Study Tour Bandung

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 4 March 2016

Tanggal 9 februari-10 februari 2016 sekolah Rania akan mengadakan piknik bersama sekolahnya ke Bandung. Tetapi hanya kelas 5, kelas Rania. Sedari sekarang Rania langsung menyiapkan perlengkapannya.

“Mah, ambilkan baju hari kamis!” pintaku.
“Iya, Nak,” kata mama. Setelah selesai menyiapkan Rania langsung makan karena cape mempersiapkan barangnya.
“Mah, nanti malam tolong siapkan peralatan mandi.” kataku sambil melahap makannya.
“Iya, tapi kan masih dipakai besok pagi. Kan berangkatnya besok sore kan?” kata mama.
“Baiklah.” kataku, setelah kami sekeluarga makan selesai kami pun langsung menuju kamar masing-masing.

Pagi hari. Oya, sekarang kelasku libur karena nanti sore aku berangkat pake bus bersama teman-teman sekolah.
“Hmm… Mah Pah setelah mandi aku ke rumah teman ya?” jeritku sambil menuju kamar mandi.
“Iya.” kata papa. Setelah mandi. Aku langsung pamit dan mengambil sepeda, karena rumah kami hampir dekat. Sampailah di rumah Zelfia.
“Assalamualaikum, Zelfia?” salamku.
“Waalaikumsalam. Rania masuk!” sapa Zelfia.

“Bagaimana. Kamu sudah menyiapkan barang-barangnya?” tanyaku.
“Sudah, kamu?” tanya Zelfia bergantian.
“Sudahlah. Oya Zelfia aku duduknya bareng kamu ya?” kataku pelan.
“Hmm… boleh!” katanya semangat.
“Wah… ada Rania, nah makanlah Bakso. Tadi Tante beli di pasar.” kata tante, ibu Zelfia.
“Terima kasih Tante.” kataku. Beberapa menit kemudian aku pun pulang.

“Assalamualaikum..” kataku sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam.” kata mba Gita.
“Mama, Papa ke mana Mba?” tanyaku.
“Di kamar.” kata mba Gita langsung ke kamarnya.
“Mah.. nanti bangunkan aku ya? saat mau berangkat!” teriakku sambil menuju ke kamar.
“Iya.” kata mama. Sore harinya. “Rania bangun, segera mandi. Katanya mau berangkat sekarang!!” teriak mama.
“Hoam.. iya Mah,” kataku masih ngantuk. Aku langsung pergi mandi. Setelah mandi aku langsung makan dan berangkat.
“Mah pamit ya?” kataku sambil ke luar dan masuk mobil bersama papa.

Sampai di Among Raga, tempat bus-bus yang sedang menunggu.
“Nih.. uangnya.” kata papa.
“Wah.. banyak. Terima kasih Pah.” kataku.
“Ya sudah. hati-hati ya?” kata papa.
“Oke, Pah. Assalamualaikum.” pamitku sambil masuk bus yang hampir berangkat.
“Eh, Rania sini!” panggil Zelfia.
“Oke!” kataku. Segera duduk dekat Zelfia.

“Oya Rania. Kamu dibawakan uang berapa? maksimalkan 300.000 kan?” tanya Zelfia.
“Aku diberi uang 316.000, kamu?” tanyaku bergantian.
“Aku 317.000, wah selisih 1 ya?” katanya.
“Iya.” Aku dan Zelfia mengobrol tentang Zelfia. Tak lama kemudian bu Lela mengumumkan.
“Anak-anak baca doa dulu.” kata bu Lela berbicara di mikrofon. Akhirnya semua baca doa. Selesai baca doa bus-bus kelas 5 berangkat. Di pertengahan jalan. Semua yang di dalam bus Renia. Bergembira bernyanyi.

“Asyik sekali ya?” tanyaku.
“Iya..” kata Zelfia bersuara rendah.
“Eh.. kamu kenapa? tadi kamu ceria?” tanyaku penasaran.
“Gak apa-apa.” kata Zelfia sedih.
“Tidak apa-apa nih?” tanyaku kembali.

Malam harinya.
“Anak-anak kita akan sampai bandung jam 04.00 pagi. 2 jam lagi kita sampai di rumah makan Candi Sari. Untuk salat, makan, dan yang ingin ke toilet.” kata bu Gia berbicara.
“Iya. Bu,” teriak anak-anak serempak. 2 jam kemudian. akhirnya sampai di Restoran Candi Sari. sebelum makan. kami shalat terlebih dahulu. setelah shalat. semua kelas 5 langsung makan dengan lahap. “Eh.. bener kan kamu tidak apa-apa?” tanyaku lagi.
“Hiks..tidak apa-apa.” kata Zelfia sedih. Aku melihatnya tidak tega. Sebenarnya ada apa dengan dia? Setelah makan. Semua kelas 5 kembali ke bus masing-masing. Malam semakin larut, semakin semua ketiduran. Di malam yang sangat gelap tak ada suara pun yang tersisa semua teridur dengan nyaman. Jam 04.00 pagi datang. Akhirnya sampai juga di penginapan.

ADVERTISEMENT

“Anak-anak. 1 villa 10 orang.” teriak bu Lela.
“Wah.. aku sama kamu ya Zel.” kataku semangat.
“I..iya,” kata tanya pelan. Aku dan teman-temanku segera ke villa nomor 20.
“Siapa ketua kelompoknya?” tanyaku.
“Kamu!” kata semua serempak.
“Hah! beneran?” tanyaku tidak percaya.
“Iya benar.” kata teman-temanku.
“Oke. aku bagi ya, 5 tidur atas, dan 5 tidur bawah. nah kalian ingin pendampingnya Bu Hana, atau Bu Yaya?” tanyaku. “Hmm.. Bu Yaya.” kata semua serempak. Segeralah aku memanggil Bu Yaya. setelah semua rapi kami semua disuruh mandi terlebih dahulu.

“Siapa yang mandi duluan?” tanya Bu Yaya.
“Saya Bu.” ancungku.
“Saya kedua.” kata Zelfia.
“Saya ketiga,” kata Refan.
“Saya keempat.” kata Deo.
“Saya kelima,” kata Tya.
“Saya keenam.” kata Liona.
“Saya ketujuh.” kata Beni.
“Saya kedelapan,” kata Lifia.
“Saya kesembilan.” kata Rio.
“Saya kesepuluh.” kata Firo.

Oya. Memang dicampur laki-laki dan perempuan. Beberapa jam kemudian akhirnya mereka pun selesai mandi.
“Nah, anak-anak kalian boleh bebas. Setelah istirahat bebas habis, segeralah makan.” terang bu Yaya.
“Baiklah Bu.” kata kelompokku.
“Eh.. Rania yuk keluar.” ajak Refan.
“Oke. Zelfia kamu ikut?” tanyaku.
“Ti..tidak. silahkan menjalankan romantis kalian.” kata Zelfia.
“Hmm. Oke.” kataku. Aku dan Refan pun keluar. Dan kami memutuskan untuk ke taman belakang.

“Hmm ada apa Ref?” tanyaku.
“Ih sayang ya kita kan akan menjalankan romantis kita.” kata Refan sambil merangkulku.
Aku dan Refan memang menjalankan cinta. Karena kami dari TK sampai SD selalu bareng, karena orangtua kita bersahabat sejak kecil sampai sekarang.
Beberapa menit kemudian, “Say.., sekarang kan waktunya makan yuk!” ajakku.
“Baiklah sayang.” kata Refan. Akhirnya mereka berdua kerumah makan. dan disusul oleh teman-temannya.

“Nah, Ren kita d imeja nomor 2 saja,” usul Dio.
“Oke.” kataku.
“Anak-anak. Sebelum ke kamar. Besok kalian harus bangun subuh, setelah itu mandi. Nah setelah mandi kita akan ke kebun teh dan ke kawah putih.” kata pak Rudi.
“Baik Pak,” kata semua serempak. Setelah makan semua pun langsung ke Villa masing-masing untuk mandi. Urutan mandinya seperti tadi pagi. Akhirnya semua selesai mandi. Jadwal sekarang adalah mengaji berpasangan 2 orang.

“Eh Zelfia. Aku sama kamu ya?” tanyaku.
“Oke.” katanya tak bersemangat. Kami langsung mengambil al-quran. Saat aku duduk dan Zelfia belum datang juga.
“Hei. Zelfia ayo…” kataku saat menoleh ke belakang Zelfia menghilang.
“Perginya ke mana ya?” kataku bingung.

Aku pun langsung melanjutkan, 1 jam kemudian.
“Loh, di mana sih dia?” tanyaku dalam hati.
“Oke anak-anak. Ibu akan mengatur perempuan kasur atas. Laki-laki kasur bawah. Bu guru di sofa.” jelas bu Yaya.
“Oke.” kata kelompokku semua.
“Sebentar, Bu.., Zelfia ke mana ya Bu?” tanyaku.
“Hah? jangan bercanda. Zelfia di samping kirimu.” kata bu Yaya.
“Eh.. terima kasih Bu.” kataku. Aku langsung berbaring sambil memikirkan Zelfia.

“Kok akhir-akhir ini Zelfia kenapa ya?” adzan shubuh berkumandang.
“Anak-anak bangun!!” teriak pelan bu Yaya.
Aku dan teman-teman langsung mengambil air wudu.
“Nah. Yang salat siapa dulu?” tanyaku.
“Yang laki-laki dulu dong!” kata firo.
“Oke!” kataku pasrah.

Setelah semua salat kami langsung mandi bergantian. Selesai aku mandi giliran Zelfia yang mandi. Tapi dalam mataku Zelfia tidak ada.
“Zelfia..” panggilku saat ke luar dari kamar mandi. Saat ku panggil Zelfia tidak ada! sungguh Aneh dia.
“Eh.., ada yang melihat Zelfia?” tanyaku.
“Ada.. dia kan sudah masuk kamar mandi kan pas kamu panggil?” kata Refan.
“Hah? tadi dia tidak melewati aku. Dan sekarang sudah mandi.” pikirku bingung.

Setelah semua mandi. Kelompok kami diperbolehkan 5 menit untuk istirahat. Aku langsung ke luar dan menangis.
“Eh.. kenapa kamu sayang?” tanya Refan.
“Akhir-akhir ini Zelfia sikapnya berbeda.” kataku.
“Kenapa?” tanya Refan lagi. Aku langsung menceritakan dari penglihatanku selama 1 hari kemarin.
“Oh.., paling matamu yang bersalah. Kalau tidak bersalah berarti kita selidiki saja!” katanya sambil memelukku.
“Baiklah.” kataku.

Selesai beristirahat. Semua kelas 5 diharapkan untuk masuk bus, karena mau ke tempat tujuan.
“Eh, Ran. Aku duduk di sini saja sendiri. Kamu bersama Refan saja.” katanya lirih.
“Tapi..” kataku lagi. “Tidak apa. Aku sedang mengantuk, inginnya sendiri.” katanya lagi.
“Oke..” kataku kecewa. Akhirnya aku duduk di samping Refan. sambil di jalan, aku menengok ke depan untuk melihat kondisinya Zelfia. Saat ku tengok, wajahnya langsung menyeramkan.

“Kenapa dengan wajahmu?” kata Refan.
“Lihatlah Zelfia. Mukanya menyeramkan sekali.” kataku ketakutan sambil memeluk setengah badan Refan.
“Eh.. gak ada say?” katanya setelah menengok.
“Tapi aku takut.” kataku lagi.
“Ya sudah.. yuk tidur,” ajaknya. Kami berdua langsung tertidur.
5 menit kemudian kami sampai di Kawah Putih. Setelah turun kami semua boleh bebas berpose atau selfie.
“Zelfia. yuk foto bareng,” ajakku.
“Oke.” katanya.

Aku dan Zelfia akhirnya berselfie. Setelah selfie berdua aku membuka tempat penyimpanan foto. Saat ku lihat di sampingku gak ada Zelfia! Aku pun semakin bingung. Aku pun tidak menghiraukan tentang itu. Setelah lama di Kawah putih kami langsung ke kebun teh. 20 menit kemudian akhirnya kami selesai memetik daun teh. Dan gratis mendapatkan teh celup 4 bungkus. “Anak-anak. nanti sore kita akan ke TRANS STUDIO.” kata bu Gia saat kita di jalan.

Sore harinya. “Nah kalian ke Trans studio harus bersama kelompok masing-masing dan pendamping kalian.” kata bu Lela sebelum turun. “Nah, ketua kalian yang menyepakati masuk wahananya. Tetapi kalian juga membantu,” kata bu Yaya. “Sip Bu,” kataku.
“Eh. Ran ke mana si Zelfia?” kata teman-teman serempak.
“Iya juga.” kataku ‘akhirnya kalian tahu juga kalau Zelfia selalu menghilang, dan sekarang aku gak hanya sendiri untuk mengetahuinya’ kataku dalam hati.
“Nah.. Bu Yaya tunggu bersama guru lain di Cafe.” kata bu Yaya.
“Baik Bu,” kataku.
“Kita cari yuk.” ajakku.
“Oke.” kata Rio.
“Tapi nyarinya sambil bermain,” kata Liona.
“Oke.” kataku.

Aku dan teman-teman menyari Zelfia sambil ke dunia bawah laut. Saat aku berjalan. Di depanku ada secarik kertas. Aku langsung membacanya. “Kamu bingung kan tentang aku. Aku akan memberitahu gini: aku telah dibunuh oleh Refan saat mau naik bus. Karena agar dia bisa selalu bersamamu, mayatku masih di sekitar Among raga yang kamu ikuti itu arwahku, tidak perlu takut padaku. Aku tahu kalau Refan itu pembohong. Dan aslinya membencimu, dia membunuhku untuk selalu bersamamu karena ia ingin membunuhmu secara langsung,” bacaku. ‘Selama ini Refan yang pernah ku cintai itu telah membunyikan dariku. Kenapa kalau dia membenciku pakai membunuh Zelfi?’ pikirku. ‘lalu dia bagaimana? besok kalau pulang. Aku akan lapor kepada semua orang’ pikirku lagi.

“Hmm.. aku tahu keberadaan Zelfia.” teriakku. “tetapi Refan jangan ke sini,” kataku.
Teman-teman langsung membaca kertas yang ku bawa.
“Ya Allah. Refan keterlaluan. Ku hajar dia,” kata Deo.
“Jangan.. aku sudah punya rencana, bla..bla..” kataku sambil membisikkan.
“Aku setuju,” kata semua kelompokku.
“Maaf Refan. Kamu jangan mendekati aku dulu oke?” kataku.
“Terus kamu sama siapa?” tanya dia bergantian.
“Aku sama Lifia,” kataku.
“Oke.” katanya.

Setelah semua selesai bermain kami semua langsung masuk bus. Malam harinya. “Anak-anak kita berhenti lagi di restoran Candi sari,” kata bu Gia. Kami berhenti untuk salat, makan. Setelah makan kami semua kembali ke bis masing-masing. Di malam hari kami langsung tertidur dengan nyaman. Pagi hari kami sampai di Among raga. Aku langsung memberitahukan semua orangtua teman-teman dan orangtuanya Refan. Semua pun kaget dan keluarga Zelfia sedih, akhirnya Refan dipenjara.

“Wah.. kita selamat dengan pembunuhan, akan aku putusin dia?” kataku dalam hati. “Eh, tapi teman-teman kenapa kertas yang ku temukan itu bertuliskan tangan Zelfia tetapi Zelfia kan sudah dibunuh di among raga, bukan di bandung. Aneh!” pikirku ngeri.

Cerpen Karangan: Salma Nur Hanifah
Assalamualaikum N
Nama: Salma Nh
Tempat Tinggal: Yogyakarta
Id Line: 255b20042712.Ca
Yang mau kritik dan pesan yang belum terbaca. Silahkan ke line-ku.

Cerpen Study Tour Bandung merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bus Desa Jungdul

Oleh:
Aku Lin ji. Hal yang terindah bagiku adalah hari pertama di sekolah baru. Penyebab kepindahanku ke desa ini karena suatu pekerjaan orangtuaku. Aku duduk di sebuah halte yang tampak

Amnesia

Oleh:
Aku kehilangan ingatanku semejak kecelakaan itu, padahal memori merupakan aset berharga yang dimiliki seseorang. Katanya, aku terjatuh dari tangga di sekolahku dan katanya pula, ada yang mendorongku hingga jatuh.

Salah

Oleh:
Pada siang hari yang cerah di pertengahan bulan Desember, seorang mahasiswi semester tiga yang bernama Anna Darasati kini tengah berada di dalam bus yang sedang dalam perjalanan dari Surabaya

Sebuah Dendam

Oleh:
Aku adalah seorang gadis yang berumur 17 tahun, duduk di bangku SMA kelas 2. Ya, namaku Rina. Sekolahku terletak di desa Kalijati. Sekarang aku tinggal bersama adikku dan pamanku.

Anyelir Hitam

Oleh:
Anak laki-laki itu terdiam di tempat. Kakinya membatu, dadanya menyesak begitu angin malam membawa dengan sempurna anyir darah dari jasad di depannya. Beberapa polisi mendorongnya mundur, tidak begitu keras,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *