The Setan is Gagal Move On

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Gokil, Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 1 October 2016

Sore itu pemakaman Chelsea penuh dengan nuansa hitam. Nyaris semua pelayat memakai pakaian serba hitam. Cindai tahu bahwa gadis itu mengalami kecelakaan lalu kehabisan darah sewaktu operasi. Cindai adalah salah satu musuh Chelsea. Cindai membenci Chelsea karena, Chelsea adalah kekasih dari Bagas, lelaki yang ia suka selama dua tahun. Chelsea juga tidak suka kepada Cindai. Hampir setiap bertemu pasti mereka adu mulut.

“Sabar ya, Gas. Semua ini pasti ada hikmahnya,” ucap Cindai lalu menyentuh bahu Bagas yang sedari tadi masih menatap makam kekasihnya.
Bagas hanya terdiam membisu. Lelaki itu tampaknya masih belum menerima dengan lapang dada.
‘Sebenernya kasihan juga sih, Chel, walaupun lo musuh gue, tapi gue akan selalu doain lo,’ ucap Cindai dalam hati. ‘Doain gue juga ya? Gue mau ngegebet pacar lo, eh mantan pacar lo,’ batinnya lebih lanjut. Tiba-tiba ia seperti melihat sosok Chelsea yang berada di dekat Bagas juga. Lalu Cindai segera mengucek matanya, berharap itu adalah halusinasinya belaka. Dan sosok Chelsea itu, hilang.

“Gas, gue tinggal enggak apa-apa ya? Lagian gue udah anter lo nih sampe rumah lo, lo enggak apa-apa kan?” tanya Cindai.
“Tinggal gue aja Ndai, makasih udah nemenin dan nganterin gue dari pemakaman,” jawab Bagas yang masih terlihat murung.
Cindai merasa iba padanya. “Besok gue dateng lagi ke sini, lo jangan sedih. Lo harus belajar menerima, terkadang takdir harus menyuruh manusia untuk bersabar. Lo harus sabar, Gas. Biarin Chelsea tenang di sana, ya udah gue balik dulu. Jaga diri lo,” Cindai mulai beranjak pergi dari situ.
Cindai tahu bagaimana perasaan Bagas saat ini. Hampa, sedih, kehilangan, rindu. Sesampainya di rumah, gadis itu langsung mencuci mukanya lalu berkaca di cermin. Alangkah terkejutnya ia melihat Chelsea di cermin itu. Lalu ia menoleh ke belakang, memastikan itu halusinasi atau tidak. Ternyata Chelsea masih ada di sana! “Chel, plis jangan ganggu gue. Gue enggak ganggu,” kaki Cindai mulai bergetar.
“Ndai, Lo masih musuh gue kan?” kata Chelsea.
BRUK!!! Cindai pingsan di tempat, karena ketakutan.

Cindai bangun melihat dirinya sudah ada di kamarnya. Ia sempat berpikir kejadian tadi adalah sebuah mimpi buruknya. “Untung cuma mimpi!”
“Mimpi apaan?” tanya sesosok perempuan yang berdiri di depannya.
“Chel?” Cindai gemetar.
Chelsea berdecak. “Sumpah deh Ndai! Gue tadi bawa lo dari wastafel ke kamar lo! Lo kenapa pingsan? Bukannya lo sering ngejek-ejek gue?”
Cindai mengumpulkan keberaniannya. “Chel, bukannya lo udah… is dead ya?”
“Iya nih, dan gue masih belum bisa move on sama Bagas! Dan awas lo kalo lo deketin Bagas! Bagas hanya milik putri Chelsea the one and only,” kata Chelsea dengan gayanya.
Cindai terlihat sudah berani. “Ya elah, udah jadi setan aja belagu lo? Emang lo pikir gue takut sama lo! Pokoknya gue harus jadi pacarnya Bagas! Sekalipun gue jambak-jambakan sama setan belagu kayak lo!”
Chelsea berdecak. “Ck, gue kan setan cantik! Jadi setan tetep cantik! Nah lo, manusia jelek! Jelek lo!” Chelsea menjulurkan lidah.
“Yah, gini-gini jelek-jelek manusia, nah lo cantik-cantik tapi setan! Mana ada yang mau? Lo ke sini mau apaan?” tanya Cindai.
“Oke, gue belum tenang. Karena gue masih belum bisa mup on! Dan gue mau bilang ke lo ya Cendol! Jangan deketin bebeb Bagas!” larang Chelsea dengan menunjuk Cindai.
Cindai bangun lalu berdiri tepat di depan Chelsea. “Ih, apaan sih lo! Setan aja belagu! Pokoknya Bagas harus jadi punya gue! Lo pergi aja ke alam lo sana! Hush! Gue usir cantik tau rasa lo! Dasar kuntiljomblo!”
“Gue? Kuntiljomblo? Kuntilanak keles! Pacar gue kan bebeb Bagas,” ucap Chelsea.
“Lu kan udah putus mati sama Bagas! Nah maka dari itu lo gue sebut kuntiljomblo, karena lo jomblo! Udah ah usir cantik, hush-hush sana!” ucap Cindai.
“Eh, lo mah enggak bisa diajak kompromi dikit!” Chelsea ngambek.
Cindai menaikkan alisnya. “Eh Chel, kalo gue liat di film-film, setan tuh kalo dipegang nembus, kira-kira lo nembus enggak ya kalo dipegang?”
Chelsea mengangguk. “Enggak tau lah gue.”
Cindai mulai meraih Chelsea, namun, tidak bisa. Tangannya seperti memegang angin. “Oh iya betul, bener, bener. Bener kalo yang di film itu. Tapi ini setannya lebih nyebelin!”
“Ish! Awas lo kalo deketin my bebeb lagi!” larang Chelsea.
“Apaan sih?! Lagian gue enggak takut sama setan kayak lo! Udah sana pergi!” suruh Cindai.
“Nanti gue bakal ke sini lagi! Awas lo kutu kupret!” Chelsea langsung menghilang begitu saja di depan Cindai.
‘Gue sebenernya takut sih. Tapi gue rela ngelawan hantu demi doi gue, Bagas,’ umpat Cindai dalam hati.
Memang kejadian tadi seperti tidak masuk di akal sehat manusia. Tidak logis. Tapi itulah kenyataannya, Chelsea, setan belum move on.

Keesokan harinya, Cindai datang ke rumah Bagas yang sesuai ia janjikan tadi. Kali ini gadis itu terlihat membawa sesuatu.
“Gas?” Cindai menemukan Bagas yang tertidur lelap di sofa. Terlihat lelah sekali. Mungkin ia tidak bisa tidur semalaman. Dan pakaiannya masih sama seperti pakaian yang ia terakhir pakai kemarin. Cindai menghampiri Bagas. “Gas, bangun. Lo mandi dulu,” Cindai membangunkan Bagas dengan nada halus.
Bagas mengerjap. “Huh?” ia membuka matanya. “Ndai, Chelsea mana?”
Lagi-lagi dirinya merasa iba pada Bagas. “Gas, gue mohon lo move on dari semua ini. Lo ikhlasin Chelsea. Sekarang lo mandi, gue bawain bubur ayam buat lo sama gue. Nanti kita makan.”
Bagas mengangguk. Matanya terlihat sangat lelah dan tubuhnya lesu.
‘Kasihan si Bagas… semoga doi cepet ikhlasin Chelsea,” batinnya sembari duduk di sofa.

Setelah menunggu sepuluh menit. Bagas datang dengan mengenakan pakaiannya yang baru. Tubuhnya terlihat lebih fresh dari sebelumnya.
“Dapur kamu di mana Gas? Aku mau tuangin bubur ini ke mangkok,” tanya Cindai celingukan.
Bagas tidak menjawab. Hanya menunjuk ke arah kanan.
Cindai pun berjalan ke arah yang ditunjuk Bagas tadi. Ia segera mengambil dua mangkok dan dua sendok. ‘Eh, gue kok kebelet ya? Gue ke kamar mandi dulu deh,’ batinnya lalu pergi mencari kamar mandi di rumah Bagas.

*CLING* Chelsea muncul di dapur Bagas. “Ish! Apaan nih, bubur? Sok perhatian banget sih Cindai sama bebeb! Sok cari muka! Padahal mukanya udah jelek, masih cantikan Chelsea bangetlah. Gue kerjain baru tahu rasa lu!” Chelsea mulai melakukan sesuatu pada salah satu bubur di mangkok tersebut. “Nah, gini kan lebih bagus. Gue kerjain lo, Ndai,” *CLING* Chelsea hilang begitu saja.

“Akhirnya lega,” Cindai datang lalu segera membawa dua mangkok bubur ke sofa tadi.
Bagas terlihat duduk terdiam di sana. Hatinya masih berselimut duka.
“Nih, Gas. Dihabisin buburnya,” Cindai meletakkan sebuah bubur di meja, tepat di depan Bagas.

Setelah lima menit. Cindai menghabiskan buburnya. Ia melihat Bagas yang masih tidak bergerak sekalipun di sana. Buburnya masih utuh. “Gue suapin ya?” Cindai segera mengambil bubur lalu menyuapkan suapan pertama ke Bagas. Dan, Bagas masih tidak ada reaksi. Matanya penuh dengan tatapan kosong. “Gas?”
“Huh?” Cindai membuyarkan lamunan Bagas.
“Gue suapin ya?” Cindai.
Bagas tidak menjawab, tapi Cindai menganggap itu adalah jawaban YA.
Suapan pertama masuk ke mulut Bagas. Suapan kedua juga begitu. Namun pandangan Cindai saat suapan ketiga mengarah ke sesosok perempuan, ya, Chelsea. Lebih tepatnya hantu Chelsea.
“Awas lo! Abis lo abis! Pake nyuapin pacar gue segala lo!” Chelsea mengepalkan tangannya lalu bergaya seperti ingin menonjok.
“Apaan lo? Sana pergi!” Cindai berbicara.
Bagas bingung. Lalu Bagas menoleh ke arah yang dilihat Cindai, dan ternyata tidak ada siapa pun di sana. “Bicara sama siapa Ndai? Sama gue?”
“Emmm… anu… gue bicara sama sama kucing. Hehehe, iya, kucing tadi lewat terus gue suruh pergi,” jawab Cindai dengan gugup.

Hampir empat kali ia bolak-balik ke kamar mandi. Sejak sehabis pulang dari rumah Bagas, perutnya terasa sakit. Ia bolak-balik ke kamar mandi. Kini, ia hanya terbaring di kamarnya.
“Emang enak? Rasain lo! Itu akibat ngelawan Agatha Chelsea,” Chelsea tiba-tiba muncul di depan Cindai.
“Oh, jadi elo! Udah jadi setan tetep aja nyebelin sih lo! Perut gue sakit banget! Lo campurin apa ke bubur gue?” tanya Cindai.
“Ada deh… tapi itu mangkok lo doang, bukan buburnya si Bagas. Bagas kan kesayangan gue, kenapa gue racunin? Awas lo ya masih deketin bebeb Bagas gue! Bagas tuh cuma punya Chelsea doang! Kalo sampe lo masih berani? Gue bakal jadiin lo upil!” ancam Chelsea.
Cindai menjulurkan lidah dan menjulingkan mata. “Terserah lo! Gue enggak takut! Gue akan tanya ke dukun biar lo pergi dari sini!”
“Dukun? Jiah… gue enggak takut! Panggilin sana! Cepet, panggilin sekalian Dijah Yellow! Hahaha, gue enggak takut! Dan gue tetep cantik, can to the tik! Oke bye!” Chelsea menghilang begitu saja.
“Eh kampret! Mau ke mana lo? Gue gimana? Perut gue??? Awas lo ya kalo lo macem-macem sama gue lagi! Gue panggilin dukun!” Cindai berteriak memegangi perutnya.
“Gue enggak takut,” terdengar suara tanpa wujud. Ya, itu Chelsea.
“Ish! Nyebelin banget sih tuh setan, udah setan, sok cantik, belum move on lagi!” ucap Cindaii dengan sinis. “Untung aja setan! Kalo manusia udah gue jambak-jambak tuh rambut sampe botak!”

ADVERTISEMENT

“Gimana mbah dukun! Saya kan punya musuh, nah musuh itu udah meninggal tapi masih gangguin saya!” tanya Cindai.
“Mbah Dukun punya solusinya, kamu taburin garam di depan rumah kamu ya? itu cara pertama,” ucap Mbah Dukun.
Cindai pun pulang dan langsung menyebarkan garam dapur di teras rumahnya. “Nih rasain lo setan alay!”
*CLING* Chelsea muncul di belakang Cindai tapi, Cindai tidak menyadarinya. “Lagi ngapain bu?” tanya Chelsea.
Cindai menoleh. “Hah elo? Nih gue lemparin garam dapur! Hahaha,” ucap Cindai lalu melempari garam dapur ke arah Chelsea.
Chelsea terdiam. “Percuma aja, gue enggak mempan!”
“Ih lo mempannya pake apaan sih?” tanya Cindai pada Chelsea.
“Orang gila… orang gila… ngomong sendiri tuh,” ucap segerombolan anak kecil melihat Cindai yang berbicara sendiri, padahal Cindai berbicara pada Chelsea.
“Ih pergi kalian! Hush!” Cindai membubarkannya.
“Kaburrr… orang gilanya marah!” segerombol anak kecil itu langsung berhamburan pergi.
“Hahaha, emang enak dikatain orang gila!” kata Chelsea.
“Setan gila lo!” Cindai masuk ke dalam rumah.

Rumah Bagas masih terlihat sepi. Bagas masih sering terdiam. Pagi ini, Cindai sudah sampai di depan rumah Bagas. “Gas?” Cindai mengetuk pagar rumah Bagas. “Lah kok enggak dikunci?” Cindai tidak sengaja membuka pintu pagar rumah Bagas. Cindai pun masuk dan alangkah terkejutnya melihat rumah Bagas berantakan seperti kapal pecah.
“Gas? Lo di mana?” tanya Cindai mencari di kamarnya.
Bagas terlihat membawa pisau.
Cindai segera meraih pisau itu. “Gas, lo gila ya? Lo mau bunuh diri?” tanya Cindai yang sudah bisa meraih pisau itu.
“Sok tau banget sih lo! Sini pisaunya! Mending lo pergi deh lo! Gue tau, lo suka sama gue kan waktu gue pacaran sama Chelsea? Lo ke sini mau gantiin Chelsea di hati gue kan? Lo ke sini cuma cari muka kan? PERGI LO DARI SINI!” usir Bagas dengan kasar.
Cindai menutup mulutnya sembari menggeleng. Ia tidak menyangka perkataan Bagas yang dilontarkan lelaki itu kepadanya. “Gas,” Cindai langsung melepaskan pisaunya lalu gadis itu langsung pergi dan menangis.

Dari tadi siang sampai sekarang, malam ini Cindai masih menangis. Ia tidak menyangka Bagas akan berbicara seperti itu kepadanya.
*CLING* Chelsea datang tanpa diundang. “Kenapa lo?”
“Enggak usah tanya-tanya deh. Lo seneng kan? Bagas bilang ke gue kalo dia cuma cari muka!” ucap Cindai.
Chelsea menghampiri Cindai. “Ndai, sekarang gue udah ngelepasin Bagas. Dan gue belum tenang kalo Bagas belum dapet pengganti gue. Dan gue rasa, lo orangnya. Lo harus berhasil membuat Bagas jatuh cinta dan move on dari gue sadar. Dunia gue sama Bagas itu udah beda, enggak mungkin bisa kayak dulu lagi, sekarang lo bantuin gue ya? Dengan cara lo jadi pengganti gue, plisss gue mohon,” Chelsea memohon.
Cindai menghela nafas. “Terus ini gimana coba Chel? Bagas udah benci benci banget banget sama gue. Gue rasa itu mustahil Chel buat kemungkinan Bagas bisa jatuh cinta sama gue. Kemungkinan ya, nol koma dua persen dari seratus persen. Gue juga enggak bisa apa-apa lagi Chel! Harapan gue udah pupus,” Cindai menyeka air matanya.
“Tenang! Gue akan bantu lo! Lo HARUS jadian sama Bagas!” Chelsea bertekad. “Ini tekad seorang setan cantik!”

Bagas bangun di pagi hari. Hidupnya terasa lelah. Ia merasa sepertinya ada hal yang kurang di sini. Ia merasa semenjak Cindai menjauh, tidak ada lagi yang membangunkannya lagi di saat dia tertidur. Ia bangkit dan berjalan ke arah dapur untuk meneguk segelas air putih. Ia membuka tudung saji. Masih kosong. Tidak ada yang mengingatkannya kalau dirinya makan, mandi, harus ikhlas. Ia menjadi terus berpikir, ‘Coba aja Cindai di sini. Pasti dia udah nyuapin gue, coba aja Cindai di sini, pasti dia bakal masakin gue, coba aja Cindai di sini pasti gue dibangunin,’ batin Bagas lalu duduk di lantai sambil bersandar di dinding dapur. Tanpa ia sadari, sebenarnya ia telah jatuh cinta pada Cindai. Ia tidak sengaja jatuh cinta pada Cindai. Ia sudah move on terlalu cepat.

Di waktu yang sama, Cindai menggosok giginya.
“Gosok giginya yang bersih, biar Bagas bisa jatuh cinta sama lo,” ucap Chelsea yang berdiri di belakang Cindai.
Cindai terlonjak. “Bikin kaget aja lo! Kayak setan aja! Tiba-tiba muncul!”
“Lah, emang gue udah jadi setan. Abis ini lo harus mandi, biar bersih. Biar Bagas bisa jatuh cinta sama lo!” ucap Chelsea.
“Iya bawel!” ucap Cindai.

Satu jam kemudian ada yang mengetuk pintu di rumah Cindai. Cindai segera menghampiri pintu itu lalu membukanya. “Ndai,” seseorang memakai pakaian yang fresh.
“Bagas?” Cindai terheran-heran dan kebingungan. “Masuk.. masuk..”
“Enggak usah Ndai, gue mau bicara sesuatu sama lo. Waktu lo udah enggak bangunin gue lagi, di situ gue kayak ngerasa ada kurang, di saat gue merasa males untuk mandi, di situ lo nyuruh gue buat mandi, di saat gue down banget, lo nyemangatin gue buat tetep ikhlas. Dan, gue sadar Ndai, gue cinta sama lo! Gue kangen sama cara lo ngebangunin gue, gue kangen sama lo yang nyuapin gue. Intinya, lo adalah superhero gue Ndai, maaf gue udah kasar sama lo kemaren. Dan lo mau kan maafin gue? Lo mau kan jadi pacar gue?” ucap Bagas panjang lebar.
Cindai seakan ingin berteriak setelah mendengar semuanya. “Gas, makasih lo udah ungkapin semua itu ke gue dan…” Cindai sedikit melirik ke arah Chelsea yang kini berdiri di belakang Bagas.
Chelsea terlihat tersenyum dan mengangguk. “Terima Ndai… awas lo kalo nolak! Gue tampol lu pake sendal!”
“Gimana Ndai?” tanya Bagas.
“Iya Gas, gue mau jadi pacar lo!” jawab Cindai.
Bagas langsung mendekap hangat Cindai di situ.
Sedikit demi sedikit sosok Chelsea pun menghilang dari situ. Chelsea merasa tugasnya sudah selesai dan kini, ia merasa tenang.
‘Thanks ya Chel, lo udah bantuin gue. Makasih udah jadi temen dan musuh gue, semoga lo tenang di sana, gue akan selalu doain lo Chel,’ batin Cindai, tak sadar air mata telah membasahi pipinya.

Terkadang takdir memaksa manusia buat memilih antara kedua hal yang sama-sama pentingnya, tapi takdir juga bisa membawa manusia ke arah yang lebih baik.

Cerpen Karangan: Bima Dianiswara
Facebook: BDianiswara Junianatha Shanjunisme

Nama : Bima Diansiwara
Asal : Solo
Sekolah : SMP Pangudi Luhur Bintang Laut Solo
Instagram : @bima.d8
Facebook : Bima Dianiswara & BDianiswara Junianatha Shanjunisme
Ask fm : @BDianiswara1
Idola : Matsui Jurina SKE48, Shania Junianatha JKT48, Gabriela Margareth Warouw JKT48
Kelebihan : Bisa tidur di mana saja, memelihara cicak, mengoleksi sendal swallow

Cerpen The Setan is Gagal Move On merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Messages

Oleh:
Hari ini aku sendirian di rumah, mama sama kakak mau jemput papa di Airport. Sekarang jam 11.43 malam dan aku lagi nonton youtube di laptopku. CLING!!! Ada bunyi sms

Triangle Love

Oleh:
Rintik-rintik hujan mulai turun dengan derasnya, di dalam studio band ada 4 orang cowok dan satu orang cewek yang terbentuk dalam suatu band. Wajah mereka menjadi bingung dan pasrah.

Pria Berjubah Hitam

Oleh:
Pagi itu, ku rasa aku adalah orang yang pertama datang ke sekolah. Dan ku rasa tiada siapa-siapa yang ada di situ selain satpam. Ku Tanya satapam itu. “pak, kok

Jagat Ratih Mentari

Oleh:
Jagat ratih mentari Bumi, bulan dan matahari Meski dikala malam tampak temaram Tatkala siang tersamarkan Aku kan tetap bertahan Takkan pernah sekalipun kan menghilang Walau selalu terselimuti kesunyian Dan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

7 responses to “The Setan is Gagal Move On”

  1. wulan says:

    kelebihanmu aneh.ckkk

  2. bisa tidur di mana saja ? di kandang singa sama buaya juga bisa dong ? memelihara cicak ? btw,cicak makannya apaan mblo ? udh gede blm cicaknya,trus nama cicaknya siapa ? mengoleksi sendal swallow ? udh berapa banyak ? banyakan warna apa ?

  3. Bima says:

    loh, aku udah lupa kalo ada cerpen ini lol :v

  4. Tita Larasati Tjoa says:

    Keren, bang… Kuacungkan jempol, termasuk 10 besar cerpen terbaik yang pernah kubaca. Heheh

Leave a Reply to wulan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *