Kala Fajar

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 17 April 2023

Cahaya kemerah-merahan telah tampak di langit sebelah timur ketika ia melangkah keluar dari masjid setelah melaksanakan shalat subuh berjamaah. Udara segar pun dirasakannya sambil berjalan kaki. Saat-saat seperti inilah yang selalu ia rindukan dari kampung halamannya, ketenangan dan kedamaian. Ia bersyukur dapat berlibur dan pulang setelah sekian lama menahan rindu.

Pemuda bersarung itu menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya pada jalan setapak. Jalan alternatif yang dulu sering dilewatinya untuk sampai di sekolah agama. Laki-laki itu pun melangkah ke jalan setapak tersebut.

Beberapa bulan yang lalu, di tengah-tengah hari biasa itu ia mendapat kabar duka, guru agamanya meninggal dunia. Mengetahui hal itu, ia ingin sekali pulang dan ikut mengiringi jenazah gurunya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sayangnya, saat itu ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja dan juga jarak yang cukup jauh antara kota dan tempat kelahirannya. Akhirnya kini ia dapat berziarah ke makam gurunya.

Dulu di sepanjang jalan setapak itu tak ada rumah dan hanya terdapat pohon-pohonan yang membuat keadaan sekitarnya terasa sejuk. Hal ini pun yang membuatnya memilih rute tersebut untuk pergi ke sekolah namun tidak untuk pulang di sore hari sebab suasana mencekam di tempat itu.

Dan sekarang, selain pohon juga terdapat beberapa rumah yang entah sejak kapan dibangun di sana sehingga tak ada lagi suasana menyeramkan yang membuat bulu kuduk merinding.

Tidak beberapa lama berselang, pria berkopiah itu sampai di depan sekolah. Bangunan yang sudah lama tak dilihatnya itu membuat nostalgia, dan semuanya terlihat masih sama seperti saat ia berkunjung terakhir kali sebelum pergi ke kota.

Di samping sekolah terdapat jalan kecil menuju tanah pemakaman dan di sanalah gurunya dikebumikan.

Saat memasuki area pemakaman, ia mengucapkan salam kepada ahli kubur, kemudian mengingat informasi dari temannya. Letak makam guru mereka berada di dekat sebuah pohon yang cukup besar yang ia tidak tahu pohon apa itu tapi karena di sana tak terlalu banyak pohon sehingga mungkin ia dapat dengan mudah menemukannya.

Dilihatnya pohon dengan daun yang rindang di dekat sebuah makam, ia pun berjalan mendekat ke sana dan benar saja itu adalah makam gurunya setelah ia melihat batu nisan tersebut bertuliskan nama gurunya.

Terakhir kali ia bertemu dengan gurunya adalah pada saat ia hendak pergi ke kota dan di sinilah ia sekarang, berdiri di tempat gurunya, salah satu orang yang berjasa dalam hidupnya.

ADVERTISEMENT

Ia dan teman-temannya dekat dengan gurunya, bahkan setelah lulus sekolah agama pun mereka masih sering mengunjungi gurunya yang selalu memberikan nasihat pada mereka.

Sosok hebat yang hidupnya begitu sederhana, rendah hati selalu ada dalam dirinya, dan beliau tak pernah lelah mengajari kebaikan.

Dia selalu berterima kasih pada gurunya, tapi ia juga berpikir bahwa itu tak cukup untuk membalas semua jasanya dan doa pun selalu ia kirimkan.

Duka menyelimuti hatinya dan hal yang bisa dilakukannya adalah berdoa, setelah mengucap salam ia pun mulai membaca bacaan doa ziarah kubur.

Seperti kata gurunya, kita bisa belajar di mana, kapan saja, dan dari siapa saja. Seperti saat ziarah kubur pun kita dapat mengambil pelajaran terkait dengan kematian dan kehidupan akhirat.

Nasihat-nasihat sederhana dari gurunya merupakan ilmu yang bermanfaat dalam kehidupannya kini bahkan dari hal-hal kecil sekalipun.

Salah satu ilmu yang selalu diingatnya hingga kini pun berawal pada hari yang biasa.

“Alhamdulillah, kamu gak terlambat lagi, Abi. Bagus bagus.”

Anak laki-laki yang dipanggil Abi itu menoleh saat seorang pria paruh baya yang merupakan gurunya itu berjalan menghampirinya sambil tersenyum.

“Udah sholat dzuhur?” Ucap gurunya lagi.
“Alhamdulillah udah pak.”
Dia pun langsung bangun dari duduknya sebelum mencium tangan gurunya.

“Sebenernya Abi udah kapok dateng terlambat, pak,” ujar bocah berumur 10 tahun itu. “Abi males kalau dihukumnya disuruh buat hafalan terus.” Lanjutnya sambil mengerucutkan bibir.
“Lha kok begitu, kamu mau dihukum atau nggak ya tetep harus hafalan.” Kata gurunya sambil berjalan menuju pintu kelas dan diikuti muridnya itu dari belakang.
“Ah! Hari ini juga kita hafalan!” Katanya lagi semangat kemudian tertawa melihat anak muridnya terdiam kaget.
“Loh kok gitu pak, padahal Abi udah usaha supaya gak ketiduran lagi abis pulang dari SD. Sekarang juga Abi yang pertama dateng ke sekolah loh, pak!” Balas Abi.
“Bagus itu, permulaan yang baik. Lanjutkan, jangan cuma hari ini aja, harus konsisten. Tapi bukan karena supaya gak hafalan tapi supaya kamu tidak lalai sama waktu.” Jelas gurunya.

“Udah tenang aja, ngehafal itu memang butuh kesabaran dan perjuangan. Kalau kamu males terus, kapan hafalnya?” Tanya gurunya dan Abi pun hanya menunduk saat mereka telah berada di depan pintu kelas.

“Udah udah, jangan lemes gitu. Nih, tolong bantu bapak buka pintunya.” Pinta gurunya sambil menyodorkan kunci kelasnya pada Abi dan dengan lesu diterima olehnya.

Setelah memasukkan kunci ke lubang pintu, ia pun memutarnya namun ia kesulitan saat pintunya terasa macet lalu ia kembali memutarnya dan gagal lagi hingga ia pun mengulanginya lagi dengan kesal beberapa kali tapi tetap saja masih terkunci. Dan saat ia hendak memutar kuncinya lagi gurunya pun bersuara.

“Jangan begitu.”

Abi pun menghentikan kegiatannya lalu menoleh pada gurunya.

“Susah pak.” Ucap Abi dengan lelah.
“Sini.”
Abi pun menyisih dari depan pintu saat gurunya yang kini mencoba membuka pintunya.

“Abi ingat ya, sebelum kita melakukan hal baik, kita disunnahkan untuk mengawalinya dengan basmalah,” Ujar gurunya sambil memegang kunci dan gagang pintu. “Buka pintu juga baca basmalah.”
“Kenapa?” Tanya muridnya penasaran.
“Supaya Allah memberi kemudahan dan kita diberi berkah oleh-Nya.” Jawab gurunya.
“Oh gitu.” Balas Abi sambil mengangguk-angguk.

“Bismillahirrahmanirrahim,” Ucap gurunya sambil memutar kunci dan kuncinya pun langsung terbuka. “Alhamdulillah.” Katanya lagi lalu tersenyum pada Abi yang diam memperhatikan.
“Wah iya pak bener!” Serunya kemudian.
“Abi pengen coba juga, pak! Tolong kunci lagi pak pintunya.” Lanjutnya semangat.

“Wih si Raja Tidur udah dateng tuh!” Seru seseorang dari arah belakang yang membuat Abi dan gurunya berbalik.
Wajah Abi berubah datar ketika melihat ketiga temannya datang dan berjalan menuju ia dan gurunya berada.
“Akhirnya Abi sadar juga.” Balas temannya yang berkacamata.
Teman-temannya pun segera mencium tangan gurunya sesudah berada di depan gurunya.

“Diam ya kalian.” Balas Abi jengkel.
“Soalnya aneh aja liat Abi gak telat.” Komentar temannya yang memakai topi.
“Sudah sudah, sekarang kita masuk dulu dan sekalian sambil nunggu yang lain kita hafalan!” Kata gurunya membuat murid-muridnya itu terkejut.
“Tapi pak…”
“Jangan lah pak!”
“Iya pak gak usah.”
“Besok aja pak!”
Protes Abi dan ketiga temannya bersamaan sementara gurunya mendengarkan dengan sabar sebelum membalas.

“Bapak juga bakal ceritain kisah Nabi dan Para Sahabat, kalian mau dengar?” Tanya gurunya yang berhasil membuat wajah keempat anak laki-laki itu berubah menjadi cerah.
“Mau!” Seru mereka semangat.
Mendengar jawaban murid-muridnya itu membuat kedua sudut bibir gurunya terangkat.

Pengalaman itu tak pernah dilupakannya, sejak saat itu ia selalu mengawali hal baik dengan basmalah serta kebaikan lainnya yang ia lakukan. Hal sederhana yang luar biasa manfaatnya. Dan ia benar-benar berterima kasih kepada gurunya.

Angin berhembus lembut saat dengan khusyuk Abi membaca ayat-ayat suci Al-Quran dari Al-Quran saku yang dibawanya dan udara di sekitarnya pun terasa hangat saat matahari terbit.

Cerpen Karangan: Hana Ula

Cerpen Kala Fajar merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Wanita Berkerudung Nasionalis (Part 1)

Oleh:
“Shodaqollahul adzim,” bunyinya, mengakhiri bacaan yasin di tempat peristirahatan terakhir para Kyai, tepatnya di pesantren Nurut Tholabah, pesantren yang sudah berdiri sejak delapan puluh tahun yang lalu, konon para

Mau belajar Jika Sudah Bisa?

Oleh:
Ada sebuah kisah di mana ada anak yang sedang menempuh pendidikan di suatu lembaga pendidikan agama yaitu pondok pesantren. Dia tidak pernah mau mengaji, oleh sebab itu dia selalu

Perjalanan Hidupku

Oleh:
Waktu begitu sederhana, mengapa karena hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit hingga detik pun kulalui selama ini. Begitu banyak rintangan, pengalaman yang aku lalui untuk sebuah

Perjalanan di Tanah Rantau

Oleh:
Panas terik matahari begitu menyengat, suara deru kendaraan saling bersahut-sahutan, kepulan asapnya menambah polusi udara disekitarnya. Ditengah itu orang-orang berlalu lalang kesana kemari, membawa koper mereka turun dari sebuah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *