Eze Tripster

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 9 October 2015

Orangtua itu mendekatiku. Dia mengenakan mantel hitam dan celana jeans panjang. Dia mengulurkan tangannya padaku. Tapi tiba-tiba Ayahku menepisnya. Aku melihat bagaimana tatapan orang itu berubah sekejap saat melihat Ayahku. Tatapannya berubah sinis, dia mengeluarkan sebuah pistol dari saku mantelnya dan mengarahkannya ke perut Ayahku. Aku mencoba menyelamatkan Ayah, tapi orangtua itu segera menepisku dan mementalkanku.

Doorrr!!!

Semua mata tertuju pada orangtua itu. Ada sebagian yang berlarian ketakutan tetapi ada juga beberapa yang mencoba melawan orangtua itu. Aku yang masih terkulai lemas masih gemetaran melihat Ayahku terbujur kaku karena tembakan orangtua itu. Saat itu juga aku seperti merasa sangat lemas. Hingga akhirnya aku pingsan di tengah kerumunan. Malam itu aku terbangun. Ada yang berbeda. Aku sedang berada di gubuk lusuh yang hanya bersinarkan sebuah pelita yang tergantung di sudut ruangan.

“di mana aku?” ucapku sambil mengucek mataku.
“sudah bangun, ya?” tiba-tiba seseorang masuk ke dalam gubuk. Dia bertubuh pendek. Pendek yang tidak wajar. “bagaimana perasaanmu sekarang?”
“perasaanku? Aneh!” aku menatap orang itu dengan aneh. Dia hanya setinggi satu meteran dan mungkin hanya seberat 20 Kg. Sementara orang itu tidaklah seperti anak kecil. Jenggot pirangnya memanjang hingga lantai gubuk. Kumisnya yang tebal hampir menutupi seluruh lubang hidungnya.
“siapa kau? Di mana ini?” aku kembali bertanya, tetapi dengan sedikit nada kecemasan.
“perkenalkan aku Hek.” dia mengulurkan tangannya padaku. Tapi aku tak langsung menyambutnya. “sekarang kau berada di rumahku. ”
“rumah, kau bilang ini rumah?” ungkapku yang sedikit kesal padanya. “ini lebih pantas disebut tempat sampah!” tambahku.

Dia terlihat kesal padaku. “setidaknya kau berterima kasih karena aku telah menyelamatkanmu dari Lidev itu! Kau hampir saja dibawa olehnya! Setelah itu kau akan digiling di penggilingan bergigi pisau untuk dijadikan formula kesempurnaan tubuh mereka!” dia terengah setelah menumpahkan seluruh kekesalannya padaku.
“apa yang sedang kau bicarakan? Aku… aku tak mengerti!” aku mencoba menggali sesuatu darinya.

“apa kau lupa kejadian tadi pagi?” tiba-tiba orang itu mengingatkanku pada peristiwa tadi pagi. Saat Ayahku terbunuh oleh orangtua itu. Saat aku pingsan dan tak sadarkan diri lagi.
“ya, aku ingat.” aku tertunduk lemas dan tak terasa mataku teralirkan air mata. Orang yang bernama Hek itu, tiba-tiba melemparkan sapu tangan putih yang nampaknya masih baru. Aku menyapu air mataku dan kembali melanjutkan. “lalu apa yang terjadi setelah itu?”

Tiba-tiba petir menggelegar dan beberapa detik setelah itu hujan mengguyur. Sangat deras.
“lebih baik kita lanjutkan ceritanya besok. Lagi pula sekarang sudah larut. Lebih baik kau istirahat dulu, besok aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Percayalah” pinta Hek padaku.

Tanpa basa-basi aku langsung menuruti apa yang dikatakannya. Aku berbaring kembali di atas kasur yang berisi jerami. Perlahan aku menutup mataku dan aku sadar Hek sedang menyelimutiku dengan selimut yang terbuat dari bulu beruang madu.
“ehm, namaku Eze, Eze Tripster. Maaf, jika aku tidak menyambut tanganmu tadi. Aku kira kau monster. Maaf.” aku mengulurkan tanganku padanya dan disambut dengan hangat olehnya.
“tidurlah nyenyak. Sampai jumpa besok.” Hek pun pergi dari gubuk itu dan menuju ke luar.

Cerpen Karangan: Ahmad Fajar Azis
Blog: Ahmadfajarazis.blogspot.com

Cerpen Eze Tripster merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Pesan untuk Sarah

Oleh:
Malam itu, aku mencoba melupakan apa yang terjadi tiga hari terakhir ini. Tapi aku tak bisa melakukannya. Pesan-pesan bertinta merah serta mawar putih yang tak lupa dikirim selalu aku

Tianna Dan Peri Yang Dikutuk

Oleh:
Aku membuka lembar demi lembar album foto yang sudah lama sekali. Album itu berisi foto-foto diriku bersama kedua sahabatku dulu, tapi sekarang mereka berubah, mereka bukan sahabatku lagi. Bulir

Pengamat Langit

Oleh:
Ia menamai bintang itu, Vernus. Berasal dari kata Virgo yang dekat dengan nama seorang dewi, Venus. Dewi cinta. Entah mengapa pula ia menamai bintang itu Vernus. Dari sekian banyak

Dilarang Mimpi

Oleh:
Suatu hari yang cerah, sangat pas untuk menikmati segelas teh hangat di teras ini, dan sambil membaca koran. ditambah lagi kicauan-kicauan merdu oleh burung-burung pagi saat itu. Suasana yang

Kutukan Sepatu Kaca

Oleh:
Hana, merengkuh di kursi pojokan tempat duduknya. Teman-temannya yang lain terlihat asyik tertawa-tawa. Namun, ia malah berdiam diri di dalam kelas. Aku yang penasaran melihatnya dari jendela langsung memasuki

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *