Over and Over

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Pertama, Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Pengorbanan
Lolos moderasi pada: 10 November 2020

Apakah kamu pernah jatuh cinta…
Untuk yang pertama kalinya dalam hidupmu…
Saat kamu sama sekali tidak paham akan rasa yang kamu rasakan…
Seperti penyakit yang tidak dapat terobati…
Pengalaman pertama yang aneh tapi mendebarkan…
Dan untuk air mata pertama untuknya…

Menjalani masa-masa sekolah seperti anak lainnya begitulah yang selalu kujalani di bangku SMA-ku. Tahun pertama… kelas pertama… dan teman sebangku pertama di SMA. Tidak banyak yang terjadi dalam kehidupan sekolahku, aku anak yang pendiam dan hanya berteman dengan teman se SMP ku yang kebetulan satu SMA dan sekelas denganku. Kepribadian yang sulit kurubah tidak mudah bergaul, tidak mudah berbicara di depan banyak orang atau bisa dibilang pemalu.

Semua hal menjadi pertama bagiku sejak bertemu dengan dia. Teman sebangkuku Damar Hidayat. Seorang cowok aneh menurutku. Entah sejak kapan aku mulai sering memperhatikannya? Apa karena dia berada tepat di samping bangkuku, atau karena dia duduk tepat di dekat jendela kelas. Setiap kali merasa bosan saat pelajaran aku selalu melihat ke arah luar jendela kelas yang kebetulan saja di sana juga ada dia.

Kadang dia tertidur di kelas saat pelajaran, bahkan bisa sampai keterusan sampai jam istirahat. Dia akan terbangun saat temannya membangunkannya. Mereka akan bertengkar dengan hal yang sama sekali tidak kupahami. Bermain bola saat istirahat bersama teman-temannya. Lalu kembali tertidur saat di kelas. Sebenarnya aku mulai menyadarinya, aku lebih banyak melihat punggungnya dari pada wajahnya. Bukannya dia jelek atau tidak tampan juga sih, tapi dadaku selalu berdebar tak karuan saat melihat sosoknya.

Perasaan ini mulai kusadari berkat sahabatku Dona. Awalnya tidak percaya sih, tapi semua fakta mengarah kepada satu kata yang belum pernah kukenal yaitu “CINTA”. Apa yang kulakukan berikutnya? Apa aku harus mengaku padanya? Pertanyaan itu sering sekali terbisik di benakku, bahkan ada juga yang mengatakan lebih baik disimpan dari pada diungkapkan. Biarkan terasa indah selagi dirasakan, dari pada menerima kenyataan yang mungkin akan membuatmu berharap ini hanya mimpi buruk belaka.

Berkat pemikiranku itu aku mulai merasakan dampaknya, untuk pertama kalinya aku merasakan sakit karenanya. Tidak bisa bersamanya… tidak bisa memilikinya… dia menyukai orang lain dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan saja. Kehidupan sekolahku yang kurasa biasa saja berubah total karenanya bahkan saat ini. Terasa begitu dingin sedingin es, begitu hampa bagai di dalam terowongan gelap yang panjang tanpa ujung dan bagai waktu yang terhenti tanpa sebab.

Apakah perasaan akan berubah seiring waktu, jawabannya kutemukan saat di tahun keduaku di SMA. Sama sekali tidak menghapus perasaanku padanya meski jarak semakin jauh.

TING TONG ~
Suara bel sekolah mulai berbunyi saatnya sekolah berakhir hari ini.
“Tiara kamu mau ke mana?” tanya Dona.
“Aku melupakan sesuatu di kelas, aku akan mengambilnya… tunggu sebentar di sini” kataku padanya.

Aku berjalan di lorong kelas yang panjang dan sepi tanpa seorang siswa pun. Entah mengapa pikiranku terasa kosong, aku bahkan tidak tau apa yang ingin kuambil di kelas, tapi langkahku tanpa terhenti terus melangkah menuju kelas. Saat pintu kelas kubuka, tatapanku mengarah lurus ke depan di sana berdiri Damar yang sedang menatap keluar jendela. Aku menatapnya tanpa berkata satu kata pun.

“Waktu mulai berhenti” kata Damar tanpa menoleh kepadaku.
“Eh~ ..” aku bingung “Seharusnya kau pulang sekarang” kataku mencoba bersikap biasa.
“Kenapa… kau menghentikannya?” kata Damar lalu menoleh ke arahku. “Jangan menyesalinya, bukan salah siapa pun. Bukan dosa jika menyukai seseorang. Tapi jangan terjebak oleh waktu karenanya.” Lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Aku terdiam kebingungan mendengar apa yang dikatakan Damar. Apakah dia sadar aku menyukainya?. “Apa yang kau bicarakan, Damar” kataku mencoba menatap wajahnya yang bahkan tidak bisa kulihat karena tertutup bayangan. Gelap mulai menutupi seisi ruang kelas. “Ah tidak kutemukan” kataku mencoba merubah suasana.

“Sudah saatnya bangun Tiara” kata Damar yang sontak membuat jantungku berdenyut terasa mencengkram dan sakit. Aku menatapnya dengan tatapan yang mulai buram.

Tiara… Tiara…
Mulai terdengar suara berbisik di telingaku memanggil namaku, aku merasa sangat familiar dengan suara ini. Aku merasa tertelan kegelapan tapi Damar hanya berdiri ditempat memandangku, air mataku mulai terjatuh.

Perlahan aku membuka mataku dan mulai terdengar suara berisik yang sangat mengganggu. Saat mataku terbuka sepenuhnya, aku melihat Ibuku dan Dona di sampingku dengan mata yang lebam karena menangis, ayah berlari masuk bersama seseorang dengan jas putih. Setelah keadaan mulai tenang, dengan perasaan masih bingung aku bertanya pada Ibuku apa yang terjadi. Karena masih syok Dona menggantikan Ibuku untuk menceritakan apa yang terjadi. Bus yang aku tumpangi mengalami kecelakaan semua penumpang dan sopirnya meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit dan cuma aku seorang yang selamat tetapi dalam keadaan tidak sadarkan diri.

“Ini sudah seminggu kamu tidak sadarkan diri.” kata Dona dengan suara bergetar menahan tangis.

Aku mendengarkan penjelasan Dona lalu menatap ke kaca jendela yang memantulkan bayanganku “Aaa~ sekarang aku wanita 28 tahun ya.” Kataku dengan mata berkaca-kaca.
“Tiara? Ada apa? Kamu merasa sakit?” tanya Dona panik sambil memegangi tanganku.
“Aku bermimpi panjang Na, kenangan yang sudah lama kubuang… hmmm aneh tapi terasa baru kemarin terjadi. Apakah sekarang waktu sudah mulai mengobati?” kataku sambil sesekali tersenyum. Dona hanya mendengarkanku tanpa berkata satu kata pun lalu memelukku dengan hangat. Aku mulai menangis dalam peluk Dona dan berpikir waktu yang berlalu tidak mungkin terulang… dia… teman sebangkuku tidak ada lagi.

11 tahun yang lalu
“Diberitakan seorang siswa mencoba menyelamatkan seorang bocah yang hampir tertabrak yang mengakibatkannya terluka parah dan meninggal di tempat. Siswa tersebut berasal dari SMA X dengan inisial D”

“Anak itu bukankah satu sekolah denganmu Tiara, apa kau mengenalnya?” tanya Ibu.
“iya” kataku sambil menahan tangis.

Tamat

Cerpen Karangan: Reza Anggraeni
Blog / Facebook: reza anggraeni
Bisa up cerpen baru… Makasih berkat refrensi dari lagu yg kebetulan gk tw nama penyanyinya tp dr judul yang sama over and over
Selamat membaca

Cerpen Over and Over merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kehilangan

Oleh:
Di pagi hari ku buka jendela kamarku, lalu ku keluar dari kamarku. Melihat, mendengar dan merasakan itu yang ku rasakan sekarang. Melihat burung yang berkicau di pagi hari. Mendengar

Bintang Harapanku

Oleh:
Angin malam bertiup perlahan membuat rerumputan dan daun bergoyang dengan sendirinya. Malam yang sejuk ditemani dengan seseorang yang sangat berarti bagiku, bagi hidupku. Ku pandangi lautan angkasa yang terlihat

Rembulan Yang Menyayat

Oleh:
Lambaianmu dari kejauhan membuat aku mematung. Setelah itu kau berlalu menghampiri aku di tepi pantai. Ohh, Ratna, kau benar-benar jelmaan bidadari. Matamu yang begitu indah dengan bulu mata yang

Senyum Diambang Kematian

Oleh:
Senja membalut hari, sang mentari terbenam di ufuk barat. Cahayanya yang indah menghiasi pantai dengan deburan ombak di laut lepas. Di tepi pantai itu tampak sesosok gadis yang cantik

Aku Bukan Dia

Oleh:
Niecha Ariestyani adalah siswi SMA yang sangat baik, dia selalu membantu temannya setiap saat. Dia juga anak yang baik menurut orang tuanya, setiap pagi dia selalu membantu orang tuanya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *