Menemani Papa

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 21 May 2023

Subuh telah tiba dan alarm berbunyi, membangunkan seorang anak yang mengantuk. Anak itu menarik tirai yang memperlihatkan langit gelap dan matahari yang belum terbit.

“Selamat pagi, non” sapa pembantunya.
“Pagi mba” balasnya.
“Tumben bangun subuh pada hari sabtu. Kenapa? Tidak bisa tidur?” komentarnya dengan penasaran.
“Tidak, aku hanya mau tahu kalau daging babinya masih ada”.
Pembantu muda itu tersenyum.
“Tentu saja masih ada. Setiap hari Cece selalu makan babi, jadi ketagihan nih! Makan babi boleh, tapi jangan setiap hari, Ce” peringatkan pembantunya. “Ngomong-ngomong, apakah Cece menikmati waktumu hari itu?

Sebulan lalu
“Apakah kita sudah sampai?” tanya Zara dengan tidak sabar.
“Sabarlah sedikit. Tunggu setengah jam saja” respon suara rendah dari kursi depan mobil.
“Eh Papa? Kita akan menginap di sawah, kan?”
“Ya, semoga kita dapat paling sedikit satu” ucapnya dengan penuh harapan.
“Kalau tidak, salahmu, Pa!” ejek Zara.

Telah mereka tiba di hutan. Zara segera mengeluarkan sebotol sunblock dari tas ranselnya dan mengaplikasikannya pada kulitnya.
“Papa, aku akan jalan-jalan sebentar ya. Masih lama kan, untuk mempersiapkan barang-barangnya dan menjemput Caddienya?” tanyanya
“Ok, tapi jangan terlalu jauh dan kembali dalam satu jam” seru Papa.

Zara pergi berjalan-jalan di hutan itu. Dia memanjat pohon-pohon sambil membaca buku yang dibawanya di tasnya. Sesudah itu dia menikmati keheningan hutan dan jatuh tertidur. Setelah apa yang terasa seperti beberapa jam, akhirnya Zara bangun. Saya harus kembali ke mobil. Papa pasti sedang menunggu dan mengkhawatirkan saya, pikirnya. Anak muda itu segera menjambret ranselnya dan melompat dari pohon. Zara berjalan kembali dan sampai pada tempat parkiran mobilnya.

“Hey Zara, kemana saja kamu? Aku sudah menunggu berjam-jam!” kata Papa dengan jengkel.
“Maaf Pa, tadi ketiduran” katanya meminta maaf. “Oh ngomong-ngomong, apakah Caddiemu sudah dijemput?” tanya Zara, mengubah subjek.
“Sudah. Dia sedang menganalisis tempat mana yang paling disukai mangsa malam ini. Dia dekat sawah” jelas Papa.
“Ohh, mengerti”.

Malam tiba dan Zara sedang berbaring di dalam sebuah gubuk di tengah sawah, tidak bisa tidur. Jamnya menunjukkan pukul 11 malam. Mengapa Papa belum kembali? Dia berjanji kembali setelah selesai berburu, dan aku sudah menunggu empat jam!!!, pikirnya dengan marah. Aku bahkan tidak diperbolehkan untuk menemaninya, katanya dalam hati. Papa Zara memang tidak pernah mengizinkan anak-anaknya untuk menemaninya menembak mangsa-mangsanya dengan alasan mereka terlalu muda. Zara berumur tujuh, kakaknya, Axel berusia 10, sedangkan adiknya Levi setahun lebih mudah darinya.

Zara mengambil HPnya dan memanggil ayahnya.
“PAPA, kenapa kamu lama? Papa sudah berjanji akan kembali sebelum tengah malam” ngeluhnya.
“Sabarlah sebentar, Zara. Babi hutannya belum muncul. Kalau Papa tinggal sekarang, sia-sialah perjalanan kami” bujuk Papa.
“Kenapa harus selalu tunggu, tunggu, tunggu! Aku sudah tidak sabar. Karena aku masih muda, aku tidak diizinkan pergi denganmu dan harus menunggu sampai remaja untuk berburu denganmu, aku bahkan harus menunggu sangat lama untuk Papa kembali” merengek Zara.
“Zara, Papa berjanji, besok saat kamu bangun Papa akan sudah menangkap beberapa babi hutan untuk kamu makan. Jadi bersabarlah ya?” rayu Papa.
“Baiklah Papa”.
Zara melemparkan diri dan berbalik di ranjang, kemudian mengingat kata-kata ayahnya…

Keesokan harinya Zara terbangun dengan tepukan di kepalanya.
“Bangkit dan bersinar, tukang tidur”
“Papa! Bagaimana hasilnya? Apakah dapat banyak?” jeritnya, penuh gairah.
“Tujuh! Papa dapat tujuh! Dan mereka gendut!” balas Papa
“WOW! Aku tidak SABAR memakannya!”
“Apa yang Papa katakan tentag bersabar?” ingatkan Papa.
“Ya, aku harus bersabar. Seandainya aku tidak bersabar tadi malam dan memaksa Papa kembali, Papa tidak akan mendapatkan banyak babi hutan” jawabnya dengan patuh.
“Anak baik! Dan jangan lupa pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan melainkan ketekunan”.

-Tamat-

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: J Widyanto

Cerpen Menemani Papa merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ayah Terhebat

Oleh:
Arin melangkah dengan cepat dan terburu-buru, dengan senyuman yang masih mengembang di bibirnya karena Arin ingin segera sampai di rumah. Setelah sampai di rumah, Arin segera masuk dan mengetuk

Pupus

Oleh:
Dalam kamar yang berukuran 2 x 3 meter dengan dinding yang masih terbuat dari papan yang sudah tidak baru lagi, seorang perempuan dengan rambut terurai dan wajah yang dibenamkan

Hadiah Usang

Oleh:
Malam semakin matang, sunyi hanya terdengar detik jam yang berputar. Sinar rembulan bercahaya begitu anggunnya, semilir angin sejuk menerpa wajah Aira yang termenung di ambang jendela. Air mata menggalir

Sesal Yang Tak Terobati (Part 2)

Oleh:
Tak lama kemudian, ayah dan ibu datang ke kamarku. “Ayah pergi dulu, pikirkanlah matang-matang perkataan ayah tadi.” Ayah hanya mengucapkan itu dan pergi. Ibu pun mengikuti ayah dan itu

I Love You Mom

Oleh:
“Aku benci mama, aku benci mama!!” teriak Jenny kepada mamanya. Air matanya tak terbendungkan saat ia mengungkapkan isi hatinya. Bertahun-tahun memendam perasaannya, Jenny sudah tidak tahan lagi. Dia ingin

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *