Last Story

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 9 December 2020

“04 Agustus 2002 pukul 21.15, kamu lahir. Tangisanmu membawa kebahagiaan bagiku dan ibumu. Wajahmu cantik mirip ibumu. Setelah satu tahun menikah akhirnya kamu ada. Kamu yang membuat suasana rumah jadi ramai, dengan tangisanmu dan tawa ceriamu. “Annisa Azizah” yang artinya “Perempuan Mulia” nama itu kuberikan padamu. Nama yang menjadi doa untukmu, semoga kamu menjadi perempuan yang mulia akhlaknya, mulia ilmunya, mulia perkataannya, dan selalu memuliakan orang lain. Aku sangat bersyukur melihat kamu tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, cantik dan ceria.

Saat kamu duduk di bangku SD, kamu masih manja denganku atau ibumu. Aku sangat rindu tingkah manjamu itu. Kamu suka boneka, kamu suka eskrim, kamu suka balon, kamu suka kucing, dan kamu suka bermain dengan hujan.
Kamu tidak suka gelap, saat gelap tidak ada cahaya lalu kamu akan menangis dan menjerit, saat itu aku akan langsung memelukmu.

Saat kamu duduk di bangku SMP, kamu sudah lebih mandiri dan berani. Kamu anak yang berpretasi dan membanggakan aku dan ibumu. Kamu sering mengikuti lomba pidato, lomba puisi, lomba menyanyi, dan kamu selalu mendapat juara.
Kamu mulai menghabiskan waktu dengan teman-teman sekolahmu. Kamu juga sudah bercerita tentang laki-laki yang kamu sukai. Aku pernah bilang padamu
“Kalau Nisa mau pacaran boleh, yang penting jangan sampai mengganggu belajar dan sekolahmu”
Tapi kamu malah menjawab
“Enggak yah, Nisa belum mau pacaran dulu. Nisa mau fokus sekolah dan punya banyak prestasi”
Aku dan ibumu memelukmu dengan sangat erat.

Saat kamu duduk di bangku SMA, kamu menjadi remaja yang cantik. Banyak laki-laki yang mendekatimu. Tapi kamu tidak mempedulikan mereka, kamu hanya memikirkan sekolah dan prestasimu.

Dan saat itu adalah saat mimpi buruk itu terjadi. Ibumu yang sedang pergi ke pasar mengalami kecelakaan maut, dan itu merenggut nyawa ibumu. Aku kehilangan satu bidadariku. Kamu menangis aku memeluk menenangkanmu.

Suatu malam kamu memelukku erat, sambil menangis kamu berkata
“Aku sayang Ayah”
Aku balas pelukanmu dan menghapus air matamu.
“Kamu dan Ibumu adalah orang yang paling Ayah sayangi, dan meskipun kamu kehilangan Ibumu, kamu harus tetap tegar. Kamu harus tetap menjadi Nisa yang cerdas, ceria dan berani. Ayah selalu bersamamu, Ayah selalu mendoakanmu dan mendukungmu. Ayah sangat menyayangimu”.

Kamu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Denyut nadimu sudah tak berasa, nafasmu tak berhembus lagi, wajahmu pucat. Aku panggil-panggil namamu, aku tepuk-tepuk pipimu, kamu diam saja tak merespon. Aku menangis memelukmu.

Penyakit kanker itu merenggut nyawamu, aku kehilangan lagi satu bidadariku. Saat penyakit itu kambuh, aku selalu menceritakan kisah hidupmu, dan itu membuatmu merasa tenang. Dan sekarang, adalah menjadi cerita terakhirku untukmu. Kini aku hanya bisa melihat tempat peristirahatan terakhirmu, bersama ibumu di sampingmu.

Aku mencintai kalian bidadari-bidadariku. Semoga kalian tenang diaurga sana.

Cerpen Karangan: Munfarida
Facebook: idaa idoot (Munfarida)
Ini adalah kali pertama saya mengirim cerita saya. maaf kalau masih banyak kekurangan penulisan ceritanya. semoga bermanfaat saya tunggu kritik dan saran teman-teman sekalian.

ADVERTISEMENT

Cerpen Last Story merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Belenggu Tabir Kepalsuan

Oleh:
Jejak hujan masih membekas remang di antara rumput dan dedaunan. Helai daun yang gugur menyimpan sajak-sajak kepedihan. Nyiur melambai masih menyisakan gerimis di daun jendela. Menyingkap resah dalam hulu

Ku Rindukan Pelukanmu

Oleh:
Di tanah jawa saat itu, ada sebuah keluarga yang sangat berkecukupan bahkan, hampir bisa dibilang kalau keluarga ini adalah keluarga miskin atau orang tak punya. Panggil saja keluarga ini

Mrs. Perfect

Oleh:
Sempurna, itulah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan diriku ini. Setiap orang pasti mendambakan hidup seperti aku ini. Aku, seorang anak kecil yang lugu berumur 7 tahun. Hidupku sangatlah

Senandika (Part 1)

Oleh:
”Terima kasih, ya. Sudah berusaha menjadi bagian yang baik di bumi” Langit cerah meredup, menggantikan cahaya gemilangnya. Hitam dan abu-abu tiba dengan begitu cepatnya. Langit bersinar telah musnah menjadi

Friend and Boyfriend (Part 2)

Oleh:
Di kelas Hani masih memikirkan kata-kata Levin tadi. Memang benar Hani sangat membenci ibunya karena ibunya setahun yang lalu telah memarahi kakaknya yang gagal diujiannya dan membuat kakaknya bunuh

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Last Story”

  1. haidar says:

    ngenaaa

Leave a Reply to haidar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *