Cantik

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 14 August 2013

“Marina, cepat! Orang–orang sudah menunggumu”, kata wanita berkacamata yang tiap hari menemaniku kemana-mana ini.
“Iya, aku akan segera kesana”, jawabku sambil tersenyum.

Hari ini, 11 April 2012. Dua jam lagi adalah acara peluncuran novel ke-6 ku, yang tentu saja untuk mempersiapkan promosi agar acara ini diketahui oleh publik, aku dan team manajemen mengundang beberapa reporter dari stasiun televisi swasta dan para pembaca setia novelku di gedung pusat perbelanjaan buku dan musik terbesar di kota ini yang desainnya sedikit klasik dan elegan. Hari ini, semua reporter dan kameramen pasti sudah bersiap dengan segudang pertanyaan yang akan diajukan. Dan para pembaca setia novelku sudah menunggu sambil melambaikan tangan di barisan bangku hijau disana.

Aku, Marina. Gadis berusia 27 tahun dengan lesung pipit di pipi sebelah kanan. Memiliki tinggi 160 cm, kulit sawo matang, hidung tidak terlalu mancung dan rambut coklat. Dandanan? Celana panjang warna hitam dan atasan bermotif bunga yang dilapisi dengan cardigan berwarna hijau. Profesi? Seorang penulis cerpen sejak 6 tahun yang lalu. Dan mulai tertarik menggeluti dunia imajinasi ini ketika aku masih, sedang dan terus-menerus mencari arti cantik yang sesungguhnya. Ya.. Cantik. Susunan 6 huruf yang dapat membuat geger dunia dan seisinya. Susunan 6 huruf yang selalu diharapkan wanita ada pada dirinya. Susunan 6 huruf yang mampu membuat lelaki sekelas Pangeran William dan Julius Caesar bertekuk lutut. Sungguh menarik bukan susunan 6 huruf ini.

“Hey, ngapain kamu tadi malah berdiri mematung di depan poster Sheila On 7 itu? Kamu naksir sama Duta ya? Dia itu sudah punya istri dan anak, neng”, ujar manajerku sambil tertawa cekikikan. Keningku langsung mengkerut dan alis sebelah kiriku langsung bergerak ke atas.
“Wah tapi wajahnya kayak masih muda dan ganteng ya”, jawabku menimpali ledekannya. Dan kami berdua pun tertawa lepas di depan poster itu.
Tentu saja wajah Duta Sheila On 7 kelihatan masih muda, karena poster yang ditempel itu adalah poster jaman tahun 2000. Jaman dimana band asal inggris, Westlife sangat dipuja-puja oleh kalangan remaja. Band Wayang dengan drummernya yang masih anak-anak dan vokalisnya yang berambut panjang seperti wanita tidak kalah populernya. Tentu saja band Sheila On 7 dengan lagunya “Sahabat Sejati” tidak kalah menggebrakkan dunia permusikan di Indonesia sehingga mampu menghipnotis dan mencuri hati remaja Indonesia. Sebagai bentuk kami mengidolakan mereka biasanya kami menempelkan poster-poster mereka di dinding atau pintu kamar. Dan poster di depanku ini sama persis dengan poster yang dulu aku tempelkan di dinding kamarku, membuat otakku memutar kembali sejuta kenangan di masa itu.

Di kamar itu aku ditemani oleh perempuan yang mendadak harus menjadi bagian dari keluargaku karena ayahnya menikah dengan ibuku. Dalam kamus bahasa Indonesia hubungan seperti ini disebut saudara tiri. Dia Rosa, usianya sama denganku memiliki bentuk wajah oval, hidung mancung, kulit cerah, tinggi sekitar 165 cm dan rambut sedikit ikal. Orang bilang senyum Rosa memiliki medan magnet yang mampu membuat pria memalingkan muka untuk melihatnya dan membuat mereka tertarik untuk mengenalnya. Para pria mengatakan, mendefinisikan, mengartikan dan menerjemahkan wanita seperti kakak tiriku ini sebagai kategori wanita cantik. Ya… Cantik.

Rosa sudah sekamar denganku 2 tahun belakangan ini. Tapi jika ditanya bagaimana hubunganku dengannya? Kisah bawang merah dan bawang putih bisa menjadi jawabannya. Mungkin karena di masa itu kami masih remaja belia yang sedang mencari jati diri dan kekanak-kanakan. Sebenarnya masalahnya cukup sederhana, aku hanya merasa dia lebih cantik dariku sehingga orang-orang lebih memperhatikannya, lebih menyukainya dan lebih menyayanginya. Bisa dikatakan aku mengidap sejenis penyakit iri.

Awalnya meskipun iri aku tidak membenci dia dan tidak menjauhinya. Meskipun aku sudah sangat sering mendengar perkataan “Kamu adiknya Rosa? Kok tidak secantik dia?” atau “Oh, kalian berdua bukan saudara kandung? Pantas wajahnya beda banget” atau yang lebih parah “Eh, kamu adiknya Rosa? Comblangin aku dengan kakakmu dong, nanti aku traktir deh”. Mereka selalu saja membanding-bandingkan aku dengan Rosa dan menjadikan aku teman mereka hanya karena ingin mendekati Rosa. Apa mereka pikir aku ini batu yang tidak punya hati dan tidak bisa merasakan sakit hati.

Malam itu, aku mendengar desas-desus bahwa Rosa berpacaran dengan Diko tetangga sebelah rumahku, teman masa kecilku dan bisa dibilang cinta pertamaku. Tentu saja aku tidak percaya dengan berita ini karena aku kenal sekali dengan Diko. Dia adalah seorang pria pendiam dengan cara berpikir yang lebih dewasa dibanding pria seumurannya. Dia hobi sekali menggambar komik dan bercita-cita suatu saat nanti ingin menjadi komikus kelas dunia. Diko sering menasehatiku untuk selalu berjuang keras mewujudkan mimpi dan melakukan apa yang benar-benar kita inginkan. Di usia remaja itu tentu saja aku merasa dia adalah lelaki yang special dan diam-diam aku telah menaruh hati padanya. Karena aku tidak ingin berita ini menyebar sehingga dia akan menjadi bahan gossip di sekolah maka malam itu juga aku putuskan untuk bertanya langsung padanya.
“Diko, aku dengar kamu sedang pacaran dengan Rosa ya, ciee…”, kataku meledaknya.
“Kamu tahu darimana?”, jawabnya setengah kaget bercampur bingung.
“Jadi benar kamu pacaran sama Rosa?”, tanyaku lagi
“Iya rin, Rosa terlalu cantik sih habisnya. Eh, tapi ini rahasia ya”, jawabnya sambil tersenyum bahagia.
Aku mengangguk sambil menahan buliran air mata yang sudah tidak mampu aku tahan lagi untuk keluar, bergegas pergi dan merasa langit di sekitaku mendadak menjadi gelap, halilintar bergemuruh, hujan deras seakan turun bersama dengan air mataku yang mengalir deras. Aku berjalan di bawah hujan dengan perasaan yang sangat terluka dan kecewa. Dalam hati aku menjerit dan berkata “Tuhan, kenapa Engkau ciptakan manusia cantik dan jelek di dunia ini? Orang-orang alim berkata bahwa cantik atau jelek itu adalah cobaan. Jika memang benar maka beruntunglah orang yang mendapat cobaan cantik. Mereka hanya merasakan cobaan pujian, sanjungan, kekaguman dan semua kebahagiaan itu. Tuhan, jika memang takdirmu itu adil maka biarkanlah semua wanita di dunia ini bisa merubah dirinya menjadi cantik”. Aku menatap langit dengan mata yang tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata, meyakinkan hati bahwa Tuhan itu Maha Adil dan menunggu keajaiban itu datang.

11 Februari 2001. Semua siswa bediri di lapangan upacara untuk mendengar pidato dari ketua Osis yang membuka acara Masa Orientasi Siswa. Hari ini aku sudah memasuki bangku Sekolah Menengah Atas. Kalian tahu, aku berhasil masuk SMA di kota sesuai dengan yang aku rencanakan 1 tahun lalu. Jauh dari rumah dengan lingkungan baru, teman-teman baru, suasana baru dan tentu aku berharap mereka tidak mengenal siapa itu Rosa. Karena salah satu tujuanku datang kesini adalah agar aku terlepas dari belenggu kecantikan Rosa yang menjadi kutukan bagiku.

Ternyata di sekolah baru, harapanku untuk menjauhkan kutukan itu gagal total dan hancur lebur. Aku malah ditakdirkan duduk sebangku dengan Lisa, siswi baru yang sepertinya merebut banyak perhatian lelaki di sekolah. Gadis dengan kerudung putih dan terlihat sangat anggun, hidungnya tidak terlalu mancung, sorot matanya tajam, alisnya tebal, dan kulit mukanya kuning langsat. Lagi-lagi para lelaki mendefinisikan gadis seperti ini dengan istilah cantik. Oh Tuhan sebenarnya apa maksud dari semua ini, aku merasa hanya berlari dari satu masalah ke masalah yang lain. Masalah yang selalu membuatku teraniaya karena berada di dekat wanita-wanita cantik ini.

ADVERTISEMENT

Kali ini sikapku biasa saja pada gadis cantik bernama Lisa ini, sepertinya aku sudah mengalami kelelahan untuk terus menghindar. Karena kemanapun aku menghindar pasti akan menemukan gadis seperti ini lagi. Gadis yang aku pikir seumur hidupku pun tidak akan bisa mengalahkan kecantikannya. Kecuali jika aku pergi ke planet kerajaan lelaki yang sama sekali tidak ada perempuannya kecuali aku seorang. Mungkin kelihatannya menarik atau malah sangat membosankan, karena ibarat perlombaan pacuan kuda hanya aku seorang pesertanya.

Beberapa lama aku mengenal Lisa, aku mulai tahu bahwa dia bukan gadis dari latar belakang ekonomi yang terbilang cukup. Lisa anak pertama dari 4 bersaudara yang kesemua adiknya perempuan. Ayahnya sakit keras selama 5 tahun dan ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Setiap hari ia membawa kue basah untuk dititipkan di kantin sekolah, dan kadang aku juga melihatnya begitu semangat menulis untuk dikirim ke majalah-majalah dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah uang. Belum lagi kegemarannya membaca dan mengumpulkan buku dari uang jajannya yang sangat terbatas. Aku mulai mengerti dia bukanlah gadis manja yang hanya bisa bersolek, senyum sana-sini untuk menarik perhatian atau bicara menggunakan logat sedikit manja dan halus agar lelaki senang mendengarnya.

Lisa mengenalkan padaku dunia kutu buku, mengajariku cara agar membaca buku tidak membosankan dengan menggaris bawahi, memberikan komentar dan memberikan pertanyaan setiap ada kalimat yang mengundang reaksi. Ternyata, trik-trik ini ia dapatkan dari cara Ir. Soekarno membaca buku. Jenis buku yang paling dia sarankan untuk aku baca adalah pengembangan diri dan agama. Dia berkata dengan membaca buku kita akan memahami banyak hal yang kadang tidak terpikir secara logika. Seperti bagaimana cara kita bergaul dengan tata karma yang baik, menjaga diri dan kehormatan, menghargai orang lain dengan tidak menggoyahkan prinsip hidup kita.
Tapi aku masih bertanya-tanya, apa yang membuat gadis ini memancarkan aura cantik yang begitu kuat? Ah dandanannya simple saja, make-up tipis hampir alami, bajupun bukan barang bermerek apalagi rancangan desainer ternama, itu sangat tidak mungkin dengan kondisi ekonominya saat ini. Hanya dia selalu mencocokkan antara baju dan kerudung dengan warna kulitnya sehingga terlihat pas dan anggun.
Aneh sungguh aneh, perempuan dengan penampilan sederhana seperti ini bisa memancarkan aura cantik seperti lilin yang menerangi gua ketika cahaya bulan redup. Senyumnya, tingkah lakunya, sikapnya, caranya menghargai orang lain begitu apa adanya, alami dan tidak dibuat-buat. Ketika dia marah pun akan menyampaikan kemarahannya dengan cara yang orang lain tidak merasa sakit hati. Sungguh ditengah-tengah era modern yang setiap gadis mengutamakan penampilan, warna rambut yang hampir dari semua warna crayon ada, baju kekecilan yang masih saja dipakai sehingga terlihat begitu aneh, bedak yang tebalnya hampir seperti tepung, aksesoris warna-warni dan bling-bling seperti lampu disko. Tapi Lisa, begitu sederhana dengan kecantikan hatinya yang sampai memancar ke wajahnya.

21 Juni 2005. Akhirnya pada tanggal itu aku harus berpisah dengan Lisa. Karena dia melanjutkan studi di kota yang berbeda denganku. Karena jaman itu alat komunikasi yang bernama handphone masih mahal, aku dan dia sudah jarang berkomunikasi lagi setelah kami sama-sama memasuki jenjang Universitas. Selamat berpisah kawan, 3 tahun menjadi temanmu membuatku mengerti cantik yang sebenarnya. Cantik yang tidak perlu direpotkan dengan jerawat di wajah, kulit harus putih, tubuh harus tinggi, berat badan ideal dan segala macam hal yang tampak dan hanya bisa dilihat oleh mata. 3 tahun membuatku mengerti bahwa biarlah hati yang cantik yang akan memancarkan kecantikan itu sampai ke wajah. Karena hakikat kecantikan sejati adalah sesuatu yang akan selalu bersinar meski terkena cahaya matahari, meski tergores debu, meski tertiup angin, meski tergerus jaman, meski terbawa umur. Dan hanya hati yang cantik yang bisa menerima dan memahami semua itu.

Hari ini, 11 April 2012. Aku mencoba kembali mengenang dan mengingat persahabatanku dengan Lisa yang membuatku sampai berada di titik ini. Terus belajar memahami dan memaknai hakikat kecantikan sejati.
“Nona marina, anda terkenal sebagai seorang penulis yang cantik dan berbakat di Indonesia. Dan terkenal selalu menolak sponsor make-up untuk menjadikan anda sebagai bintang iklannya. Apa benar begitu nona Marina?”, pertanyaan yang terlontar dari salah satu seorang reporter.
“Mungkin pertanyaan itu benar, karena saya hanya tidak ingin menjanjikan kecantikan yang tidak mungkin mereka dapatkan karena sudah menjadi korban iklan. Karena tempatnya cantik bukan hanya disini (menunjuk wajah) tapi sumbernya ada disini (menunjuk hati)”, jawabku sambil tersenyum.

SEKIAN

Cerpen Karangan: Dina Istiqomah
Facebook: Dina Az Zakie

Cerpen Cantik merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ketika Setangkai Bunga Mati

Oleh:
“ma, pa lihatlah pelangi itu indah banget ya, aku senang sekarang apa yang aku impikan bisa terwujud semua berkat kak Bunga” kata Mekar adik tiri aku. Kini aku sedang

My Online Friend

Oleh:
Hay. Aku ingin cerita. Sesuatu yang, ya aku ingin mengabadikan setiap kisah bersama mereka. Seseorang kau sebut sahabat. Bahkan saat kau merasa sendiri, mereka ada walau hanya via telepon.

Sepotong Ayam Goreng

Oleh:
“Bagaimana mungkin ayam goreng itu bisa menghilang sendiri” Mak Ijah berteriak kepada pelayannya, Aminah. Pemilik warung Ayam Geprek itu marah mengetahui ayam gorengnya menghilang dari kotak. “Tadi sudah saya

Semangat Ranika

Oleh:
Namaku Riani, umurku 15 tahun. Aku adalah anak tunggal dan sekarang aku tinggal bersama orang tuaku. Sejak kecil aku selalu di manja oleh orang tuaku, mungkin karena aku adalah

Sahabat Jadi Cinta

Oleh:
Hay kenalin namaku Zahra Indri, biasa dipanggil Zahra. Aku punya kakak bernama Doni Saputra, aku juga punya sahabat namanya Ilham fauzi. Dia tuh orangnya baik banget, aku sebenarnya sudah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *