Rindu Dalam Angan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 23 January 2017

Cinta tak pernah salah, hanya saja kadang waktunya yang tidak tepat. Cinta tak bisa memilih kepada siapa ia berlabuh. Namun cinta bisa menentukan kemana ia akan membawa si pemiliknya pergi. Untuk meneruskan cintanya, atau mengubur dalam-dalam seluruh rasa yang ia miliki. Seperti aku, Aku mencintaimu disaat semua terasa beku, saat semua rinai hujan telah berubah menjadi salju. Aku yakin, rasa ini tak pernah salah, hanya saja, harapan yang membuat semua ini terasa menyakitkan

Aku tak tau mengapa aku bisa berada di ruangan ini, bersama murid-murid cerdas dan penuh semangat. Aku rasa, aku salah masuk di ekstrakurikuler ini. Dari sekian banyak orang, mungkin hanya aku yang memiliki otak pas-pasan. Lamunanku buyar seketika kala seorang laki-laki menyapaku dengan halus. “Hai, mau daftar ekstrakurikuler karya ilmiah?” sapa laki-laki itu sambil tersenyum. “Hei, aku ngajak ngomong kamu lhoo, kok malah ngelamun? Yang lain udah pada ngisi formulir lhoo, sedangkan kamu? Mengambilnya pun belum kamu lakukan.” Katanya sambil tertawa. “Iya kak maaf ya” jawabku. “nih formulirnya, dan ini absensinya, lain kali jangan suka ngelamun, nggak baik lhoo” Timpalnya. “Kamu dari SMP 45 kan? Kayanya dulu aku sering ngeliat kamu.” Aku hanya mengangguk sambil menyerahkan formulir. “Perkenalkan, aku Azzam, ketua ekskul ini. Nama kamu siapa?” “Zahra kak” jawabku. “Aulia Azzahra ya? Aku panggil Rara aja boleh nggak? Biar lebih simpel.” Kata kak Azzam sambil membaca buku absensi yang aku serahkan. Aku hanya mengangguk sambil tersipu malu.

Hari ini terasa sangat melelahkan. Kegiatan sekolah yang padat, ditambah ekstrakurikuler yang sangat membosankan. Bicara ekskul tadi siapa ya laki-laki tadi? sepertinya wajahnya nggak asing. Oh iya aku baru ingat, bukannya dia kakak kelasku dulu di SMP? Peraih UN terbaik di sekolahku. Lho, ngapain aku mikirin itu. Sudahlah lupakan. Aku pun mengambil handphone di laci mejaku, dan melihat ada satu pesan dari akun facebookku.

Azzam: Ini kamu kan dek?
Siapa dia? Perasaan aku nggak kenal.
Aulia Zahra: Ini siapa ya?
Azzam: Ini aku, Azzam. Kakak kelasmu.
Deg, darimana dia tahu akun facebookku? Sudahlah, abaikan saja. Lagian gak penting juga kan. Mendingan belajar aja deh.

Aku memang tak pernah mendengarkan saat guru menerangkan di sekolah. Namun, bukan berarti aku tak pernah belajar. Bagiku lebih baik langsung membaca bukunya daripada mendengarkan. Karena nyatanya aku tak pernah paham saat guru menerangkan. Menyebalkan memang.

“Zahra, bangun, sudah pagi. Mau sekolah kan?” Teriak Ibuku membangunkanku.
“Iya bu, udah bangun kok.” Jawabku.
Aku pun berjalan ke kamar mandi dan berangkat sekolah.
“Bu, berangkat dulu ya, Assalamualaikum”
“walaikumsalam” Jawab Ibuku.

Aku mengambil sepeda kesayanganku dan bergegas berangkat sekolah. Setelah memarkirkan sepeda, aku bergegas masuk ke dalam kelas. Tiba-tiba ada seorang yang menepuk pundakku. “Pagi Zahra” Sapa teman sebangkuku, namanya Maudy. “Pagi” Jawabku sambil tersenyum. “Udah belajar belum? Kata kelas lain, Pak Joko guru matematika kita minggu ini lagi seneng banget ngadain ulangan dadakan. Gak tau apa muridnya punya otak pas-pasan gini.” Gerutu Maudy. “Tenang aja, aku udah belajar kok, santai aja oke?” Jawabku menenangkannya. “Makasih Zahra, kamu emang baik deh, tau aja kalo aku paling sebel sama matematika, nanti jangan lupa kasih tau jawabannya ya.” Kata maudi sambil tersenyum. Yah, begitulah dia, menurutku mungkin dia tidak pernah ada niatan untuk sekolah. Buktinya, belajar pun tak pernah ia lakukan.

Hari ini cukup melelahkan, ulangan dadakan ditambah ekskul Karya Ilmiah yang harus kuikuti. Huh, kapan bisa istirahat kalo kaya gini? Gerutuku pada diriku sendiri.

“Rara kan? Ayo ke ruang 8, yang lain udah pada kumpul lho” kata Kak Azzam sambil berjalan mendahuluiku. Melihatku masih berdiam diri ditempat. Kak Azzam kembali kearahku.
“lho? Kok masih di sini? Ayo.” Kata Kak Azzam sambil menggandeng tanganku. Aku hanya diam sambil mengikutinya. Sampai di ruangan itu, semua orang melihatku, dan betapa bodohnya aku baru menyadari bahwa kak Azzam masih menggandeng tanganku. “Maaf kak” kataku sambil melepaskan tangannya. “Eh iya, maaf ya” sahut Kak Azzam.

Pembahasan materi pun dimulai, kali ini pengisi materinya adalah kak Azzam sendiri, dan baru aku sadari, ternyata Kak Azzam inilah ketua dari ekstrakurikuler ini. Sangat hebat bukan? Seorang laki-laki yang biasanya sering bolos saat sekolah, dia malah muncul dengan segudang prestasi yang gemilang, sangat luar biasa. Dan sejak saat itu, baru aku sadari bahwa aku mengaguminya.

ADVERTISEMENT

“Oke, cukup sekian pembahasan materi kali ini. Apa ada yang mau ditanyakan?, kalau tidak ada yang mau ditanyakan, materi hari ini saya cukupkan saja. Sekian. Silahkan pulang, hati-hati di jalan.” Aku pun mengemasi alat tulis dan segera keluar ruangan. Tiba-tiba kak Azzam memanggilku.
“Rara, bisakah kamu membantu membereskan kursi dan meja sebentar?” Kata Kak Azzam sambil tersenyum. “Iya kak, bisa” Jawabku sambil berjalan ke arah kursi yang bertumpuk dan membereskannya. “huh, selesai juga, kebiasaan murid-murid sini kalau udah selesai nggak pernah mau beresin dulu.” Kata Kak Azzam sambil menekuk mukanya. “Makasih ya Ra, kamu baik deh, udah mau bantuin aku.”
“Oh iya, kamu naik apa? Mau aku anter?” Tawar Kak Azzam kepadaku. “Nggak perlu kak, aku tadi naik sepeda kok, makasih ya tawarannya. Aku pulang dulu ya kak, Assalamualaikum” jawabku. “Walaikumsalam, eh Ra, tunggu bentar” Kata kak Azzam sambil berlari ke arahku. “Iya, ada apa lagi kak?” “enggak kok, hati-hati di jalan ya” . Jawabnya sambil tersenyum manis sekali. Tiba-tiba ada getaran hangat di hatiku. Aku tak tau perasaan apa ini. Yang jelas, aku tak pernah merasakan ini sebelumnya.

Hari minggu, ada perkumpulan karya ilmiah lagi di sekolahku. Bukan hal itu yang membuatku semangat hari ini. namun keberaddaan Kak Azzamlah yang membuatku sangat antusias untuk mengikuti pembahasan materi hari ini. Katanya, ada beberapa kakak kelas lain yang ikut mengisi materi juga. Entahlah, semoga tidak membosankan.
“oke adik-adik, kali ini kita tidak akan membahas tentang materi, kita Cuma mau kenal lebih baik sama kalian, anggota baru ekskul ini.” kata seorang kakak kelas wanita yang juga merupakan anggota karya ilmiah ini. “Oke, dimulai dari kakak ya, Nama kakak Ratih Puspitasari, kalian bisa panggil Ratih. Saya satu kelas dengan Dimas, 12 Akuntansi. Hobby membuat cerpen, cita-cita sebagai Akuntan.” Kata Kak Ratih memperkenalkan diri.
Lalu disambung kakak kelas yang lain dan teman-temanku yang lain. “Rara, sekarang giliran kamu.” Kata Kak Azzam sambil melihatku. “Nama Saya Aulia Zahra, biasa dipanggil Zahra.” Lho? Bukannya tadi Kak Azzam manggilnya Rara ya?” Sahut temanku sambil menatapku bingung. “Iya, dia Zahra, aku emang manggilnya Rara, biar beda aja sama yang lain.” Timpal Kak Azzam sambil tertawa. “Panggilan kesayangan ya?” Timpal kakak kelas yang lain sambil tertawa. “sudah, Rara lanjutkan” akupun melanjutkan perkenalanku tadi. “hobby saya Blogging, cita-cita apoteker.”
“Lho? Kok aneh, nggak nyambung banget ya, masuk jurusan akuntansi, hobby nya blogging, cita-citanya apoteker? Kenapa nggak masuk SMA atau setidaknya jurusan Teknik gitu? Ya sudah gak papa. Terimakasih Zahra.” Kata Kak Azzam.
Baiklah, saya rasa perkenalan hari ini saya cukupkan. Terimakasih atas perhatiannya, kurang lebihnya saya mohon maaf, sekian. Kalian bisa pulang, hati-hati di jalan.

Hari itu, menjadi titik balik perasaanku. Perasaan yang sebelumnya penuh dengan harapan, semuanya sirna begitu saja. Perempuan itu datang dan tiba-tiba memeluk Kak Azzam. “Zam, aku kangen banget sama kamu, udah lama kita nggak ketemu.” Kata perempuan iu sambil tersenyum bahagia. Kak Azzam hanya tersenyum sambil merangkulnya. “Vi, gimana kabarmu? Masih pacaran kan sama Azzam?” kata Kak Ratih. Perempuan yang dipangil Vivi itu pun hanya mengangguk. Tak kusadari, mata ini terasa hangat dan aku pun bergegas untuk pulang ke rumah.

Perasaanku campur aduk, kesal, kacau, marah, tapi semua itu tak ada gunanya. Siapa aku? Aku hanya seorang pengagum yang keberadaannya pun tak pernah terlihat. Untuk apa aku menangis? Semua ini juga salahku karena terlalu berharap padanya. Hari pun berlalu, tak terasa, perasaan kagumku padanya pun semakin dalam. Bahkan aku rasa, perasaan itu telah berubah menjadi rasa yang lain. Rasa yang harusnya tak kumiliki, yang seharusnya aku kubur dalam-dalam ketika aku menyadarinya.

Kala itu, saat hampir semua siswa sudah meninggalkan sekolah, Kak Azzam menghampiriku, memang saat itu aku masih berada di sekolah. “Ra maafkan aku, waktu itu aku melihatmu berlari dan pulang dalam keadaan menangis. Aku sudah berusaha mengejarmu, namun aku juga tidak enak pada Vivi. Dia jauh-jauh kesini Cuma untuk ketemu sama aku. Tapi aku nggak bisa membohongi perasaanku Ra, Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Namun, aku tidak bisa meninggalkan Vivi. Aku sudah berjanji pada keluarganya.” Kata kak Azzam sambil memelukku. Aku pun hanya terisak di pelukannya.

“andai kamu datang lebih awal Ra, sebelum aku bertemu dengan Vivi, sebelum aku berjanji pada keluarganya. Aku yakin, kamu ini pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku. Aku tau aku yang salah, aku telah membiarkan rasa ini tumbuh di hatiku, dan tak bisa menjaga diriku agar berusaha tak terlalu dekat denganmu. Namun aku tak bisa mengontrol diriku sendiri, aku selalu ingin dekat denganmu. Aku mencintaimu Ra, aku teramat mencintaimu sejak pertama kita bertemu.” Ucap Kak Azzam sambil menghapus air mataku. Aku pun hanya mengangguk dan segera pergi darinya. aku akan berusaha menjauh darinya agar tak ada yang merasa tersakiti.

Hanya berdoalah caraku untuk menggapainya. Menggapai seseorang yang tak mampu kurengkuh. Jika kita memang berjodoh, aku yakin Tuhan akan mempertemukan kita. Aku yakin, tulang rusuk tak akan tertukar. Hanya kesabaranlah yang dibutuhkan saat ini. setidaknya, aku tak mau mementingkan ego hanya untuk menuruti keinginan hatiku. Keinginan untuk memilikimu. Dan aku yakin ada rencana indah yang Allah tetapkan untukku, untuk Kak Azzam. dan untuk cinta kita berdua, meski kita tak harus saling memiliki. Biarlah rindu ini bersemayam dalam angan, angan yang mungkin tak akan pernah terwujud.

Cerpen Karangan: Khadhiqotul Fikriyah
Facebook: Khadhiqotul Fikriyah

Cerpen Rindu Dalam Angan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Friend Forever

Oleh:
“Will you merry me?” Hatiku berdegup cepat mendengarnya, tubuhku membeku dalam sekejap dan ingin sekali aku jawab, “Yes. I do”. Namun, pertanyaan itu ditujukan bukan untukku, melainkan untuk wanita

Sebatas Teman

Oleh:
Waktu berjalan bagitu cepat. Hingga dalam waktu 5 tahun rasanya sangat sulit untuk melupakan semua masa laluku. Apalagi sosok seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Pada suatu hari, aku

Kado Terakhir Untuk Penye

Oleh:
Penye. Begitulah aku memanggil gadis cantik yang pernah menjadi kekasihku tersebut. “Penye” berarti sipit yang diambil dari bahasa Sasak, Lombok–Nusa Tenggara Barat. Sedangkan nama asli gadis cantik tersebut adalah

Aku dan Dia (Part 1)

Oleh:
Rasanya masih terasa hangat sapaan-sapaan manis dari bibirmu kemarin, rayuan yang mampu membuat diri ini meleleh seketika saat kau bilang “i love u” untuk pertama kalinya padaku. Disaat itu,

6 Tahun Yang Lalu

Oleh:
Pandangan cinta tertuju kepada seorang laki-laki yang sedang melukis di halaman sekolah. Dia adalah raka. Seorang laki-laki yang sangat tampan dan juga menawan, banyak orang yang bilang kalau dia

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *