Mati?

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 1 July 2021

Pagi itu seperti biasa, tak ada yang spesial dipagi ini. Entah sudah ke berapa kali aku merasa terasingkan disini.
Dulu seingatku, aku tak pernah seperti ini. Membayangkannya saja sudah membuatku hampir menangis saja rasanya apalagi melakukannya.
Aku tidak tau apa alasannya mereka semua melakukanku seperti ini? Apa ini hari ulang tahunku? Sehingga mereka semua mengerjaiku? Tapi ini sudah keterlaluan…

“Pagi, Bu!” Sapa riang lelaki dari arah belakangku seraya melewatiku begitu saja lalu bercanda gurau dengan kedua orangtuaku. Dia Adik laki-laki kesayanganku tapi entah mengapa hari ini ralat sekarang dan selamanya dia akan mendiamiku persis seperti kedua orangtuaku.

Tes.

Satu tetes air mata turun begitu saja dari kelopak mataku dengan lihainya, kala melihat pemandangan didepanku. Harusnya aku juga ada disana namun percuma saja memanggil mereka semua, mereka semua tak akan mendengar.
Aku sudah mencoba ribuan kali memanggil mereka dengan teriakan nyaringku namun tak ada satupun yang ditanggapin oleh mereka. Sakit rasanya diasingkan seperti ini! Aku juga anak kalian! Bukan anak buangan!

Aku menoleh ke arah samping tepat dimana Ayahku berada sembari menyeruput kopi. Ayah! Ini putrimu, putri yang selalu kamu banggakan dan kamu manjakan! Mengapa kamu meperlakukanku seperti ini? Kenapa Ayah?

Kini aku beralih menatap ke arah Ibuku yang sedang menyiapkan makanan untuk Adikku. Bu… aku ingin dipeluk sekarang! Mengapa Ibu juga ikutan mendiamiku?

Sekarang aku menatap ke arah Adikku berada, nafasku memburu, air mata sudah tak dapat dibedung lagi. Adik! Kamulah satu-satunya harapan keluarga ini… jaga Ibu dan Ayah ya? Kakak sayang kamu.

Aku lantas berlari dari sana dengan diiringi beberapa air mata yang terus saja keluar. Aku sudah tak bisa hidup seperti ini lagi! Aku sudah mencoba bunuh diri tapi esoknya aku malah masih berada di atas kasur.
Aku benci hidup seperti ini! Mengapa ini semua terjadi padaku? Apa salahku? Sebenarnya penyebabnya apa!

Langkahku berhenti lalu menoleh ke belakang seketika aku tersenyum miris saat tak ada satu pun dari mereka yang mengejarku lalu mengatakan kalau ini semua adalah prank.
Bodoh! Memangnya apa yang kuharapkan? Ini semua tak akan berakhir, mereka semua telah berubah…

Dengan langkah lesu aku berjalan menuju sekolahan, membiarkan baju dan keadaanku terbilang jauh dari kata baik-baik saja. Biarkan saja, toh mereka semua tak akan bisa melihatku.

ADVERTISEMENT

Aku masih saja berjalan melalui banyak murid yang sudah bergosip ria seperti biasanya, aku juga ingin seperti itu…
Namun percuma saja…
Sekuat apapun aku berteriak mereka semua tak akan bisa mendengarku.

“Teman…”
“Mati…”
“Hihihi, kasihan…”
“Teman…”
Bising-bising nyaring itu terdengar amat jelas di telingaku. Aku berjongkok menutup kedua telingaku sambil menutup kedua mataku erat-erat.
Selalu saja bisik-bisik itu yang terdengar, aku bukan gadis indigo! Mengapa aku bisa melihat hantu? Sejak kapan mata batinku terbuka? Dan mengapa mereka semua selalu saja mengucapkan kata yang sama!

“HENTIKAN!” Teriakku nyaring, namun malah bisik-bisik itu semakin terdengar kini sambil disertai beberapa kekehan dari mereka.
Aku menangis sejadi-jadinya, hidupku sudah hancur lebur! Mengapa masih diberi tambahan seperti ini?

Disela-sela tangisanku, tiba-tiba pundakku ditepuk seseorang. Aku lantas mendongak dengan wajah sembab.
“Ikut aku.” Akhirnya ada juga yang bisa melihatku! Dia tak mendiamiku!
Aku senang bukan main lantas mengikutinya dengan langkah riang, berharap pria asing berkacamata itu dapat menjelaskan semua situasi yang kujalani ini.

Pria itu membawaku di belakang gudang yang sepi.
“Apa kamu ta-” Ucapanku diputus olehnya.
“Kamu sudah mati.” Tiga kata tapi mampu membuatku diam membisu.

Jadi selama ini aku… oleh karena itu mereka semua berbicara ‘Teman’ lalu ‘Mati’? Dan keluargaku…
Untuk sesaat aku terdiam dengan raut muka yang tidak dapat dideskripsikan.

“Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan? Hingga kamu sendiri tidak tau bahwa kamu sudah mati?”
“Aku mati?”
“Ya, aku sudah mengikutimu kemarin. Aku ingin memberitaumu tapi timenya selalu tak tepat, kamu selalu menangis. Aku jadi tak tega mengucapkannya.”

“Kamu bohong kan!” Elakku dengan emosi yang meledak-ledak. Semoga saja ia mengatakan bohong lalu aku bisa memukulnya sambil tersenyum senang.
“Tidak, aku indigo. Aku bisa melihat arwah-arwah disekitar sini begitu juga denganmu.”

Ucapan itu mampu membuatku jatuh terduduk dibawah. Kedua kakiku lemas layaknya jelly. Perlahan air mataku mengalir. Tak ada raut wajah sedih atau apapun yang ada hanya raut wajah sedih.

Aku ingin berlari lalu berteriak ke arah manusia-manusia disini tepat pada telinga mereka bahwa aku tak suka seperti ini, hentikan saja prank ini. Namun aku ingat sesuatu…
Kejadian lampau yang membuatku kembali terisak.

Cerpen Karangan: Dewi
Blog / Facebook: Dewi fatmawati

Cerpen Mati? merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kerinduan Terindah

Oleh:
Misool, Agustus 2006 Suara deburan ombak memecah kesunyian malam ini. suara patroli para tentara itu, bersahut-sahutan di radio. Adri malam ini ditugaskan hanya untuk menjaga pos, tidak sampai berpatroli

Ghosts in The Sanatorium

Oleh:
Spittle, Jenny, dan Eliza adalah 3 sahabat yang suka menyelidiki hal-hal yang berbau mistis. Tiga sahabat ini dikenal sebagai IMMC yang artinya: Investigator Matters Mystical Club. Mereka sering masuk

Apakah Kau

Oleh:
Sudah seminggu sejak jadianku dengan Romi aku mulai merasakan kejanggalan-kejanggalan yang menurutku tak masuk akal. Aku merasakan perubahan Romi yang tiba-tiba. Mulai dari yang selalu menatap ke cermin dan

Senandika (Part 2)

Oleh:
Sesampainya di kampus, rasa mual yang kurasakan semakin parah. Kuputuskan untuk meminum obat maag, katanya ada obat yang tidak bisa dicerna baik oleh lambung dan harus dibantu oleh obat

Wake Me Up

Oleh:
Jakarta, 19.34 WIB. Gadis itu menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Seolah-olah ada hal buruk yang baru menimpanya. Lima menit yang lalu. Ia merasakan aliran deja vu menghampiri hidupnya.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *