Harap Yang Sia Sia

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Patah Hati, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 15 November 2017

Pagi itu gerimis menyerbu tubuhku tanpa ampun yang tengah mengayun sepeda menuju sekolah. Tapi jarak ke sekolah sebentar lagi. aku putuskan untuk tidak berhenti untuk berteduh dulu.

“Akhirnya sampe huft..” kataku menghela nafas saat telah tiba di koridor sekolah.
“hey Tunggu!!”. Seseorang dari belakang memanggilku sembari berlari mengejarku. Aku menoleh aneh.
“lo senja ayuanyndi? gue nemu buku ini di perpustakaan.” katanya sembari menyodorkan buku catatanku yang tertinggakl di perpustakaan kemarin. Yaa aku baru ingat.
“Iya ini punya gue, makasih ya.” kataku lalu menerima buku itu dari tangan laki laki yang belum kuketahui namanya.
“Iya sama sama, lain kali jangan jadi cewek pelupa lagi ya.” katanya.
Kulihat senyumnya manis sekali, ada sebuah lesung di pipi miliknya.
Aku hanya tersenyum. Kudapati namanya yang tertera di kaos sekolah yang ia kenakan. “Yosan mirza”. Gumamku dalam hati.

Dia berlalu meninggaklkanku, aku tahu dia. Dia murid kelas 11 mia 1, dia ikut eskul karate. Dia pernah ikut lomba karate juara pertama. dia cukup terkenal di sekolah. tapi hari ini aku baru mengetahui nama pemilik wajah tampan itu.

“Baju lo basah banget sen” kata rara teman sebangkuku.
“Iyaa namanya juga lagi hujan.” ujarku sambil meletakan tas gendongku di bangku tempat aku duduk.

“Cek cek cek.. Seluruh kelas 11 dimohon berkumpul di aula sekarang ada pengumuman penting” kata bu lita guru kimia yang aku kenali suaranya lewat pengeras suara.

Kami pun berkumpul di aula.
Kulihat di sana sudah ada yosan di sebelahnya ada wiwit anak 11 mia 4. Aku heran padahal mereka tidak satu kelas. Seperti ada sesuatu Yang sedang mereka bicarakan. Saat aku sedang mengamatinya dari belakang, kemudian yosan tiba-tiba saja melihat ke arahku. Aku langsung salah tingkah dan pura-pura tidak sedang melihatnya.

“Akhirnya selesai juga ini acara.” kata rara lirih.
“Iya gue juga cape nih dari tadi cuma bisa liatin mereka berdua ngobrol. Eh” kataku tanpa sadar.
“Mereka berdua siapa sen?” rara mengerenyitkan dahinya menatapku dengan tajam.
“Eh nggak kok, ya udah yuk balik ke kelas” kataku menarik pergelangan rara dengan cepat.

“Ya ampun ban gue kempes lagi, mana bengkel masih jauh” kataku saat melihat sepeda yang kutumpangi bannya kempes.
Akhirnya mau tidak mau aku harus menuntun sepedaku itu, padahal hari semakin sore dan terlihat cukup mendung.

Tin.. tinn..
“Perlu bantuan?”
Suara laki laki itu pernah kudengar, aku menoleh padanya.
“Eh, nggak papa kok ban gue cuman kempes” ternyata suara lelaki itu milik yosan.
“Ini udah sore loh bentar lagi juga ujan kayaknya. Yuk ikut gue aja.” tawar yosan padaku.
“Terus sepedanya gimana?”
“Ya lo kan bisa pegangin, ayo.”

“Makasih yaa.. Yosan” kataku. Aku turun dari motor milik yosan saat tiba di depan gang rumahku.
“Iya sama sama” katanya. Lalu kembali menancapkan gas motornya dan berlalu meninggaklkanku.

ADVERTISEMENT

Malam ini aku tidak bisa tidur, masih membayangkan wajah yosan yang tampan dan kejadian tadi sore. Drrtt.. Drrt.. Handphoneku bergetar, segera kuraih handphoneku yang tergeletak di atas meja. Ternyata ada pesan masuk.
From: +6283889xxxx
Ini bener senja? Ini yosan.

Saat melihat isi pesan, aku terkaget tidak percaya. Jantungku mulai berdebar dengan kencang. Segera kubalas smsnya dengan cepat.

To: +6283889xxxx
Iya ini senja, oh iya makasih banget ya untuk sore tadi.
Pesan terkirim.

Semakin hari aku semakin dekat dengan yosan. Tidak jarang kita pulang bareng saat aku sengaja tidak membawa sepeda.

“Sen, lo mau nggak temenin gue beli sesuatu di mall pulang sekolah?” tanyanya saat kami berboncengan menuju sekolah.
“Boleh boleh aja, beli sesuatu buat siapa yos?” tanyaku penasaran.
“Nanti gue kasih tau deh.”
Aku hanya mengangguk.

Bel sekolah berbunyi, seluruh siswa SMA bina pertiwi masuk kelas.

“Sen, sekarang gue perhatiin lo deket sama yosan si juara karate itu kan?” tanya rara penasaran dengan matanya yang seolah meminta jawaban dariku.
“nggak deket kok biasa aja” kataku datar sambil mencatat tulisan di papan tulis yang baru bu risa tulis.
“Tapi lo nggak pernah cerita ke gue loh.” nadanya sedikit kesal dengan bibir yang ia majukan sedikit.
“Ya cerita apaan, kan gue sama yosan cuman deket biasa aja. Ya kaya temen doang.”

bel tanda istirahat pun berbunyi.
“Kantin yuk? Gue laper nih” ucap rara padaku dengan mukanya yang memelas.
“Iya iya deh, ayo” kataku sembari menarik tangan rara.
Saat tiba di kantin aku melihat di sana ada yosan tapi lagi lagi dia bersama Wanita itu, wiwit. Ini membuat pertanyaan yang ada di kepalaku semakin besar.
“Buruan ah pesen, jangan bengong sen!” suara rara yang memekik membuyarkan fikiranku tentang hubungan di antara mereka.
“Iya iya sorry.” ujarku.

“Hey sen, ayo lo nggak lupakan kalo ada janji sama gue?” tiba tiba saja yosan sudah ada di sebelahku dengan motor miliknya itu.
“Iyah. Gue nggak lupa lah.” kataku. Lalu segera naik kemotor milik yosan.

Keesokan harinya. saat aku hendak mengembalikan jaket yang kemarin yosan pinjamkan padaku.

“Wit, udah lama gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?”
Ucapan yang yosan lontarkan pada wiwit membuatku langsung lemas. Air mata tak dapat aku tahan lagi, butiran butirannya memaksa keluar dari kelopak mataku.
“Lo serius yos?” tanya wiwit pada yosan yang seolah tidak percaya.
“Iya gue serius wit.”
“Gue, gue mau banget yos.”
“Makasih banget wit, oiya ini bunga buat lo.” katanya sambil menyerahkan bunga mawar dari belakang punggungnya.
“Makasih lagi loh yosan.”

Jawaban wiwit membuat hatiku semakin sesak, seperti tak ada lagi ruang yang tersisa di sana. Sedangkan air mataku yang jatuh sudah tak terhitung jumlahnya.
“Aku kira yosan kemarin beli bunga itu buat gue, ternyata..” batinku.

Selesai

Cerpen Karangan: Emuza
Facebook: Enokmuzayyanah

Cerpen Harap Yang Sia Sia merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Detective’s Love

Oleh:
Hari itu, clara berlibur musim dingin bersama keempat sepupunya. Chika, vhira dan kakaknya, jack dan kak albert. “Clar, ntar malem aku jemput ke bandara yaa” ujar chika kepada clara.

Selalu Menunggu

Oleh:
Aku adalah seorang perempuan yang sekolah di SMP negeri, namaku vina. Aku baru saja naik kelas ke kelas 9. Hari ini adalah pembagian kelas dan aku dapat kelas 9

Liontin Air Mata

Oleh:
Sinar mentari dengan lembutnya menyapa pagi ini dengan hangatnya. Hamparan rumput nan hijau dihiasi bunga-bunga yang merekah warna-warni, membuat kesan pagi ini sangat indah. Namaku Chika, usiaku kini 22

Gerimis Menemani Ceritaku

Oleh:
Pagi kembali datang, jalanan, rerumputan dan lainnya basah akibat hujan semalam. Gerimis masih saja turun menemani perjalananku ke sekolah dan aku sangat menikmatinya. Terasa sangat sepi jalanan kali ini,

Bulan Di Atas Kota Santriku

Oleh:
Kota santri terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota santri masih terasa.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Harap Yang Sia Sia”

  1. Wiwit says:

    Ahhh, nama aku jadi org ke 3 ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *