Secret Admirer

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 8 December 2017

“Ted, ada info terbaru nggak soal pangeran gue?” tanya gue pada Teddy sahabat dekat gue sejak SD sambil menikmati makan siang gue, mie ayam mang ujang.
“Gaya lo manggil dia pangeran, kalo papasan sama dia aja lo kicep.” ejek Teddy lalu menyeruput es jeruk di hadapannya.
“Ck. Ada info nggak?”
“Kalo enggak, gue nggak jadi traktir lo ke martabak manis depan komplek rumah gue.” ancam gue pada Teddy.
Teddy menghela napas kasar. “Dia lagi deket sama adek kelas, anak cheerleader.”
“Apa lo bilang?” gue sedikit agak terkejut kali ini.
“Muncrat woy muncrat!” Teddy dengan kasarnya ngejawab pertanyaan gue saat gue bicara dengan mulut berisi makanan yang sedikit muncrat ke wajahnya. Lalu dengan kasar pula dia mengusap wajahnya dengan tangan kanannya.
“Hehe maap Ted. Syok gue ah!” gue hanya menanggapinya dengan cengiran.
“Lanjut Ted lanjut.” lanjut gue.
“Udah itu doang yang gue tau.” jawab Teddy sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

Gue memutar bola mata dengan kesal. “Ted, lo tau kan anak cheerleader yang adek kelas itu banyak?”
“Kalo nggak salah namanya Elena deh, bapaknya Belanda, emaknya Sunda. Anak 10 IPA 6.” Teddy mulai menyebutkan identitas si adek kelas yang lagi deket dengan pangeran gue.

Bisa bayangin gimana perpaduan antara Belanda sama Sunda? Gue seketika minder dengan diri gue sendiri. Gue hanyalah seorang cewek biasa, nggak tinggi-tinggi amat dan nggak pendek-pendek banget, muka pas-pasan, kulit muka berminyak, dan tentunya kulit gue warnanya sawo yang terlalu matang.

Oh iya, seseorang yang gue panggil Pangeran itu Reno Prasetya, anak IPA 7, seangkatan sama gue, dan gue udah naksir dia sejak pandangan pertama waktu MOS dulu. Kenapa gue tanya soal Reno ke Teddy? Ya soalnya Teddy satu bangku sama dia. Bisa dibilang manfaatin temen lah. Haha

Reno itu nggak beda jauh lah sama most wanted di sekolah lain. Ganteng, tinggi, putih, pinter, kharismatik, kapten basket, baik ke semua orang dan lain-lain. Tapi, yang bikin gue suka sama dia bukan karena hal yang gue sebutin tadi. Dia penggemar berat kartun spongebob! itu yang bikin gue suka sama dia. Kenapa? Karena gue juga suka kartun spongebob. Disaat anak cowok lain suka sama kartun anime seperti naruto, onepiece, dan sejenisnya, dia malah suka sama kartun spongebob!

Gue tahu kalo dia suka kartun spongebob itu dari akun facebook dia yang menyukai berbagai halaman yang memuat tentang spongebob. Emang sih gue udah suka sama dia sejak waktu MOS dulu, tapi sejak gue tahu kalo dia penggemar berat spongebob, gue jadi makin cinta.

Kamar tidur Reno itu cat warna temboknya kuning, banyak banget poster-poster spongebob yang dia tempel di dinding kamar dan lemarinya, jam beker dia aja ada gambar spongebob, bahkan nih ya, piama tidur dia kebanyakan gambar spongebob! Ya gue tau itu semua pastinya dari sahabat terbaik gue Teddy. Teddy sendiri tahu soal itu waktu dia lagi nginep di rumah Reno buat begadang maen pas bareng.

“Li, kenapa lo nggak bilang aja sih ke Reno kalo lo suka sama dia? Gue nggak bisa kalo lo jadiin bahan sumber informasi soal Reno terus” Teddy berucap dengan putus asa.
“Lo gila ya? Lo kan tau gue nggak pengen dia tau kalo gue suka sama dia. Denger hal-hal kecil tentang dia aja udah bikin gue seneng. Nggak perlu lah gue harus jadian sama dia. Walaupun gue cuma jadi secret admirenya dia, gue cukup menikmati.”

Ya, gue nggak mau terlalu banyak menaruh harapan buat jadian sama Reno, gue cukup sadar diri. Gue nggak level sama dia jika dibandingin dengan cewek-cewek yang pernah deket sama dia. Fyi, selama ini gue nggak pernah denger kabar Reno dating dengan siapa pun.

“Gimana kalo Reno suka sama lo?” nada bicara Teddy tiba-tiba terdengar serius.
Aku membeku mendengar ucapannya. “Ngaco lo.”
“Yuk ah balik ke kelas aja, udah bel.” lanjut gue sambil bangkit dari tempat duduk, begitupun dengan Teddy.
“Li, gue tunggu lo di rooftop sekarang.”
Sebentar, gue kayak kenal itu suara siapa. Seketika gue menengok ke belakang, arah sumber suara. OMG! Itu Reno!
Entah apa yang gue rasakan kali ini, Reno menatapku dengan harap. Sementara gue kebingungan dengan sikapnya. Apa bener Reno natap gue? Gue menoleh ke belakang, barangkali Reno menatap orang yang ada di belakang gue, bukan gue. Faktanya, di belakang sana nggak ada siapa-siapa. Fix, Reno tadi natap dan bicara ke gue! Gue dengan bingung menunjuk ke arah gue sendiri sambil menatap balik Reno untuk memastikan bahwa dia emang bener-bener natap dan bicara dengan gue. Ia mengangguk pelan dengan tatapan sendunya ke gue. Lalu dia pergi keluar kantin yang sudah tampak sepi dan berjalan ke tangga menuju atap sekolah.

ADVERTISEMENT

Spontan, gue nengok ke Teddy yang sedang di sebelah gue. Gue menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. Teddy pun melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Reno tadi, mengangguk pelan.
“Kenapa?” tanya gue pada Teddy dengan sejuta rasa penasaran.
“Li, sekarang waktunya Li.” Teddy berucap dengan penuh penekanan sambil memegang kedua pundak gue.
Gue menatap Teddy tidak percaya. Apakah dia yang bilang ke Reno kalo gue suka sama dia? Teddy hanya membalas tatapan gue dengan anggukan kepala yang tampak bersemangat.
“Ted, makasih Ted! Gue traktir lo makan martabak manis depan komplek rumah gue sampe lo puas.” ucap gue setengah berteriak lalu segera berlari menyusul Reno yang sepertinya sudah tiba di atap sekolah.

Gue menaiki tangga menuju atap sekolah dengan penuh semangat 45 tanpa menghiraukan bel masuk beberapa menit yang lalu, kemudian membuka pintu atap sekolah dengan semangat 45 pula. Di sana, di ujung atap sekolah sudah ada Reno yang berdiri membelakangi gue sedang menikmati semilir angin. Rambut hitamnya tampak berantakan karena ulah angin-angin itu.
Gue berjalan pelan menghampiri Reno. Ia membalikkan badannya saat mendengar langkah kaki gue yang sudah semakin dekat dengannya. Ia menatap gue dengan senyum manisnya. Gue pun menatapnya balik dengan senyum terbaik gue.

“Hai.” sapanya ramah.
“Hai juga.” jawab gue sambil menyelipkan rambut gue ke telinga yang tadinya terbawa angin. Kini gue sudah sejajar dengannya.
“Aku udah tau semuanya dari Teddy.” katanya singkat.
“Harusnya lo nggak boleh tau.” jawab gue dengan nada sedikit gagu.
Reno mengalihkan pandangannya menghadap ke depan, menatap luasnya langit. Begitupun dengan gue.
“Makasih buat semua kartu ucapan dari kamu selama ini.”
Gue memejamkan mata erat-erat. Ya, gue tiap sabtu pagi ngasih dia kartu ucapan bertema tokoh kartun spongebob yang bertuliskan “Happy Weekend” tanpa meninggalkan nama di sana. Ucapan yang tidak penting memang.

“Bego banget aku ya, sampe aku sendiri nggak tau kalo cewek yang aku suka selama ini juga suka sama aku.”
Gue beralih menatap Reno dengan tatapan sejuta pertanyaan seperti tatapan gue ke Teddy tadi. Ia menatap gue balik, masih dengan senyumnya. Senyum yang sejak pertama buat gue terpikat.
“Iya, aku suka sama kamu sejak awal MOS dulu. Selama ini memang aku tidak pernah tampak di depanmu, karena aku benci jika tiap bertemu denganmu aku selalu seperti hilang pikiran, aku terlalu terpesona padamu, Li. Sebenernya aku sahabatan sama Teddy juga karena aku tau dia temen deket kamu.” Reno menjelaskan semuanya. Sementara gue masih saja menatapnya tidak percaya.
God, jadi selama ini, cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan?

“Jadi.. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Jadi seseorang yang mengisi hatiku?” ucapnya penuh keyakinan sambil mengenggam erat tangan gue.
“Ya, aku mau jadi pacar kamu, aku mau ngisi hati kamu.” jawab gue lantang dengan mata berkaca-kaca dan dengan detak jantung yang sangat brutal.

Cerpen Karangan: MarceliaXoexo
Facebook: Marcelia Xoexo
Haii.. namaku Lia Marcelia Crenata. Aku penulis baru. Jika kalian ingin berteman atau lebih dekat denganku, kalian bisa follow akun instagramku @real_marcelia
Terimakasih sudah membaca cerpenku 🙂

Cerpen Secret Admirer merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kepada Gadis Yang Aku Kagumi

Oleh:
Jakarta, 2015 Bukan sesuatu yang mengejutkan jika aku, Narendra Wijaya menjadi laki-laki idaman para gadis-gadis di sekolahku. Menjadi kapten basket, ketua organisasi siswa, menjadi murid kelas unggulan, dan pasti

Lilis dan Iyan (Part 2)

Oleh:
Menghindari Bryan, sekarang akan menjadi suatu kegiatan yang sering Melissa agar terbiasa nantinya. “Lilis!” Kaki kurus terbalut kaos kaki putih dan sepatu hitam putar haluan, melangkah ke arah yang

Kayla

Oleh:
Kayla menatap gusar ke halaman sekolah yang kini mulai dibasahi tetesan hujan. Memasuki bulan Januari hujan semakin menjadi-jadi. Perlahan awan hitam mulai menutupi sinar matahari seiring dengan berhembusnya angin

Bukan Sebelah Mata (Part 2)

Oleh:
Setibanya Aryn di Bandung, ia disambut di rumah mewah bibinya. Bibinya tinggal bersama suaminya. Ia hanya mempunyai satu orang anak yang sudah bekerja, dia jarang tinggal di rumah ini.

Dia

Oleh: ,
Pagi begitu cerah, tak terasa jam dinding menunjukkan pukul 06.30. Aku bergegas menaiki motor bututku sambil melihat jarum jam yang terus berjalan. “Huuffff, upacara lagi,” gumamku dalam hati. Tanpa

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *