My Love

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 7 June 2013

Aku menghapus titik embun di kaca mobil. Udara dingin di pagi ini terasa menusuk sampai ke tulang, aku mematikan ac mobil dan kembali merapikan duduk ku.

“kenapa ayu.” hari ini kamu kelihatan murung? Mamaku berkata sambil menyentuh tanganku yang dingin “aku cuma kedinginan saja mah” jawabku singkat, padahal aku kesal sekali mama lupa pada ulang tahun ku lagi. Dasar menyebalkan.

Aku turun bergegas menembus rintik hujan memasuki kelas. Hari ini adalah awal sekolah aktif kembali setelah libur lebaran yang menyenangkan sekaligus menyebalkan.
Aku berlari menabrak seseorang. “aduuhh maaf…!” jawabku tetap melanjutkan jalan tanpa menoleh sosok yang jatuh memungut buku pelajarannya yang basah.

“pagi anak-anak? Bagaimana liburannya anak-anak? Pastinya menyenangkan ya? Suara guru bahasa indonesia ibu ani.
“maaf bu saya terlambat.” sesosok pria tampan yang selama ini ku kagumi dengan pakaian basah dan kedinginan seperti banci gaul.
“oh ia silahkan tidak apa-apa?” suara ibu ani mempersilahkan handoko duduk.

Handoko duduk di sampingku yang memang kosong, “sialan kamu ayu, jatuhin orang kok tidak di tolong. Handoko terlihat kesal” “memang tadi itu kamu, aduh sorry handoko, please” aku memohon dan mengulurkan sebuah tisu untuknya dengan senyum manja semanis lolipop

Pulang sekolah @lapangan
“kamu mau kan, nanti malam temani aku jalan-jalan ke mall? Ini malam minggu lho” handoko menawari membuatku kaget “mau ngapain handoko?” cuma itu yang bisa ku katakatan.

Karena memaksa akhirnya aku mau juga menyanggupi permintaan handoko, lagipula aku juga tidak ada pekerjaan dan tentu saja aku berharap…

Motor melaju kencang membawa kami ke sebuah mall di pusat kota yang ramai. Aku dan handoko nonton dan berakhir di meja makan masakan “china food”.

Kami curhat sana sini. Sampai lupa waktu. Aku mulai bosan karena sudah dua jam kami tidak beranjak pergi. Pelayan pun tak datang menawarkan menu makan. Bokongku rasanya mulai berakar.
“handoko pulang aja yuk? Udah malam jam 9 nih, nanti aku di cari mamaku” aku berkata sambil menunjuk jam dinding “aduh bentar lagi ya ayu. Ok please…”

Aku mulai kesal rasanya ingin marah namun ku tahan, mulai dari tadi sampai sekarang jam sepuluh dan belum ada perubahan. Hanya lelucon dan cerita yang membuatku terpaksa senyum untuk mengimbangi guyonan handoko yang sungguh tak bermutu sebenarnya.

ADVERTISEMENT

Akhirnya seorang pelayan datang di ikuti handoko yang menghilang ke wc katanya. “sebentar saja”.

Pelayan menyerahkan sebuah minuman dan sepucuk amplop warna merah dengan coklat berbentuk hati.
Tanpa berkata apa-apa pelayan itu berlalu membuatku binggung

Aku meraih amplop dan membukanya.
Sebuah lagu dari “lady antebellum-just a kiss” tiba-tiba mengalun begitu mesra di ruangan.

Dingin sekali ya malam ini?
Maaf karena terlalu lama membuatmu menunggu rasanya pasti menyebalkan. Sama seperti diriku yang menunggu kehadiran sosok dirimu di dalam penantianku.
Aku tak bisa berdusta dan aku tak ingin terlalu lama menunggu. Karena menunggu adalah hal paling membosankan dalam hidupku seperti saat ini, dan jika kamu mengerti maksudku ini. Maka aku hanya ingin kamu menjadi kekasihku seutuhnya.

Ayu.. Sejak pertama kelas satu aku melihatmu untuk pertama kali, aku merasakan getaran yang berbeda. Betapa aku tak menyadarinya. Namun, setelah kesekian kali aku melihatmu, tersenyum.. Aku sadar selama ini aku menyimpan rasa sama kamu. Rasanya seperti ada yang hilang jika sehari saja tak melihat kamu. Dan kamu harus tahu betapa senangnya aku, jika tatap mata ini terbalas oleh mata indahmu itu. Bukan hanya itu, aku juga suka tawamu, candamu dan senyumanmu itu. Kalau saja boleh.. Betapa aku menyukai semua yang ada pada dirimu.
Setiap saat yang ada dipikiranku cuma kamu seorang. Bukan bu ani guru bahasa itu… Suer, hehe…

Ayu yang manis, sungguh tak tahan rasanya menyimpan rasa ini terus menerus. Memendam perasan ternyata lebih sakit dari apapun. Aku tidak bisa menahan semua ini. Karena itu dalam surat ini aku ingin bilang,
“aku menyukaimu” ini sebuah kejujuran, bukan rayuan gombal seperti kata judika, jebolan indonesian idol itu. Maukah kamu jadi bidadariku? Maukah kamu mengatakan hal yang sama denganku?

Ayu yang imut… 1×24 jam dari sekarang aku tunggu jawabanmu.

Ayu di peraduan, adakah kata yang mampu menggantikan sapaku padamu malam ini selain “hai kamu baik-baik saja kan?”

Adakah kata yang mampu menyempurnakan doa-ku malam ini selain “tuhan semoga ia dalam lindunganmu”

Ayu yang sederhana, bukankah kita tak pernah bermimpi, berharap sekalipun, bahwa kita akan saling mengenal hari ini sekedar bertukar kata? Kita tak pernah terpikir ke arah sana, kan?

Ini adalah takdir yang meliuk-liuk. Ah tuhan, kenapa aku menghambur kata untuknya, bukankah yang ia butuhkan adalah tanyaku, “ayu maukah kamu menjadi perempuan di sudut hatiku? Maukah kamu menjadi bagian dari puisi-puisiku?
Maukah kamu?”

Ayu yang bersahaja, sudi kiranya menjawab harapan itu, atau tak perlu, karena bukan kata yang bicara, tapi hati melalui mata. Hanya saja aku butuh kata pastimu, ayu…
Karena belum ada kata yang mampu menggantikannya.
Lelaki yang menunggumu di peraduan

-handoko-

Aku menarik napas panjang dan meraih minum di sampingku, tiba-tiba sebuah benda terjatuh dari dalam gelas. Ku membungkuk dan mendapati sebuah cincin berlian di bawah kakiku.

Ketika aku mengangkat kepala ku seorang pelayan dengan banyak sekali bunga mawar di tangannya berdiri tepat di depanku. Di sampingnya 3 orang pelayang dengan jaket hitam, berdiri seperti bodyguard

Aku perhatikan dengan teliti ternyata dia adalah handoko.. Lagu mulai perlahan berhenti,
Di ganti dengan para pelayan yang membuka baju mereka, tinggal kaos oblong menghiasi tubuh mereka dengan tulisan-tulisan, orang pertama ada tulisan. “maukah kamu” pelayan kedua. “memakai cincin ini sebagai tanda” pelayan ketiga. “cintaku padamu” aku menutup mulut tak percaya. Semua pasang mata yang sedang menikmati makan. Mereka semuanya bangkit berdiri dan menatap kami, seakan menunggu kata dari bibirku

Handoko melepas pakaian pelayannya dan tinggal jaket hitam dan berlutut.

“kalau kamu menerima cintaku, mau kah kamu memakai cincin ini?” handoko menunggu uluran tanganku.
Aku diam sejenak. Wajahku merah padam antara malu bercampur senang.

Aku menyerahkan tanganku dan handoko melingkarkan cincin di jariku dengan mesra, handoko bangkit berdiri dan memeluk serta mencium bibirku lembut, tubuh ku seketika terasa hangat sekali. Lebih hangat dari kasur empuk ku di rumah, rasanya selamanya aku ingin seperti ini.

Sambutan tepuk tangan meriah menggema di dalam ruangan. Di ikuti lagu “my love- westlife” mengiringi malam penuh sensasional.

Ternyata semua di atur oleh handoko dan mamaku. Mulai dari karyawan sampai semua tamu yang datang.
Aku tak menyangka akan semeriah ini kisah cintaku ini

Handoko menarik ku keluar dan deburan kembang api menyala melingkar di langit malam itu. Menjadi saksi dua insan yang saling perpelukan dengan mesra

Dari gelap malam mamaku datang dengan sebuah kue ulang tahun.

Dan malam ini tidak terlalu buruk untuk ku

Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Facebook: alfredpandie[-at-]yahoo.com

Cerpen My Love merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kembali

Oleh:
Kata kembali sering kudengar di mana-mana, di tempat-tempat yang kusinggahi. Bertahun-tahun aku menunggunya di sini berharap dia kembali, kekasihku. Tahun demi tahun, malam berganti malam bagai kertas yang mengusam,

Midnight in Tokyo

Oleh:
Gemerlap cahaya kota tokyo menerangi sepanjangan jalan. Menerangi jalan seorang gadis yang kesepian, ia memilih untuk menyendiri di malam hari karena dia tidak mau bertemu siapapun, ia telah ditinggalkan

Iris (Part 2)

Oleh:
Aneh juga ternyata jika bisa melihat diri sendiri tanpa cermin atau kamera. Aku, Zaidan kecil yang masih SMP, melepaskan dekapannya pada Iris. Iris berbalik menghadap Zaidan. “Kenapa kamu menyelamatkanku?

Gara Gara Ban Bocor

Oleh:
Pagi yang cerah aku bangun dan siap berangkat ke sekolah seusai mandi, perjalanan ke sekolah hawa sejuk menyapa, kulihat ia dari jauh melewati perempatan, ia adalah Santi. Yap aku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *