Cerita Bersama Hujan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Galau, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 12 August 2017

Air hujan membasahi tanah bumi hari ini, lebih tepatnya jam 18:45. Aku termenung di sofa dekat jendela kamarku, sesekali tanganku merasakan rintikan air itu, dan sesekali pula mataku tak mampu menahannya. Rindu ini membawa anganku ke masa tentangku dan dia, masa dimana aku berjuang bersamanya hingga akhirnya aku tak punya alasan lagi untuk bertahan, bertahan dengan semua rasa ini.

FLASHBACK
Hari ini aku berjanji akan menjemputnya, ya cinta memang tidak butuh alasan untuk berkorban. Sekitar jam 10 pagi aku berpamitan kepada ibuku, lalu mengendarai motorku menuju rumahnya, dia sudah menungguku, sungguh aku terlihat bodoh hari ini. Hanya karena cinta aku sebagai perempuan rela menjemputnya dengan status yang tidak jelas. Hanya karena aku percaya bahwa dia sangat menyayangiku aku sebagai perempuan rela menjemputnya. Melihatnya tersenyum membuatku menepis semua fikiran aneh dan konyol itu.

“Mau ke mana nih?” tanyanya menghampiriku
“Ke mana aja, ya udah yuk”
Dia mengangguk, lalu mengambil alih motorku kemudian menstarternya perlahan. Aku tersenyum mendengarnya bicara banyak hal, hanya rasa nyaman yang kudapat tetapi dapat menumbuhkan banyak rasa untuknya.
“Ini mau ke mana?” ucapnya sedikit berteriak
“Terserah kamu saja” balasku mendekati telinganya
“Bagaimana kalau ke pantai?”
“Boleh”

Dia masih tetap banyak bicara, tentangnya, tentang kita. iya kita yang dulunya pernah menjadi sepasang kekasih, semuanya berakhir karena temanku, bukan hal pada umumnya, temanku hanya ingin aku berpacaran dengan saudaranya bukan dengan yogi.

Tiba tiba hujan turun perlahan membuyarkan semua lamunan tentangku bersamanya, dulu. Dia memberhentikan motor maticku di depan sebuah toko yang cukup untuk berteduh.
“Sebaiknya kita pulang saja ya tidak usah ke pantai” ucap yogi
“Maksudnya pulang sekarang? kamu mau hujan hujanan?” tanyaku
“Ya emang kenapa”
“Kita tunggu hujannya reda dulu aja”
Ucapanku mengakhiri pembicaraan itu, semuanya hening seketika, hanya ada suara rintikan hujan yang semakin lama semakin kencang.

Yogi terlihat gelisah, sepertinya dia tidak sabar untuk segera pulang lalu mengganti pakaiannya yang sedikit basah itu tetapi membuatnya sangat menggigil. Tak henti hentinya dia meniup tangannya, mungkin untuk membuat badannya terasa sedikit hangat. Sedangkan aku, apa yang bisa kulakukan untuknya?

“Sudah, tidak apa apa kita hujan hujanan saja” ucapnya
“Yakin?”
Dia tersenyum meyakinkanku, lalu menstarter motor itu, sesekali dia menggigil lagi tetapi ya sudahlah dia cukup tau aku menyayanginya meskipun aku tidak bisa menghangatkannya.

“Kamu tau tidak kenapa hari ini hujan?” tanyanya
“Kenapa?”
“Ya artinya kita nggak boleh keluar”
“Ihh.. kan kamu yang ngajakin”
“Iya iya, hujan turun itu menandakan kalau kita juga harus punya cerita bersama hujan dan dia menjebak kita supaya kita punya banyak waktu untuk bersama”
“Ohh” balasku dengan tersenyum
“Hanya ohh, aku tau kamu menyayangiku”
“Memang iya”
“Lalu kenapa kita tidak seperti dulu?”
“Bukankah aku sudah mengatakannya”
“Iya aku menyayangimu dan akan selalu menemanimu”
“Sudahlah, hentikan, biar aku saja yang menyetir”

Dia menuruti perkataanku, aku bertukar posisi dengannya, terdengar lebih jelas lagi suara menggigilnya. Dia bersender di pundak kiriku, sehingga nafasnya berhembus jelas di telingaku, dingin memang.
“Seharusnya kamu membawa jaket gi, kalau begini mau bagaimana? kelemahanmu kan terkena air hujan, malah meyakinkanku untuk hujan hujanan. Seharusnya aku tidak menurutimu tadi gi, kalau kamu sampai sakit bagaimana? besok kamu juga harus sekolah kan? aduh bagaimana ini gi” ucapku dengan cerewetnya
“Sudahlah kifa aku tidak papa” ucapnya dengan tertawa, dan suaranya sedikit hangat di telingaku.
“Kamu menertawaiku gi?”
“Bukan begitu, tetapi suara cemprengmu sungguh membuatku rindu. Sudahlah kifa aku berjanji akan baik baik saja selama bersamamu”

Mungkin hanya itu yang kuingat secara jelas, lalu semuanya menghilang, ada seseorang yang membuat yogi tidak seperti yogi yang pertama kukenal dan mulai hari ini aku berhenti dengan semua tentang dirinya. Rasa rindu pasti ada tetapi itu juga tak akan membawanya kembali, dan dia juga terlihat baik baik saja tanpaku.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Rizki Dwi Lestari
Facebook: Rhizkiey

Cerpen Cerita Bersama Hujan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Pergiku Karena Aku Mencintaimu

Oleh:
Tik… Tik… Setetes demi tetes hujan turun, menambahkan suasana semakin pilu. Angin bertiup menerpa wajah, wajah yang kini sedang menatap langit. Langit yang begitu sepi tiada penghias malam nan

Bersahabat Dengan Puisi

Oleh:
Kau tahu? Sudah banyak sahabat meninggalkanku. Beberapa di antara mereka memilih menjalin hubungan cinta dan melepaskan persahabatanku. Lain kasus, sahabatku yang lain pergi karena dia merasa aku tidak lebih

Pelangi yang Kelabu

Oleh:
Tak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini aku bangun lebih pagi dari pada suami dan juga anak-anakku. Aku menyiapkan sarapan mereka, aku membereskan seisi rumah, aku benar-benar baru merasa seperti

Hanya Sebuah Tulisan Kacau

Oleh:
Mungkin sudah satu bulan lebih kau tak mengabariku dan memberi tanda-tanda kehidupan darimu, memang saat itu kita terpisahkan oleh jarak yang tidak lebih dari 30 km. Apa kau tau?

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *