Saku Ra

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Jepang
Lolos moderasi pada: 1 August 2016

Aku berjalan sambil menikmati hembusan angin pagi yang menyapa kulitku. Aku berusaha tetap menujukkan senyumku pada mereka yang menyapaku. Mungkin aku gadis yang paling bodoh karena tetap mengharapkan seseorang yang bahkan tidak pernah melirik ke arahku sekalipun. Tak terasa air hangat bergulir turun membasahi kedua pipiku. Hatiku terasa sangat sakit, dan pedih jika terus memikirkannya. Ingin rasanya aku berteriak sekeras mungkin melepaskan kepedihan hatiku ini.

Seringkali aku berusaha untuk menyakinkan diriku untuk bisa melupakannya, namun semuanya nihil. Aku tak bisa lepas dari bayang-bayangannya sekalipun aku ingin melupakannya. Wajahnya yang begitu sangat tampan, suaranya yang selalu menghiasi gendang telingaku membuatku semakin terperangkap dalam kisah cinta tak berbalas ini.

“Apa kau masih memikirkannya? Kapan kau bisa melupakannya?”

Aku hanya diam mendengar perkataan Yuki. Yuki adalah sahabatku sekaligus saudaraku yang sangat aku sayangi walaupun ia sedikit keras kepala dan bawel tapi ia sangat dewasa dalam menghadapi segala macam masalah. Aku dan Yuki sudah berteman sejak kami masih SD sampai sekarang kita sudah menginjak kelas 3 SMA.

“kau pikir mudah melupakan seseorang yang sampai saat ini masih kita sayang? Sekeras apapun aku mencoba tapi tetap saja aku tidak bisa” balasku sambil menoleh ke arah Yuki yang berdiri tepat di sampingku. Ia hanya tersenyum miris padaku sambil sesekali menepuk pundakku. Aku dan Yuki pun melanjutkan perjalanan kami yang sempat terhenti tadi. Kami berjalan ke sekolah tanpa ada lagi percakapan yang keluar dari mulut kami masing-masing. Mungkin Yuki lelah menasehatiku.

Saat sampai di sekolah Yuki pamit untuk ke toilet sebentar dan menyuruhku untuk pergi ke kelas lebih dulu. Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kelas yang berada di lantai dua. Aku melihat Saku sedang membaca bukunya di dekat anak tangga. Saku, ia adalah pria yang selama ini mengunci tatapanku dan mengunci hatiku. Aku memberanikan jalan di depannya namun ia tak sedikitpun menoleh ke arahku ataupun menyapaku. Hatiku terasa sakit, mataku mulai berkaca-kaca namun aku usahakan untuk tidak menangis.

Aku menaruh kepalaku di atas meja sambil memejamkan sejenak mataku yang terasa perih. Hatiku masih terasa sakit, ingin sekali aku menangis sekencang mungkin namun aku harus tetap terlihat kuat agar Saku tak menganggapku lemah. Setelah memejamkan mataku beberapa menit, aku beranjak dari tempat dudukku lalu pergi ke luar kelas untuk mencari Yuki. Aku berdiri di depan kelasku dan melihat Saku yang tengah asik mengobrol dengan teman-temannya.

“Bahkan mereka beruntung bisa mengobrol sekaligus tertawa dengan Saku” gumamku. Aku melihat Saku tertawa lepas, aku sangat bahagia bisa melihatnya seperti ini.

“Apa yang kau lihat?” Tanya seseorang.
Aku menoleh ke arah sampingku dan terlihat Yuki sedang memandangiku dengan wajahnya yang sangat lucu itu.

ADVERTISEMENT

“Aku hanya melihat dia” balasku lalu masuk ke dalam kelas.

Yuki lalu duduk di sampingku lalu memberikan aku permen karet. Yuki tak bertanya apapun lagi padaku ia hanya diam sambil membaca catatannya.

Siang ini aku harus terpaksa pulang sekolah sendiri, Yuki ada janji dengan pacarnya. Beruntung sekali dia, dia bahkan bisa memiliki seseorang yang ia cintai. Aku memutuskan untuk pergi ke taman dekat sekolahku. Aku ingin sekali melihat bunga-bunga sakura yang bermekaran di musim semi ini. Saat sampai disana aku segera mengabadikan momen-momen indah ini dengan kamera handphoneku. Banyak sekali orang-orang yang menyukai bunga sakura ini termasuk diriku. Karena selain warnanya yang bervariasi tapi bunga sakura ini juga seringkali dijadikan simbol perempuan, kehidupan, kematian, kesedihan, keberanian, dan juga ikatan antara manusia. Bunga sakura yang ada di Kyushuu ini hanya mekar di pertengahan bulan Maret. Namun bunga sakura bagiku adalah bunga yang sangat menyedihkan, mereka hidup hanya bertahan 1 sampai 2 minggu dan itu menandakan bahwa kehidupan dan kebahagiaan hadir hanya dengan waktu yang begitu singkat. Lalu aku menatap kembali bunga sakura yang pohonnya tepat berada di depanku. Aku tersenyum miris dan membiarkan air mataku turun membasahi kedua pipiku.

“Kasihan, keindahanmu hanya dilihat untuk sebentar.” Lirihku.

“Andai musim semi berikutnya aku bisa melihatmu mekar dengan Saku, pasti itu hal yang sangat menyenangkan.” Lanjutku.

Aku berbalik badan bermaksud untuk pergi dari taman itu namun langkahku terhenti ketika di seberang sana aku melihat Saku sedang berdiri sambil memandangi bunga sakura yang sedang bermekaran. Entah sebuah keajaiban apa sehingga aku bisa melihatnya disini.

“Saku, artinya ‘Mekar’ dan saat ini juga aku melihat pria yang bernama Saku ada di hadapanku. Senyuman manisnya membuat hatiku kembali mekar layaknya bunga Sakura yang sedang bermekaran dimusim semi ini”. aku tak henti-hentinya memandangi Saku dari jauh, kulihat senyum manisnya yang menggetarkan hati ini. dia terlalu indah hingga aku sulit menggapainya.

“Apa kau serius?” aku terkejut dengan apa yang baru aku dengar. Saku akan pindah ke Tokyo dan itu berarti aku tidak bisa melihatnya lagi. Hatiku kembali menangis, hatiku seakan tercabik-cabik sehingga membuat hatiku lebih sakit. Dadaku terasa sesak, air mataku lagi-lagi turun dengan begitu derasnya. Sepanjang pelajaran Oyaka-sensei aku tak begitu memperhatikannya, bagaimana bisa aku memperhatikannya kalau saat ini hatiku sedang dilanda rasa gelisah dan takut. Sampai akhirnya pelajaran pun selesai, aku segera keluar kelas dan berlari pulang. Ini sudah hampir dua minggu aku tak pergi ke taman pasti hari ini bunga sakura akan berguguran.

Aku berdiam diri sambil menatap bunga sakura yang sedikit demi sedikit berjatuhan. Malang sekali nasib bunga sakura ini, ia tumbuh hanya untuk memberi kebahagiaan sesaat kepada orang-orang termasuk kepada diriku.
“Rayusa, ogenki desu ka?” terdengar suara dari arah belakangku, aku serasa mengenali suara ini. aku segera menoleh ke belakang dan tepat sekali dihadapanku telah berdiri seorang pria yang kukenali namanya namun tak pernah sama sekali aku menyapa atau mengobrol dengannya.

“Saku…?” aku tak percaya. Orang yang ada di hadapnku ini adalah Saku, seseorang yang aku cintai dalam kebisuan, yang aku lihat dalam kesunyian dan yang aku doakan dalam keheningan malam.

“Sudah lama aku menyukaimu, aku seringkali melihatmu di sekolah dan dua minggu yang lalu aku pun mengikutimu kesini untuk melihat bunga sakura yang bermekaran. Melihat wajahmu yang begitu senang membuatku semakin jatuh cinta padamu namun aku tidak berani mengakuinya karena aku takut aku akan menyakitimu” ucapnya padaku. Matanya dan mataku saling bertemu satu sama lain dan kulihat matanya memancarkan ketulusan. Aku tak sanggup, aku kembali lagi menangis namun tangisan kali ini berbeda. Aku menangis karena bahagia mendengar pengakuan dari seseorang yang kutunggu kedatangnnya.

“Aku juga sudah lama menyukaimu namun aku takut untuk mendekatimu” balasku. Saku memberikan beberapa surat kepadaku dan memintaku untuk membacanya dirumah.

“Besok aku akan pergi ke Tokyo dan mungkin akan menetap sementara disana” ucapnya yang membuat hatiku kembali sakit. Aku menahan isakku dan membiarkan tangisanku ini kembali pecah dan dengan hangatnya ia memelukku membiarkan aku menumpahkan segala kepedihanku didalam dekapannya.

Beberapa bunga sakura berjatuhan dan mengenai tubuhku. Hatiku semakin sakit dan rasanya ingin sekali berteriak tapi mulutku terlalu kaku, seluruh tubuhku terkunci dalam dekapan Saku. Aku melepaskan pelukkannya dan melihat bunga sakura yang berguguran, akankah nasib cintaku sama seperti bunga sakura ini? tumbuh lalu menghilang dengan cepatnya sehingga meninggalkan jejak kepedihan yang begitu dalam untuk mereka yang melihat dan untukku yang merasa kehilangan.

“Kapan kau akan kembali?” tanyaku pada Saku.

“Aku tidak tahu kapan…” balasnya.

“Tapi aku akan kembali untukmu” lanjutnya menyakinkanku.

Hembusan angin menyapa kulitku, sinar mentari yang begitu hangat seakan-akan menyelimuti tubuhku ini. Musim semi kali ini adalah musim semi ketiga yang menjadi saksi bahwa aku masih menunggu Saku untuk kembali. “Saku, ogenki desu ka? Aitakatta desu” lirihku sambil menatap langit yang Nampak begitu cerah.

“Kau masih menunggunya?” Tanya Yuki padaku. Aku menoleh ke arahnya lalu kuberi ia senyum bahagiaku.

“Iya masih, aku yakin penantianku ini akan memberiku akhir yang paling bahagia” balasku mantap.

“Cinta selalu saja menimbulkan harapan dan penantian yang entah seperti apa akhirnya”

“Aku pergi…”

“Kau mau kemana Rayusa”

“Ke taman, hari ini bunga sakura akan bermekaran” balasku.

Kuncup bunga sakura sudah mulai bermekaran dan memperlihatkan mahkota indah yang mereka miliki. Aku tersenyum menatap keindahan ini, aku tak pernah bosan untuk menyaksikan hal indah seperti ini. karena bunga sakura hanya tumbuh satu tahun sekali jadi tak ada salahnya untuk mengabdikannya dengan kamera handphoneku.

“Bukankah menanti itu hal yang sulit?” Tanya seseorang yang berdiri tepat disampingku.

“Benar, tapi dari sebuah penantian akan ada hasil yang membahagiakan”
“Kau bahagia?”

“Tentu, karena seseorang yang aku tunggu selama ini telah datang dan menepati janjinya”

“Aitakatta desu..”

“Aku juga merindukanmu…”

Aku tersenyum bahagia pada seseorang yang berdiri tepat disampingku, ia adalah Saku pria yang selama ini aku tunggu kedatangannya. Aku dan dia saling menatap satu sama lain dan tertawa lepas di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran itu. Aku tahu menanti itu adalah hal yang sulit, tapi aku juga yakin menanti tidak selamanya membawaku kepada kebodohan namun menanti itu adalah salah satu cara untuk mengasah kesetiaan kita. Dan aku berhasil membuktikan kepada Saku, bahwa aku tulus dalam mencintai dan menantinya.

“Halo Saku, aku Rayusa seorang wanita yang mencintaimu dalam diam dan menantimu dalam kesunyian” ucapku pada Saku.

“Hallo juga Rayusa, aku Saku seorang pria yang mencintaimu dengan tulus dan seseorang yang ingin membuatmu bahagia” balas Saku seraya memelukku.
Dan penantianku selama ini telah berakhir tanpa memberika luka untuk si penantinya. Meski bunga sakura hanya tumbuh untuk sementara waktu, tapi tidak dengan cintaku ini. Nasibku jauh berbeda dengan nasib bunga sakura.

-END-

Cerpen Karangan: Selvilla Apriani
Blog / Facebook: https://www.blogger.com/profile/15902118956289377920 / Selvilla Apriani

Facebook: Selvilla Apriani (Rachel Park)
Nama: Selvilla Apriani
Twitter: @SelvillaApr
Blog : Selvilla Apriani (https://www.blogger.com/profile/15902118956289377920)

Cerpen Saku Ra merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kemenangan Ku Untuk Mu

Oleh:
“Aku pulang!” “Selamat datang Onee-chan!” Yap inilah aku, Daisuke. Hidup bersama dengan adikku yang manis dan imut. Namanya Lily. Sambil bersandar di sofa, aku mengambil remote TV dan mulai

My Destiny (Part 3)

Oleh:
Esoknya, aku bangun dari tidurku yang panjang. Kulihat jam, jam 6 pagi! Untung aku bangun jam segini, soalnya hari ini aku akan mulai sekolah! Aku langkahkan kakiku keluar kamar.

Dying Wish (Part 1)

Oleh:
Saekokuchi Tsukasa adalah perempuan yang misterius. Itulah impresi awalku saat pertama kali kenal dengannya. Tidak, mungkin bahkan saat aku pertama kali melihatnya. Dan jika ditanyakan, sampai sekarang pun kesanku

Yume Monogatari

Oleh:
Angin bertiup lembut di siang panas nan terik, membuatku bisa merasakan sedikit rasa sejuk di saat badan ini terasa terbakar oleh matahari. Aku terus berjalan tergesa-gesa, berusaha secepat mungkin

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *