ia menjadi gila karena rasa panasnya.

Ia mengingat kejadian beberapa saat sebelum pingsan dan tiba-tiba berpindah tempat dengan tiba-tiba. Rasa panas tempat ini terkalahkan oleh rasa takut Jahal setelah melihat sosok itu. Ia takut akan didatangi lagi di tempat aneh ini. Maka dari itu, Jahal mencoba berlari sekuat tenaga mengabaikan panas yang menjalar di telapak kakinya. Ia ingin segera pulang, bertemu istri dan anaknya.

Jahal merasa telah begitu lama berlari, tapi rasanya padang tandus ini tiada berujung. Ia tidak menemukan titik di mana ia bisa keluar. Badannya kelelahan, kepanasan, dan tentu saja kelaparan. Jahal jatuh meringkuk, menangis putus asa. Ketika itulah ia melihat ada pria yang memakai serba putih, termasuk dengan sorban putih yang melilit kepalanya. Pria itu berjalan sambil bertasbih, santai seolah ia tidak merasa panas sama sekali.

“Wahai, apa yang engkau lakukan di sini?” tanya sosok itu.
Jahal kesulitan menjawab. Bibirnya kering karena dehidrasi, tenaganya habis. Dia hanya bisa menggerakkan bibirnya sedikit untuk meminta diberi air.

“Wahai manusia yang lemah, tidak ada air di sini. Kau akan merasa aman di sini bila kau membawa amalan yang baik. Rajinlah beribadah dan berdoa untuk menolong dirimu sendiri di sini.” Pria serba putih itu mencoba menjelaskan.
Jahal merasa penjelasan itu tidak masuk akal sama sekali. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah air. Tapi bukankah memang sejak awal Jahal mengalami segala keanehan ini, barangkali memang penyelesaian dari semua ini juga hanya dengan cara yang tidak bisa ia duga. Maka Jahal berkata, “Tolong ajari aku.”

Usai berkata demikian, pria serba putih itu menuntunnya membaca syahadat. Menuntunnya untuk berucap istighfar berkali-kali. Mengajarinya bagaimana cara ia harus mengambil wudhu, yang anehnya tiba-tiba ada mata air di tengah padang tandus itu. Jahal sungguh kehabisan akal dengan segala keanehan ini, tapi ia mencoba untuk beradaptasi. Pria itu juga menuntunnya untuk melakukan salat, yang anehnya lagi tiba-tiba ada cadas besar yang bersih serta rata untuk menjadi alas salat. Anehnya lagi, pakaian Jahal juga mendadak bersih padahal semula pakainnya itu kotor dan basah oleh keringat. Ada kekuatan magis yang tak bisa Jahal jelaskan di tempat ini.

Usai semua pengajaran dari pria serba putih itu, Jahal memang merasa lebih tenang. Apalagi ketika pria itu mengajarinya membaca ayat-ayat Alquran yang anehnya tiba-tiba ada begitu saja di sampingnya. Tiada lagi ia merasa seputus asa tadi meski ia masih saja kebingungan bagaimana cara ia kembali.

“Tolong bawa aku kembali, aku ingin pulang.” Jahal sungguh hanya ingin segala keanehan ini berakhir.
“Kembalilah setelah kau berjanji bahwa apa yang kuajarkan hari ini akan terus kau lakukan kemudian hari,” pria serba putih itu menjawab.
Jahal mengangguk. Ia memang tidak seyakin itu akan melakukan segala ibadah yang diajari pria serba putih itu. Tapi ia yakin bahwa ia bisa melakukan beberapa hal yang diajarkannya setelah ini. Ia merasa segala ibadah yang dilakukan di sini adalah hal yang benar dan menenangkan dirinya.

“Tidurlah dahulu di sini. Tubuhmu lelah,” jawab pria serba putih tersebut.
Mau tak mau Jahal menurutinya. Tubuhnya memang lelah sedari tadi karena berlarian dan diliputi ketakutan yang tak berujung. Ia berbaring di atas batu cadas rata tempat ia salat tadi. Anehnya rasa lapar dan hausnya mendadak hilang ketika belajar beribadah tadi. Ia tertidur lelap sekali, istirahat setelah sekian lama dilanda ketakutan sejak berada di hutan sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Sepanjang hidupnya, Jahal memang mengabaikan Tuhan. Dulu saat ibunya terkena kanker paru-paru akibat terpapar asap rokok dari ayahnya yang pecandu, Jahal berteriak-teriak memohon kesembuhan sang ibu pada Tuhan. Kata ayahnya, jika Jahal berdoa sungguh-sungguh, Tuhan akan memberi kesembuhan pada ibunya. Tapi ibunya tetap saja mati. Semenjak itu Jahal mengabaikan keberadaan Tuhan dalam hidupnya.

Tapi kali ini, peringatan yang dibawa sosok aneh di hutan dan apa yang ia alami di padang tandus aneh itu menghantui pikirannya. Apalagi ketika ia tiba-tiba terbangun di kantor polisi padahal ia merasa tertidur di atas cadas di padang tandus. Katanya dirinya sendiri yang melaporkan kejahatan yang dilakukannya. Bagaimana mungkin ia berbuat demikian ketika semalaman ia berusaha keras untuk melarikan diri dari warga dan juga polisi? Anehnya lagi, ketika ia bercerita tentang keanehan cuaca yang dialaminya di hutan dan pria serba putih di padang tandus, semua orang tidak percaya. Bahkan katanya BMKG tidak mendeteksi adanya peristiwa alam yang ganjil di daerah hutan itu dan tidak ada area padang tandus di wilayah ini.

“Apakah ini artinya aku diberi kesempatan kedua dari Tuhan?” Jahal bertanya dalam hati sambil termenung dalam jeruji besi. Katanya ia akan dibawa ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman minggu depan. Istrinya dengan tangis tumpah ruah menemuinya tadi siang, tapi Jahal hanya seperti orang tak berjiwa, hanya melongo dengan tatapan kosong. Pikirannya berkecamuk tentang kejadian aneh yang dialaminya itu.

Pihak aparat hukum kesulitan dalam menggali informasi dari Jahal karena Jahal tidak bisa berbicara sama sekali setelah berceloteh tentang hal aneh yang menimpanya. Karena itulah pihak kepolisian membawa orang pintar untuk membantu Jahal. Barangkali kejadian ghaib yang dialami Jahal dapat dijelaskan agar Jahal tidak lagi bertingkah seperti orang kehilangan akal.

“Sungguh engkau sebaiknya segera bertaubat, Pak Jahal. Tuhanmu, Allah telah memberikan kesempatan kepadamu maka janganlah engkau siakan. Segala hal yang terjadi selalu memiliki hikmah, meski kejadian buruk sekalipun, asalkan kita melihat dari sisi yang benar. Maka dari itu segeralah ambil wudhu, jangan abaikan peringatan itu. Bersyukurlah atas hikmah yang diberikan Allah SWT.” Itu adalah penjelasan dari orang pintar yang didatangkan pihak kepolisian.

Sontak Jahal meluruh dalam lantai jeruji besi. Ia tidak ingin menjadi manusia merugi yang mati membawa banyak dosa seperti rekannya. Maka dengan raungan kencang ia memohon ampunan kepada Tuhan. Dengan tangis menderu ia berseru, kembali pada jalan yang diberkati oleh Allah Yang Maha Agung.

Selama tiga tahun hukumannya di penjara, Jahal benar-benar berubah menjadi orang yang lebih baik. Ia selalu teringat peringatan dari sosok menyeramkan yang pernah menemuinya di hutan, juga ajaran ibadah dari pria serba putih di padang tandus. Ingatan itulah yang membuat Jahal selalu berusaha menghindari perbuatan yang buruk. Ia takut tidak akan ada ampunan lagi bila ia menjadi orang yang jahat.

Jahal dengan senangnya mengajari narapidana lain di penjara untuk beribadah. Dia senantiasa menjadi orang yang rajin salat, mengaji, dan bahkan saling menolong serta bersikap santun. Bahkan, Jahal mendapat julukan lain di penjara berkat ketaatannya kepada Tuhan yaitu dengan sebutan Rahmat. Meski pada mulanya ia adalah manusia yang selalu berbuat buruk dan penuh dosa, hidayah dari Allah SWT membuatnya berubah sedemikian rupa. Manusia adalah makhluk dinamis yang selalu bisa berubah menjadi lebih baik seiring waktu. Maka, sebagaimana Tuhan memberi kesempatan pada hamba-Nya, manusia sudah seharusnya bisa berbuat demikian.

Cerpen Karangan: Armita Enggarwati

Cerpen Peringatan Terakhir (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Wajah Putih

Oleh:
Tangannya terus mengotak-ngatik pemantik murahan itu. Berkali-kali ia nyalakan apinya kemudian terus menatap apinya hingga jempolnya berhenti menekan. Bukan karena ia sak*u ingin mengisap rok*k, malah sudah setengah bungkus

Pulang

Oleh:
Kegiatan sekolah hari ini cukup padat. Kulirik baris angka pada pergelangan tanganku. Sepertinya ibu sudah di rumah. Aku bergegas menuju parkiran. Beruntung Si Mustang terparkir di pinggir. Tentu saja

Dunia Susu Dan Permen

Oleh:
Pada suatu hari. Reni dan teman-teman sedang bermain petak umpet, Tyna menjadi kucingnya, dan Dimas, Mujizah, Reni, Angga, Deny mengumpat, “1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

Hafalan Al Qur’an

Oleh:
Sang surya menampakkan cahaya menyinari setiap sudut kota. Gadis dengan rambut diikat tanpa berponi memoles wajah dengan bedak tabur. Tersenyum di depan kaca sembari menghafal surah Al Qur’an yang

Kisah Jaka Brajamusti (Part 1)

Oleh:
“Seperti yang kita tahu anak-anak, bahwa para tokoh pejuang di negeri kita ini baik yang tertulis dalam buku sejarah maupun tidak itu jumlahnya banyak sekali. Bahkan berdasarkan cerita dari

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *