Malaikat Hitam Berhati Putih

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 23 September 2014

Namaku Nanda. Aku baru saja tinggal di Belanda. Sebelumnya, aku bertempat tinggal di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Umurku masih 10 tahun. Aku pindah ke Belanda karena Ayah berpindah tempat kerja disana. Aku tinggal di Komplek, bernama Een Mooie Regenboog. Yang artinya Pelangi yang Indah. Disini, aku belum mendapatkan teman. Padahal, aku sudah cukup pandai berbahasa Belanda. Hanya saja, aku malu untuk memperkenalkan diri kepada mereka.

Pada saat Minggu pagi, aku mendengar suara anak perempuan yang memanggilku dari luar. Aku menatap ibu. Dari tatapan ibu, aku yakin bahwa ibu mengatakan aku harus menghampirinya. Saat keluar, aku melihat seorang anak perempuan sebaya denganku, dengan wajah yang cantik, rambut berwarna pirang, dan bola mata yang berwarna biru. Cantiknya. Dia mengatakan kepadaku bahwa dia mengajakku untuk bermain bersama anak perempuan yang lain, di lapangan. Ku artikan saja yaa.
“Hai! Namaku Arabelle, panggil aku Belle. Maukah kau bermain Lompat tali bersamaku dan yang lainnya?” tanya Belle. “Hai juga! Namaku Nanda. Tentu saja aku mau bermain. Sebentar ya, aku berganti baju” aku segera lari menuju lantai 2, menuju kamarku. Aku mengenakan T-shirt berwarna biru, bergambar piano, celana pendek hitam, dan sepatu Sneakers. Setelah pamit, aku segera menuju lapangan bersama Belle menggunakan sepeda kami masing-masing. Setelah sampai, aku melihat banyak anak perempuan bermain karet.

Tiba-tiba, aku merasa bahwa aku berbeda. Mereka sudah saling kenal, tidak sepertiku yang belum mengenal mereka sama sekali. Aku melihat, Belle berbicara dengan yang lain. Aku hanya menunggu. Setelah selesai bicara, Belle memanggil. “Perkenalkan dirimu, mereka ingin kenal dengan kau.” Aku segera mengenalkan diri. “Namaku Nanda. Aku baru saja pindah ke Belanda. Semoga kita bisa berteman.” Salamku. Yang lain mengelilingiku. “Namaku Victoria. Panggil aku Vic.” Sapa anak berambut hitam panjang. Aku tersenyum.Yang lain juga mengenalkan diri. “Namaku Krystal.” “Namaku Amber.” Sapa anak berambut pendek coklat. Kupikir, dia laki-laki. Setelah kuamati, dia perempuan. Ah, senangnya diriku bisa mendapat teman. Kami bermain dengan girangnya. Aku sekelompok dengan Mia, Amber, Jessica, dan 3 orang lainnya.

Pukul 11.30, kami pulang ke rumah masing-masing untuk makan siang. Sesampainya di rumah, aku menceritakan semuanya kepada Ayah dan Ibu dengan senang. Ayah dan Ibu hanya tersenyum. Pukul 13.00, Amber mengirim SMS. “Hai Nanda! Aku ingin bilang, bahwa, teman-teman, akan datang ke rumahmu pukul 3 sore. Kami ingin kenal lebih dekat dengan kamu. Semoga kamu tidak keberatan ya.” Aku senang.

Pukul 3 sore, seperti janjinya, Amber dan kawan-kawan datang kerumahku. Aku menyambutnya dengan gembira. Setelah diperbolehkan masuk, kami segera menuju Taman Belakang, untuk bermain-main.

Cerpen Karangan: Ayusha Reva Alvira
Facebook: Ayusha Alvira
Haii. Namaku Ayusha Reva Alvira. Umurku 10 tahun. Ini karyaku yang pertama. Kalau mau lebih kenal, bisa add facebook : Ayusha Alvira. Atau Follow Twitter: @kawaiigirl389

Cerpen Malaikat Hitam Berhati Putih merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Teman

Oleh:
“Kita kan berteman, Lisa.” Itu adalah kalimat andalan Bayu. Dan entah kenapa kalimat itu selalu membuat hati aku sakit. Kata ‘teman’, yang seharusnya aku syukuri terdengar sangat menusuk di

Sahabat Kecilku

Oleh:
Dulu waktu masih aku SD dan SMP aku mempunyai 4 orang sahabat yang selalu setia bersamaku. Mereka adalah teman dari kecilku mereka adalah Hairil, Hasby, Jafar dan Untung. Pernah

Time

Oleh:
“Felly! Lo masih di sini?!,” tanya Bram kaget saat melihat Felly masih terduduk serius dengan gitar yang ada di pangkuannya. “Ya?!,” tanya Felly saat menyadari bahwa ruangan studio terbuka.

Teman Sempurna

Oleh:
Hari ini, cuaca sedang hujan. Nayla membiarkan rambutnya ditiup angin. Tubuhnya yang sudah dingin itu, tak ia hiraukan. Ia ingin merasakan hujan ini. ‘andai aku bisa melihat hujan’ pikirnya.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *